Serangan Udara Israel Targetkan Masjid, Rakyat Palestina Kembali Gugur

Masjid tersebut terletak di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.

EPA-EFE/JAMES ROSS
Masyarakat berpartisipasi dalam demonstrasi Palestina Merdeka di Coburg, Melbourne, Australia, 19 Oktober 2023. Beberapa unjuk rasa pro-Palestina direncanakan di seluruh Australia.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel kembali mengeluarkan serangan udara ke arah Gaza pada Rabu (18/10/2023). Kali ini, bom tersebut menargetkan sebuah masjid, yang terletak di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.

"Sejumlah warga Palestina gugur dan terluka dalam serangan terhadap Masjid Syahid Al-Aqsa,” kata seorang sumber medis, tanpa memberikan angka pastinya, dikutip di Anadolu Agency, Kamis (19/10/2023).

Sumber tersebut juga menyampaikan serangan yang dilakukan oleh zionis Israel itu telah menyebabkan kerusakan yang luas di wilayah tersebut. Konflik di Gaza, yang dibombardir dan diblokade Israel sejak 7 Oktober, dimulai ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa. Serangan mendadak tersebut mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel, melalui darat, laut dan udara.

Serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan yang dilakukan pasukan Israel ke Masjid Al-Aqsa, sekaligus meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel. Atas aksi tersebut, militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.

Saat ini, Gaza tengah mengalami krisis kemanusiaan yang parah. Mereka harus menjalani hari tanpa adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar dan pasokan medis hampir habis.

Sekjen PBB menyerukan...

Baca Juga

Atas kondisi tersebut, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, untuk meringankan penderitaan besar umat manusia. Setidaknya 3.478 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza. Sementara di sisi Israel angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang.

Sebelumnya, dunia juga digemparkan dengan serangan yang terjadi pada Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza. Hal ini menewaskan ratusan orang, yang mana kebanyakan adalah anak-anak.

Pihak gereja yang bertugas sebagai penanggung jawab menyebut telah mendapat tiga perintah Israel, untuk mengevakuasi fasilitas tersebut. Hal ini disampaikan oleh Gereja Anglikan di Yerusalem.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, setidaknya 471 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel itu. Di sisi lain Israel telah membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun ada bukti forensik dan tidak langsung yang menyatakan sebaliknya.

"Kami mendapat tiga perintah evakuasi dari rumah sakit, pada hari Sabtu, Ahad dan Senin. Rumah sakit itu dibom pada hari Selasa,” kata Uskup Agung Anglikan Hosam Naoum pada kegiatan konferensi pers.

Uskup agung menyampaikan...

Ia menyebut kebanyakan pesan tersebut disampaikan melalui sambungan telepon. Uskup agung lantas menyampaikan ledakan di rumah sakit itu sebagai tindakan kejahatan dan pembantaian.

"Kami sebagai pemimpin gereja selalu mewaspadai kekerasan akibat konflik Timur Tengah antara Israel dan Palestina saat ini,” ucap dia.

Ketika ditanya tentang pihak yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, Naoum berkata: “Apa yang kami tahu adalah apa yang kami lihat di televisi dan kami bukan ahli militer yang menentukan pihak ini.”

Yang ia tahu adalah setidaknya ada sejumlah bangunan, rumah dan banyak tempat yang dibom dalam serangan Israel. Adapun tentang Gaza, tempat rumah sakit tersebut berada, disebut sebagai sebuah fakta di lapangan.

Israel telah membantah bertanggung jawab atas pengeboman rumah sakit tersebut. Namun, tentara yang memberikan peringatan sebelum hari Selasa memperkuat dugaan bahwa Israellah yang melakukan serangan udara tersebut.

Rumah sakit ini dikenal sebagai rumah sakit Baptis karena alasan sejarah. Namun ia sepenuhnya berada di bawah Gereja Anglikan atau Gereja Inggris, sejak awal 1980-an.

 
Berita Terpopuler