Kemenkes Catat Penurunan Kasus ISPA di Jabodetabek

Penurunan kasus ISPA ini sejalan dengan upaya pengendalian polusi udara di Jakarta.

Republika/Wihdan Hidayat
Tenaga kesehatan memeriksa warga penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (29/8/2023). Data penderita ISPA di Jakarta imbas kualitas udara yang buruk mengalami lonjakan. Menurut kementerian kesehatan bahwa pasien ISPA di Jakarta mencapai 200 ribu orang, padahal sebelum andemi Covid 19 hanya 50 ribu pasien. Mengutip data IQAir polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta selama 2023 serta membawa kerugian sekitar Rp 32,09 triliun.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan penurunan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pneumonia dan non-pneumonia pada beberapa hari terakhir saat data tersebut diambil (6-10 September 2023). Penurunan kasus ISPA ini sejalan dengan upaya pengendalian polusi udara di Jakarta.

Baca Juga

"Kita melihat setelah adanya mitigasi Dinas Kesehatan DKI, kasusnya mulai menurun. Meskipun masih tinggi, tapi sudah menunjukkan adanya penurunan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam sebuah seminar di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Imran mengatakan penurunan tersebut ditandai dengan adanya penurunan dari 16.788 kasus ke 15.193 kasus, kemudian ke 12.317 kasus, lalu ke 8.419 kasus, hingga mencapai 3.189 kasus ISPA non-pneumonia secara berturut-turut sejak 6-10 September lalu. Adapun untuk ISPA pneumonia, dia menambahkan ditandai dengan adanya penurunan dari 452 kasus ke 428 kasus, kemudian ke 289 kasus, lalu ke 274 kasus, hingga mencapai 61 kasus secara berturut-turut sejak 6-10 September lalu. 

"Jakarta Timur menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jabodetabek," ucap Imran.

Menurut dia, salah satu penyebab turunnya jumlah kasus ISPA di Jabodetabek adalah dengan dibentuknya Satuan Tugas  Pengendalian dan Pencemaran Udara Wilayah Jabodetabek serta Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Polusi Udara (PPRPU) Kemenkes yang telah berhasil melakukan sejumlah upaya mitigasi terhadap dampak buruk polusi udara. Oleh sebab itu, dia mendorong berbagai upaya bersama yang telah dilakukan oleh sejumlah pihak dalam menangani dampak buruk dari polusi udara.

"Termasuk di antaranya adalah razia untuk uji emisi, saya kira kalau dilakukan terus menerus akan memberikan dampak yang lebih banyak," kata Imran Pambudi.

 

Sebelumnya, Imran pernah menyebut, kasus ISPA di Jabodetabek tercatat mencapai sekitar 14 ribu kasus per hari. Angka itu lebih tinggi dari rata-rata kasus harian ISPA pada tahun lalu.

"Kasus ISPA yang jelas kita melakukan pemantauan harian. Di Jabodetabek ada sekitar 14 ribuan kasus tiap hari. Kondisinya dibandingkan tahun lalu jelas lebih tinggi," kata Imran usai acara perayaan Hari Olah Raga 2023 di kawasan Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, Ahad (10/9/2023). 

Imran menjelaskan, pergerakan angka kasus ISPA saat ini memang lebih tinggi, terutama saat pulihnya kondisi pandemi Covid-19. Pada saat melandainya kasus Covid-19 dan bergerak menuju endemi, aktivitas atau mobilitas masyarakat kian longgar. Lalu imbasnya pada polusi udara yang makin buruk sehingga diduga berdampak pada makin banyak orang terkena ISPA.

"Terjadi peningkatan pada akhir tahun 2022, seiring dengan mulai dilonggarkan, polusinya naik, ada kenaikan kasus ISPA. Tapi terkait berhubungan langsung (dampaknya terhadap ISPA) kita masih kaji lagi ya," terang dia.  

Menurut penuturannya, proporsi kasus ISPA secara keseluruhan didominasi oleh usia orang dewasa atau usia produktif. Sementara itu, untuk kasus pneumonia yang menyerang saluran pernapasan hingga ke paru-paru -misalnya sesak napas- lebih banyak menyerang kalangan balita. Eva Rianti 

 
Berita Terpopuler