Cegah Kebakaran di Tempat Pembuangan Sampah, DLH Tasikmalaya Gunakan Ekoenzim

Ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya.

Republika/ Bayu Adji P
Petugas menyemprotkan larutan ekoenzim ke arah tumpukan sampah di TPA Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (29/8/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Kendaraan pemadam kebakaran dikerahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (29/8/2023) petang. Dari kendaraan itu disemprotkan larutan ekoenzim ke arah tumpukan sampah.

Baca Juga

Upaya tersebut diinisiasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, bekerja sama dengan komunitas pegiat lingkungan. “Ini pertama kali DLH melakukan penyemprotan larutan ekoenzim di TPA Ciangir,” ujar Kepala DLH Kota Tasikmalaya Deni Diyana.

Menurut Deni, ekoenzim dimanfaatkan untuk mengurangi bau, polusi, juga mencegah terjadinya kebakaran di area tempat pembuangan sampah seluas sekitar sebelas hektare itu.

Ihwal pencegahan kebakaran, Deni menjelaskan, ekoenzim dapat mengurangi kadar gas metana di tumpukan sampah, yang mudah terbakar. Berdasarkan upaya serupa di daerah lain, kata dia, penggunaan ekoenzim dinilai efektif menurunkan kadar gas metana sampai 40 persen. “Jadi, bisa antisipasi terjadinya kebakaran di TPA,” katanya.

Menyikapi adanya kandungan gas tersebut, menurut Deni, ke depan direncanakan pemasangan pipa. Pemasangan pipa ini ditujukan untuk menyalurkan gas metana di bawah tumpukan sampah ke permukaan. “Jadi gas metana tidak menumpuk di bawah,” ujar Deni.

Warga yang beraktivitas di area TPA Ciangir pun diingatkan akan keberadaan gas di tumpukan sampah itu. Warga diminta berhati-hati ketika melakukan hal yang berhubungan dengan api. Seperti merokok dan membuang puntung rokok sembarangan. Pasalnya, bisa memicu kebakaran. “Karena, meski terlihat basah, (tumpukan sampah) ini mengandung gas,” kata dia.

Manfaat lain ekoenzim

Deni mengatakan, pada tahap awal disemprotkan sekitar 10 ribu liter larutan ekoenzim ke area tumpukan sampah di TPA Ciangir. Menurut dia, penyemprotan ekoenzim itu akan dirutinkan. Selain mencegah kebakaran, juga untuk mengurangi polusi udara.

“Nanti petugas akan lakukan pengujian kualitas udara di sini. Kalau belum baik, kami akan lakukan lagi. Mungkin tahap pertama ini sepekan sekali. Nanti bisa sebulan sekali,” kata Deni.

 

 

Selain di TPA Ciangir, DLH juga berencana memanfaatkan ekoenzim di ruang terbuka hijau. Deni mengatakan, penyemprotan ekoenzim dapat membantu memberikan nutrisi terhadap tanah dan membersihkan udara di Kota Tasikmalaya.

Deni mengeklaim saat ini kondisi udara di Kota Tasikmalaya masih terbilang baik. Meski demikian, kata dia, kondisi yang baik itu tak akan bertahan jika tidak dilakukan upaya untuk menjaganya. “Polusi yang ada juga harus ditangani. Jadi, kondisi bagus itu harus dipertahankan. Salah satunya dengan cara ini,” ujar dia.

Membuat ekoenzim

Menurut Deni, ekoenzim memiliki banyak manfaat. Cara membuatnya pun terbilang mudah dan murah. Ekoenzim yang disemprotkan ke TPA Ciangir disebut didapat dari komunitas pegiat lingkungan di Kota Tasikmalaya.

Para pegiat lingkungan itu memproduksi ekoenzim dari limbah sayuran dan buah yang masih segar. Kemudian difermentasi selama tiga hingga empat bulan untuk dijadikan larutan. 

“Ini juga bisa jadi solusi sampah organik. Karena manfaatnya sangat banyak, di antaranya untuk memperbaiki kualitas udara. Ini juga tidak berbahaya untuk makhluk hidup,” ujar Deni.

Salah satu pegiat lingkungan, Devi Badrudin, menjelaskan, ekoenzim ini dapat dibuat secara mandiri. Bahan yang dibutuhkan biasanya diambil dari sisa sayuran atau buah di pasar. Lalu dilakukan fermentasi selama sekitar tiga bulan, hingga menjadi cairan. 

“Ini sangat mudah diproduksi. Saya sendiri dapat sampah dari tukang sayur bekas. Dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 120 liter,” ujar Devi.

Devi mengatakan, selama ini pihaknya memanfaatkan ekoenzim untuk memperbaiki kualitas air sungai di Kota Tasikmalaya. Larutan ekoenzim disebut bisa membantu menjernihkan air sungai.

“Sekarang kami terus berupaya membersihkan sampah di sungai. Namun, terkendala, masih belum banyak kesadaran masyarakat. Jadi, masih banyak yang membuang sampah ke sungai,” kata Devi.

 
Berita Terpopuler