Badan Geologi Ungkap Pemicu Semburan Gas Bercampur Metana di Bogor

Semburan gas bercampur metana muncul akibat pengeboran sumur oleh warga.

Republika/ Shabrina Zakaria
Kondisi semburan air bercampur gas di tengah permukiman warga di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kamis (12/10/2023).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Shabrina Zakaria

Baca Juga

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan semburan air bercampur gas yang terjadi di pemukiman warga yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merupakan fenomena geologi umum yang banyak terjadi di Indonesia. Pelaksana Tugas Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan gas itu adalah gas biogenik yang sering muncul di rawa atau sawah, sehingga disebut gas metan sawah atau gas metan rawa sesuai yang telah diidentifikasi oleh Perusahaan Gas Negara (PGN).

"Gas tersebut dihasilkan dari aktivitas dekomposisi material organik pada suatu rawa-rawa di masa lampau," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (13/10/2023).

Wafid menjelaskan bahwa gas tersebut di bawah permukaan akan terakumulasi dan tertangkap pada kantong-kantong dengan sebaran yang relatif tidak luas. Gas itu umumnya terperangkap pada lapisan sedimen yang berumur muda kurang dari 10 ributahun dan muncul ke permukaan sebagai semburan akibat tertembus lapisan perangkap gas tersebut pada kedalaman tertentu.

"Melihat dari kejadian-kejadian serupa sebelumnya, kejadian semburan air bercampur gas tersebut umumnya relatif tidak lama sekitar satu hingga dua bulan," papar Wafid.

Lebih lanjut dia menyampaikan, bahwa fenomena itu sangat memungkinkan berdasarkan atas kondisi geologi lokasi munculnya semburan gas bercampur air tersebut yang berada pada kipas aluvium yang tersusun atas lempung, lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal.

Batuan tersebut terbentuk oleh aktivitas sungai yang berasosiasi dengan rawa-rawa. Dekomposisi material organik terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang hidup pada ekosistem rawa atau kemudian seiring berjalannya waktu geologis akan tertimbun oleh material sedimen.

Badan Geologi melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan berencana melakukan kunjungan lapangan pada lokasi semburan untuk dilakukan pengukuran sifat kimia-fisika air di lapangan dan analisis hidrokimia di laboratorium. 

 

 

Sebelumnya, diberitakan semburan air bercampur gas muncul di tengah permukiman warga di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Rabu (11/10/2023) sore. Semburan air itu muncul setelah ada pengeboran sumur bor sedalam 130 meter.

Kapolsek Sukaraja Kompol Birman Simanullang, mengungkapkan peristiwa itu bermula ketika pemilik kos-kosan hendak membuat sumur bor. Lantaran warga sekitar termasuk penghuni kos kekurangan air di musim kemarau, sehingga berusaha mendapatkan air dengan melakukan pengeboran.

“Pengeboran ini (dilakukan) kurang lebih sebulan, tidak dapat air. Tadi sore, yang mengebornya itu ada rasa putus asa, jadi mengambil peralatannya, dinamo. Tahu-tahu, tiba-tiba ada semburan air campur gas,” kata Birman kepada wartawan di lokasi, Rabu (11/10/2023).

Setelah diukur menggunakan alat ukur khusus, semburan gas bercampur air di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, ditemukan mengandung gas metana dan kandungan kimia lainnya. Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, M. Adam Hamdani, mengatakan pengukuran itu dilakukan oleh PGN dan BPBD pada Rabu (11/10/2023) petang. Di mana semburan gas bercampur air itu muncul pada sore harinya.

“Menurut petugas dari Pertamina (PGN) setelah diukur dengan alat ukur khusus gas metana terukur/terdapat kandungan gas metana diatas 3.882 ppm-m di awal pada pukul 17.45 dan pengecekan selanjutnya pada pukul 18.45 terukur di atas 14.000 ppm-m,” kata Adam, Rabu (11/10/2023) malam.

Selain itu, sambung Adam, setelah diujur dengan alat deteksi gas milik BPBD Kabupaten Bogor terdapat kandungan H2S angka 0 s/d 1 tidak konsisten, Combex angka 0 s/d 5 tidak konsisten, dan CO2 angka 0 s/d 15 tidak konsisten. 

“Pengukuran dilakukan di beberapa lokasi dekat lokasinya kebocoran gas tersebut. Kami pun memberikan edukasi kebencanaan dan imbUan kepada masyarakat agar jangan mendekat dan jangan membuat sumber api,” kata Adam.

Pada Kamis (12/10/2023), semburan air bercampur gas di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor berhenti.  Menurut Adam, saat semburan menghilang, sempat terdengar suara gemuruh seperti angin.

“Memang semburan itu keluar karena ada tekanan dari dalam dari gasnya itu dan airnya ikut keluar, sampai saat ini kondisi gas tersebut hilang dan berkurang. Semoga ke depan tidak ada gas atau air yang muncul dari sumur tersebut,” kata Adam kepada wartawan di lokasi, Kamis (12/10/2023).

 

Adam menambahkan, di Kabupaten Bogor sempat terjadi peristiwa serupa. Namun semburan baru berhenti sekitar sepekan setelahnya.

“Yang mirip-mirip memang ada di beberapa lokasi seperti di Kecamatan Parung Panjang tahun lalu. Memang itu turun (berhenti) dalam jangka waktu satu minggu,” kata Adam.

 

Seusai Kebakaran Kawasan Wisata Gunung Bromo - (Infografis Republika)

 
Berita Terpopuler