AS Dipermalukan Saudi, Menlu Dibuat Berjam-jam Menunggu Pangeran MBS

Menlu AS menunggu berjam-jam, Pangeran MBS baru menemuinya keesokan hari

EPA-EFE/Bandar Aljaloud
Penguasa de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menunggu berjam-jam
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penguasa de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menunggu berjam-jam sebelum bertemu dengannya. Setelah membuat Menlu AS menunggu lama, Pangeran MBS justru tidak muncul dalam pertemuan tersebut.

Menurut laporan The Washington Post, Blinken mendapatkan sambutan dingin saat mengunjungi Riyadh pada 14 Oktober 2023. Padahal, dia direncanakan bisa bertemu MBS pada malam hari seusai kedatangannya.

Namun, Blinken justru dibuat menunggu berjam-jam hingga akhirnya rencana pertemuan hari itu dibatalkan. Dia baru bisa berjumpa dengan MBS keesokan harinya.

Dalam pertemuan tersebut, putra mahkota dilaporkan menyerukan Israel untuk menghentikan operasi militer yang merenggut nyawa orang-orang tidak bersalah. Desakan ini muncul setelah Israel membombardir Jalur Gaza yang padat penduduknya dan memberlakukan blokade terhadap makanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya.

MBS juga dilaporkan menyerukan agar konflik diredakan. Posisi ini berbeda dengan yang diambil oleh pemerintahan Joe Biden yang dalam kunjungan tersebut diwakili Blinken.

Presiden AS mendukung upaya Israel untuk melenyapkan Hamas setelah serangan tidak terduga pada 7 Oktober. Meski begitu, Biden menyerukan agar nyawa warga sipil dilindungi.

Dalam mencari dukungan dan memberikan penjelasan dalam posisi mendukung Israel, Blinken melakukan perjalanan diplomatik sejak pekan kemarin. Dia mengunjungi beberapa sekutu AS di Timur Tengah.

Tujuan inti dari perjalanan ini adalah untuk membujuk para pemimpin agar mengutuk kekerasan brutal yang dilakukan Hamas. Dia mencoba meredam kerusuhan yang dipicu oleh pertempuran baru tersebut.

Perang Israel dengan Hamas meletus di tengah isu Saudi dan Israel hampir mencapai kesepakatan bersejarah dalam penormalan hubungan diplomatik. Para analis percaya bahwa salah satu tujuan utama Hamas melancarkan serangan 7 Oktober adalah merusak perundingan tersebut.

Saudi telah lama menjadi salah satu sekutu regional utama AS, hanya saja dalam beberapa tahun terakhir penguasa Arab Saudi berupaya untuk mengarahkan kerajaannya ke arah yang lebih independen. Menurut business insider, Saudi mencoba menjalin hubungan yang lebih erat dengan rival AS, Cina. Tahun lalu, perselisihan diplomatik meletus ketika Saudi menolak meningkatkan produksi minyak.

Baca Juga

Menlu AS khawatir perang meluas....

Menlu AS, Antony Blinken kembali ke Israel usai melakukan diplomasi ke negara-negara Arab, seperti Arab Saudi, Mesir, Qatar, dan Yordania.

Menurut Blinken, sikap negara-negara Arab ini sejalan dengan tekad Amerika Serikat. Yakni untuk memastikan konflik Israel dengan kelompok militan Palestina, Hamas, tidak menyebar ke tempat lain di wilayah tersebut.

Perang antara Israel dan Palestina ini telah menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa hal ini dapat memicu perang regional yang lebih luas.

"Ada tekad di setiap negara yang saya kunjungi, untuk memastikan bahwa konflik ini tidak menyebar," kata Blinken kepada para wartawan saat ia bersiap untuk meninggalkan Kairo.

"Mereka menggunakan pengaruh mereka sendiri, hubungan mereka sendiri, untuk memastikan bahwa hal ini tidak terjadi."

 
Berita Terpopuler