Saling Serang Soekarno dan Muso PKI di Pidato-Pidato yang Membara 

Muso PKI terus melakukan agitasi kepada pemimpin Indonesia

Yuotube
Film G30 S PKI (ilustrasi). Muso PKI terus melakukan agitasi kepada pemimpin Indonesia
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada 19 September 1948, pimpinan tertinggi Front Demokrasi Rakyat (FDR) Muso Manowar dan Amir Syarifuddin masuk ke Madiun. Mereka disambut meriah oleh para pemberontak yang seraya meneriakkan "Menang Perang." 

Baca Juga

Di tengah gerombolan pemberontak itulah Muso yang juga seorang tokoh komunis Indonesia dan memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) segera memberikan pernyataan terbuka yang disiarkan oleh Radio Front Nasional (RFN). Pernyataan Muso tersebut ditujukan pada seluruh rakyat Indonesia. 

Berikut ini pernyataan dan pidato Muso yang ditulis dalam buku Benturan NU dan PKI 1948 - 1965. 

"Pada tanggal 18 September 1948 Rakyat Daerah Madiun telah memegang kekuasaan negara dalam tangannya sendiri. Dengan begitu rakyat Madiun telah melaksanakan kewajiban Revolusi Nasional ini, bahwa ia seharusnya dipimpin oleh rakyat sendiri dan bukan oleh kelas lain."  

". . . Mereka sewaktu pemerintahan pendudukan Jepang menjadi quisling-quisling budak Jepang, tukang jual Romusa. Sekarang mereka akan menjual Indonesia dan rakyatnya sekali lagi pada imperialis Amerika." 

"Lupakan Soekarno cs bahwa ia telah membantu dan mengesahkan kejahatan Siliwangi dan kaum teroris itu??? Apa maksud Soekarno Cs ex pedagang Romusa telah melepaskan penjahat-penjahat Trotskis Tan Malaka Cs yang telah mencoba merobohkan kepresidenannya."  

"Dalam tiga tahun ini teranglah pula bahwa Soekarno Hatta ex Romusa Verkopers, quisling telah menjalankan politik kapitulasi terhadap Belanda . . . Bolehkan orang semacam itu bilang bahwa mereka mempunyai hak yang sah untuk memerintah Republik Indonesia Kita???  Bukan Soekarno bukan Hatta yang melawan Belanda, Inggris dan Amerika, tetapi rakyat Indonesia sendiri." (Pidato Muso yang disiarkan oleh Radio Front Nasional, 19 September 1948) 

Dengan seruan Muso yang tegas itu, maka kalau selama ini PKI telah melakukan berbagai teror dan ancaman, tetapi sejak dicetuskannya Negara Soviet Madiun itu betul-betul melaksanakan apa yang diancamkan selama ini, yaitu melakukan pembunuhan.  

Sebenarnya kalangan pesantren dan aparat keamanan baik kepolisian maupun TNI telah mengetahui gelagat PKI yang mau memberontak. Tetapi karena semuanya dilakukan dalam waktu cepat dan mendadak, maka serangan tidak sempat ditangkis akhirnya memakan banyak korban. 

Baca juga: Selamat dari Banjir Libya, Rumah yang Disebut Milik Penghafal Alquran Hebohkan Jagat Maya

Pemberontakan yang terjadi di Madiun itu segera direspons oleh pemerintah pusat. Melihat langkah inkonstitusional pengambilan kekuasaan yang dilakukan PKI yang disertai dengan kekejaman itu pemerintah pusat yang berada di Yogyakarta di bawah pimpinan Soekarno Hatta segera bersikap. 

Kemudian saat itu juga, Soekarno Hatta mengeluarkan kecaman dan sekaligus siaran kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak terkecoh oleh ajakan pemberontak dan setia menjaga pemerintahan dan bersatu padu merebut kembali Madiun. 

"Kemarin pagi PKI Muso mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun, dan mendirikan di sana pemerintah Soviet di bawah kepemimpinan Muso. Perampasan ini mereka pandang sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintah Republik Indonesia . . . " 

"Atas nama perjuangan untuk Indonesia merdeka aku berseru kepadamu. Pada saat yang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami cobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri dan adalah memilih di antara dua; Ikut Muso dengan PKI nya, yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka atau ikut Soekarno Hatta yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia yang Merdeka tidak dijajah negara apapun juga. Rebut kembali Madiun, mari jangan ragu, Insya Allah kita pasti Menang." (Pidato Bung Karno di Yogyakarta dan disiarkan oleh Koran dan Radio pada tanggal 19 September 1948 ke seluruh Indonesia) 

Sebagai pemerintah yang sah dan sebagai presiden yang dicintai dan ditaati, maka rakyat dan kalangan TNI memilih Soekarno dan melawan Muso. Maka seruan Presiden Soekarno itu langsang dijalankan dengan melakukan orasi penumpasan PKI dengan mengerahkan Divisi Siliwangi yang saat itu sedang hijrah dan berada di Yogyakarta. Mereka didukung oleh pasukan Hizbullah dan Sabilillah yang berada di Yogyakarta juga. 

Seruan presiden itu kemudian dicetak dijadikan pamflet yang disebar melalui udara ke berbagai daerah yang diduduki oleh PKI. Seruan presiden itu menyadarkan banyak kelompok yang tertipu oleh Muso.

Akhirnya mereka sadar, ternyata mereka bukan diajak melawan Belanda tetapi melawan pemerintah yang sah melawan Bung Karno pemimpin besar yang mereka cintai. Akhirnya mereka tidak mau ikut FDR PKI, mereka mulai berbalik melawan PKI untuk membela Bung Karno.

Survei Isu Kebangkitan PKI - (Infografis Republika.co.id)

Melihat seruan Presiden Soekarno yang disebarluaskan untuk mempengaruhi pendirian rakyat. Langsung ditanggapi oleh pimpinan FDR PKI Muso. Dalam pidato Muso yang disiarkan di berbagai radio dan surat kabar.

Dalam siarannya itu Muso melakukan serangan balik dengan menjelek-jelekkan pribadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Muso seraya menyerukan perjuangan merebut pemerintahan Indonesia.

"Soekarno/ Hatta 100 persen telah menyesuaikan diri dengan imperialisme yang terang-terangan menjadi musuh negeri sendiri dan rakyat sendiri. Soekarno Hatta telah diperbudak Jepang dan berjuta-juta orang Indonesia telah tewas jiwanya dan menderita kesengsaraan dan hinaan yang tak ada batasnya . . ."

"Rakyat Indonesia seluruhnya, kaum buruh da kaum tani, kaum muda dan wanita kaum prajurit progresif; Bersatulah bergeraklah dan lawanlah pengkhianatannya penjual Romusa Soekarno/ Hatta . . ."

"Basmi lah Soekarno Hatta dan budak-budaknya, hanya inilah jaminan satu-satunya untuk memerdekakan dan menyelamatkan negara dan rakyat Indonesia . . . Turutlah dan berilah contoh-contoh yang telah dilakukan oleh rakyat dan prajurit di daerah Madiun. Hidup Republik Kerakyatan Kita Merdeka dan Menang Perang . . . " (Seruan ini disiarkan dalam Harian Front Nasional, Madiun, 21 September 1948)

Seruan Muso itu menambah militan para pemberontak dan semakin meningkatkan kekejaman mereka. Dalam waktu singkat hampir seluruh kota di sekitar Madiun jatuh, bahkan pada 24 Agustus 1948, PKI telah menguasai Kudus, kemudian  25 Agustus 1948, Pati juga dikuasai FDR-PKI.

 

Dilansir dari buku Benturan NU dan PKI 1948-1965 yang disusun Tim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Tahun 2013. Buku ini ditulis H Abdul Mun’im DZ dengan peneliti utama Drs H Agus Sunyoto MA dan Dr Al Sastrwo Ng. 

 
Berita Terpopuler