Baru Tiga Hari Beroperasi, LRT Jabodebek Mati Listrik Hingga Berhenti Tiba-Tiba

Penumpang pun menyesalkan gangguan tersebut.

Republika/Thoudy Badai
Warga menaiki moda transportasi Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Selasa (29/8/2023).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moda transportasi massal terbaru, LRT Jabodebek, mengalami gangguan mati listrik hingga berhenti secara tiba-tiba pada operasional di hari ketiga. Penumpang pun menyesalkan gangguan tersebut karena harus memakan waktu perjalanan lebih lama hingga terlambat ke tempat bekerja. 

Baca Juga

Hal tersebut diceritakan oleh salah satu warga Bekasi, Reza Hadyan (28 tahun) yang turut menjadi salah satu penumpang saat LRT Jabodebek mengalami gangguan. Kepada Republika.co.id, Reza bercerita, gangguan terjadi saat LRT Jabodebek tengah melintas di antara Stasiun Halim dan Jati Bening Baru.

Adapun ia berangkat kerja menggunakan LRT Jabodebek dari Stasiun Jatimulya, Bekasi. “Pertama dia berhenti tiba-tiba, sempat bunyi alarm gitu, saya dengar karena di depan (gerbong pertama) berdirinya. Berhenti sekitar 20 menit,” kata Reza kepada Republika.co.id, Rabu (30/8/2023). 

Reza menceritakan, sesaat setelah alarm berbunyi dan kereta berhenti, petugas train attendant akhirnya maju ke ruang masinis otomatis untuk mengambil kendali secara manual. LRT Jabodebek alhasil dapat kembali berjalan.

“Lalu saat mau sampai Stasiun Halim, tidak jauh dari stasiun berhenti lagi. Jarak sama kereta depan rapet banget. Tahu-tahu ada pengumuman loss power sama sinyal ngetrip,” ujarnya. 

Listrik mati dan sistem pendingin ruangan ikut mati. Sementara penumpang tak dapat keluar dari kereta. Ia menuturkan, gangguan yang kedua kalinya, kereta yang ia tumpangi berhenti sekitar 15 menit.

“AC mati, gerah. Lebih baik naik bus saja. Apalagi saya harus transit lagi menggunakan Bus Transjakarta,” katanya. 

Ia mengaku kesal, lantaran waktu perjalanannya terbuang sia-sia dan terlambat tiba di kantor. Reza sedianya berencana untuk turun di Stasiun Dukuh Atas yang masih berjarak tujuh stasun dari Stasiun Halim. 

Jadi solusi polusi udara Jakarta... (berikutnya)

LRT kini telah menjadi kereta api ringan yang beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). World Economics Forum (WEF) menyatakan bahwa LRT bukan hanya alternatif moda transportasi antimacet, melainkan juga solusi bagi upaya menekan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.

"(LRT) Jaringan kereta layang terbaru di Jakarta dapat membantu kota ini bernapas dengan lebih mudah," demikian ditulis oleh akun Instagram WEF, Rabu (30/8/2023). 

Bernapas dengan mudah dijadikan kata kunci oleh WEF karena berkaitan pada upaya Jakarta dan kota-kota di sekitarnya untuk menekan polusi udara. Kereta tanpa masinis yang disebut juga Light Rail Transit (LRT) ini menghubungkan berbagai kawasan pada rentang jarak 41,2 kilometer (km) atau 25,6 mil. 

Mengutip Reuters, WEF menyebutkan warga Jakarta Raya biasanya menggunakan commuter line atau kerap disebut kereta rel listrik (KRL) yang melayani jarak 418 km. Terdapat 1,2 juta penumpang yang dilayani KRL setiap harinya.

Semua hal positif yang dibawa oleh proyek LRT itu mendorong Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk melibatkan lebih banyak perusahaan negara di dalam pengerjaan proyeknya. LRT dikerjakan ramai-ramai oleh empat perusahaan BUMN. Keempat perusahaan tersebut memiliki peran masing-masing yang berbeda. 

Pertama, PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Kedua, PT INKA (Persero). Ketiga, PT Len Industri (Persero). Keempat, PT KAI (Persero).

ADHI menjadi pelaksana proyek pengerjaan prasarana LRT sejak 2015. ADHI berbekal  penugasan langsung dari pemerintah yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015. ADHI juga membangun depo dengan dasar penugasan Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015.

Sementara, INKA merupakan produsen 31 trainset (rangkaian) LRT, langsung dari pabriknya di Madiun. Rangkaian pertama telah mereka kirim pada Oktober 2019 hingga yang terakhir pada akhir tahun 2021.

Adapun LEN mengurusi Sistem persinyalan dan operasional LRT Jabodebek. BUMN ini memang jagonya persinyalan kereta api sejak lebih dari 35 tahun.

Khusus untuk KAI, pemerintah menugaskannya sebagai operator penyelenggara  LRT Jabodebek. Tugas itu tertuang dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015. 

KAI ditugaskan untuk menyediakan, mengoperasikan, dan merawat sarana LRT. KAI juga bertanggungjawab menyelenggarakan sistem tiket otomatis. 

"Semoga kontribusi BUMN ini dapat lebih memberi kenyamanan warga Jabodebek dan sekitarnya untuk bertransportasi. Dan semoga segera dapat menekan kemacetan dan polusi. Tinggal partisipasi masyarakat. Yuk naik LRT," ujar Erick. 

 

 
Berita Terpopuler