Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Bagaimana Caranya?

Nabi Muhammad SAW menunjukkan hari kelahiran beliau SAW memiliki keutamaan.

ANTARA/Muhammad Iqbal
Remaja masjid bermain rebana mengiringi pembacaan risalah Maulid saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Muyassarin, Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu (8/10/2022). Peringatan Maulid diisi dengan tausiyah, pembacaan risalah Maulid dan membagikan makanan kepada jamaah.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftahul Huda menyampaikan penjelasan tentang bagaimana cara seorang Muslim memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal. Tanggal tersebut jatuh pada 28 September 2023.

Baca Juga

"Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momentum yang sangat tepat untuk dijadikan sarana untuk menambah mahabbah (rasa cinta) kepada junjungan kita dan kekasih Allah SWT," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (20/9/2023).

Bagi seorang Muslim, lanjut Kiai Miftah, cara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah dengan memperbanyak sholawat kepada beliau SAW dan mempelajari jejak sejarah Nabi Muhammad SAW atau sirah nabawiyah.

Karena itu, dia mengatakan, perkara besar atau kecilnya jumlah orang yang memperingati Maulid tidak menjadi urgen atau hal yang perlu disoroti. "Tetapi isi yang ada di dalam Maulid itulah yang perlu diperhatikan," tuturnya.

Kiai Miftah juga mengingatkan, jangan sampai momentum yang luar biasa tersebut menjadi tidak baik karena isinya tidak baik. Maka, pada momentum Maulid Nabi Muhammad SAW ini, hendaknya membaca sholawat Nabi atau mempelajari sirah perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Adapun pelaksanaannya bisa di mana saja dan bisa dilakukan secara individu. Tidak harus berjamaah atau di masjid.

 

"Ibaratnya seperti pembacaan shalawat Nabi atau mempelajari sirah Nabi boleh dilaksanakan di mana saja. Tidak ada keharusan harus berjamaah atau di dalam masjid," jelas Kiai Miftah.

Dalam sebuah riwayat hadits, suatu kali Nabi SAW pernah ditanya soal puasa di hari Senin dan Kamis, lalu Nabi SAW bersabda:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

"Itu adalah hari kelahiranku, dan hari turunnya wahyu padaku." (HR. Ahmad)

Nabi Muhammad SAW menunjukkan hari kelahiran beliau SAW memiliki keutamaan dan terdapat keberkahan di dalamnya. Nabi SAW senantiasa melaksanakan ibadah puasa di hari lahirnya itu.

Datangnya Rasulullah SAW juga merupakan karunia bagi orang-orang yang beriman. Rasulullah membawa risalah kenabian, membersihkan jiwa orang beriman, dan mengajarkan hikmah kepada mereka.

Allah SWT berfirman:

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

 

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imran ayat 164)

 
Berita Terpopuler