Sulit Merelakan? Begini Panduannya dalam Islam

Merelakan merupakan bagian dari mengikhlaskan segala hal.

Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi berdoa, upaya untuk merelakan dan mengikhlaskan
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hidup manusia, merelakan bukanlah hal yang mudah. Merelakan berarti menyadari bahwa apa yang diinginkan dan diharapkan tak akan selalu terwujud dan melepasnya untuk hal yang baru.

Baca Juga

Ketika kita memegang atau menahan-nahan sesuatu, entah itu harta, benda, fisik atau emosi, membutuhkan energi. Bahkan terkadang, dibutuhkan energi dalam jumlah besar untuk melakukannya.

Jadi, ketika kita melepaskan, kita punya waktu dan energi untuk maju dalam hidup. Secara teori melepaskan tampaknya mudah, tetapi dalam kenyataannya jauh berbeda.

Dilansir di About Islam, Senin (18/9/2023), Aisha Stecey menyebut melepaskan memang sulit dan terkadang menyakitkan. Namun, kedamaian di ujung jalan itu sepadan dengan usaha yang dilakukan.

"Melepaskan hubungan atau orang yang beracun (toxic) membuat kita rentan dan sendirian. Sendirian adalah satu kata yang banyak dari kita kaitkan dengan ketakutan dan pengabaian," ujar dia.

Di sisi lain, melepaskan pekerjaan yang menyesakkan atau membosankan dan tidak menarik adalah langkah besar menuju dunia yang tidak dikenal. Kata-kata seperti tagihan dan hipotek tampaknya seperti tembok bata yang tidak dapat diatasi.

Bukan hanya itu, melepaskan kebiasaan buruk ibarat melepaskan selimut nyaman yang kita pegang erat-erat semasa kecil. Kebiasaan buruk sulit dihilangkan meski kita menyadari sifatnya yang merusak.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Lantas, bagaimana agar kita bisa melakukannya? Bagaimana kita merentangkan tangan dan secara metaforis merasakan apa yang kita genggam agar terlepas?

Seorang motivator bernama Brendon Burchard menyebut banyak dari kita mengalami kesulitan dan rasa sakit ketika melepaskan, karena keterikatan pada masa lalu. 

Beberapa orang, kata dia, bisa selamanya terpaku pada siapa yang benar dan siapa yang salah, atau siapa yang harus disalahkan atas situasi yang tidak diinginkan saat ini. Sementara banyak yang lain takut untuk keluar dari kebiasaan nyaman yang telah mereka jalani.

"Keputusan ini mungkin tidak sempurna, tetapi mereka tahu apa yang diharapkan, mereka tidak harus menghadapi masa depan yang tidak pasti," kata Stacey.

Ketika seseorang benar-benar berhenti untuk menelaah makna dari kata-kata menakutkan, seperti masa depan yang tidak pasti, maka harus diakui bahwa masa depan tidaklah pasti. Apa yang ada saat ini bisa saja hilang besok dan kehidupan berubah tanpa memperhatikan kenyamanan atau kepastian.

Sebagai umat Islam, kita sudah lebih dulu memulai proses melepaskan karena kita tahu, secara teori atau kenyataan, bahwa melepaskan berarti berserah diri pada kehendak Allah SWT. Setiap umat Islam menyadari bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu yang ada di muka Bumi ini.

"Ketika sehelai daun jatuh dari pohon, hal itu terjadi atas izin dan Kehendak Tuhan. Ketika ranting itu membelok ke arah angin dan selamat dari badai, hal itu terjadi karena Allah telah menetapkan bahwa ranting itu akan terus hidup," ucap dia.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Sebagai orang beriman, kita selalu sadar bahwa hanya Allah SWT yang mengendalikan segala sesuatu. Untuk jangka waktu tertentu, mungkin bisa membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa kita mempunyai semacam kendali. Namun semakin cepat menyadari bahwa hal ini tidak benar, maka akan semakin mudah kita melepaskan hal-hal yang menghambat perjalanan di dunia.

Brendon Burchard juga telah membagikan pendapatnya, bahwa alih-alih terus memikirkan masa lalu, kita harus melihat ke masa depan dan bertanya pada diri sendiri pelajaran apa yang telah kita petik dari situasi yang sulit kita lepaskan.

"Carilah pelajarannya dan ambillah sesuatu darinya. Itu nasihat yang bagus, karena mencari yang baik dalam segala situasi itu bermanfaat," kata Stacey.

Kadang-kadang ketika segala sesuatunya tampak tidak berjalan sesuai rencana, tidak sedikit yang menjadi putus asa daripada mencari pelajaran dan fokus pada kebaikan yang melekat dalam segala situasi.

Kapan pun dilanda ketakutan dan kesedihan, kapan pun menyadari akhirnya harus melepaskan dan bergerak maju tetapi tidak mampu mengambil langkah pertama, maka sebagai hamba-Nya kita harus berpaling kepada Allah SWT.

Hanya Dia yang dapat meringankan jiwa yang bermasalah dan hanya Allah SWT saja yang dapat membuka jalan untuk melepaskan beban dan ketakutan yang menghambat atau menghalangi jalan ini.

 

"Ketika kita ingin maju atau bahkan ingin menghentikan komidi putar memusingkan yang disebut kehidupan, kita harus berpaling kepada Allah SWT dan percaya bahwa Dia tahu apa yang terbaik, serta akan membimbing ke tempat yang lebih baik dalam hidup ini dan di masa depan," ucap dia.

 
Berita Terpopuler