Kisah Paman Nabi yang Kafir Berbahagia Rayakan 'Maulid' Nabi

Pernah gembira saat Nabi Lahir (maulid) , Abu Lahab saban Senin diringankan siksanya.

Dok. SGJ
Ilustrasi mengaji sirah Nabi Muhammad.
Rep: Andrian Saputra Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tak kenal Abu Lahab atau Abdul Uzza bin Abdul Muthalib? Ia adalah paman nabi Muhammad SAW yang begitu membenci dan memusuhi Rasulullah SAW.

Baca Juga

Bahkan namanya abadi dalam Alquran yakni pada surat Al Lahab. Pada surat itu, Allah SWT menyebutkan bahwa Abu Lahab kelak akan dimasukan kedalam api neraka yang bergejolak begitu juga dengan istrinya. Itu semua tak lepas dari kekafirannya dan permusuhan yang dikobarkannya terhadap Rasulullah SAW. 

Kendari Abu Lahab telah pasti masuk ke dalam neraka, namun ada riwayat yang menyebutkan bahwa Abu Lahab memperoleh keringanan adzan kubur setiap hari Senin. Mengapa demikian?

Ini tak lepas dari kegembiraan Abu Lahab ketika mendapat kabar bahwa bayi yang dikandung Sayyidah Aminah binti Wahb telah lahir. Bayi itu adalah nabi Muhammad SAW yang adalah keponakan Abu Lahab. Seketika hari itu juga, di tengah kegembiraannya, Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah yang menjadi budaknya. 

Tentang Abu Lahab yang memerdekakan Tsuwaibah ini dapat ditemukan dalam hadits yang cukup panjang redaksinya pada kitab Sahih Bukhari nomor 4711 dalam Al Alamiyah dan 5101 dalam Fathul Bari. Berikut petikan atau bagian redaksi hadits yang membahas khusus tentang Abu Lahab yang memerdekakan Tsuwaibah. 

….قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَة

Artinya:...... Urwah berkata, Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi ﷺ. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya, "Apa yang telah kamu dapatkan?" Abu Lahab berkata."Setelah kalian, aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan Tsuwaibah." (HR. Bukhari). 

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari terbitan Maktabah Salafiyyah halaman 145 memberikan penjelasan tentang keringanan azab kubur yang dialami Abu Lahab. Ketika menjelaskan hadits di atas dan sampai pada penjelasan (أريه بعض أهله) (dia diperlihatkan kepada salah seorang keluarga) Ibnu Hajar Al Asqalani menukil sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa siksanya Abu Lahab diringankan setiap hari Senin.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Hal itu sebab hari Senin adalah hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Dan abu Lahab pernah bergembira hingga memerdekakan Tsuwaibah pada hari kelahiran nabi Muhammad SAW. 

أن العباس قالَ لَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ رَأَيْتُهُ فِي مَنَامِي بَعْدَ حَوْلٍ فِي شَرِّ حَالٍ فَقَالَ مَا لَقِيتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً إِلَّا أَنَّ الْعَذَابَ يُخَفَّفُ عَنِّي كُلَّ يَوْمِ اثْنَيْنِ قَالَ وَذَلِكَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَكَانَتْ ثُوَيْبَةُ بَشَّرَتْ أَبَا لَهَبٍ بِمَوْلِدِهِ فَأَعْتَقَهَا

Artinya: bahwa Ibnu Abbas berkata, ketika Abu Lahab mati, setahun kemudian aku melihatnya dalam mimpi dalam kondisi yang buruk. Ia berkata: aku setelah meninggalkan kalian tidak pernah merasakan jeda istirahat dari siksa, melainkan azab diringankan setiap hari Senin. Abu Lahab menjelaskan: Itu karena saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada hari Senin, waktu ia diberi kabar oleh Tsuwaibah atas kelahirannya, maka Abu Lahab membebaskannya (Tsuwaibah). (Lihat Fathul Bari nomor hadits 5101 terbitan Maktabah Salafiyyah halaman 145).

Oleh karena itu, bila Abu Lahab saja yang seorang kafir pembenci Rasulullah SAW bisa mendapat keringanan kubur karena pernah sekali saja gembira dengan kelahiran nabi Muhammad, apalagi seorang Muslim yang begitu semangat dan bergembira menyambut bulan maulid. 

Oleh karenanya setiap Muslim hendaknya menyambut bulan Rabiul Awal atau bulan maulid nabi Muhammad dengan penuh kegembiraan. Allah ta'ala berfirman: 

 قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ 

Artinya: Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad SAW) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira. (QS.Yunus: 58) 

Ayat ini menganjurkan kepada umat Islam agar menyambut gembira anugerah dan rahmat Allah. Ada sebagian ulama yang menafsirkan lafadz الفضل dan الرحمة dengan ilmu dan nabi Muhammad SAW.  Abu Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa yang dimaksud dengan الفضل adalah ilmu, sedangkan الرحمة adalah Nabi Muhammad SAW. Pendapat yang masyhur yang menerangkan arti الرحمة dengan Nabi Muhammad SAW.

Sebab lahirnya nabi Muhammad SAW adalah Rahmat untuk semesta alam.  

 وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ 

Artinya: Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (Alquran surat Al Ambiya ayat 107.)

Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani berpendapat bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW ialah dianjurkan berdasarkan firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 58 di atas. (Lihat Ikhraj wa Ta’liq fi Mukhtashar Sirah An-Nabawiyah, halaman: 6-7, karya Sayyid Muhammad alMaliki al-Hasani). 

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, mengatakan:

 وَالْحَاصِلُ اَنّ الْاِجْتِمَاعَ لِاَجْلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ اَمْرٌ عَادِيٌّ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْعَادَاتِ الْخَيْرَةِ الصَّالِحَةِ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَي مَنَافِعَ كَثِيْرَةٍ وَفَوَائِدَ تَعُوْدُ عَلَي النَّاسِ بِفَضْلٍ وَفِيْرٍ لِاَنَّهَا مَطْلُوْبَةٌ شَرْعًا بِاَفْرِادِهَا. 

 

Artinya: Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya. (Lihat Mafahim Yajibu An-Tushahha, halaman: 340)

 
Berita Terpopuler