Habib Umar bin Hafidz dan Perjalanan Hidupnya

Habib Umar bin Hafidz merupakan seorang ulama besar.

Republika/Rahmat Fajar
Habib Umar bin Hafidz
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Habib Umar bin Hafidz adalah seorang ulama dan tokoh Islam yang berasal dari Yaman. Dia lahir pada 27 Mei 1963 di Tarim, sebuah kota di Hadramaut, Yaman. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia keilmuan Islam dan sufi.

Baca Juga

Dakwah Habib Umar sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia. Umat Islam Indonesia selalu menyambutnya dengan sangat antusias. Apalagi, kakeknya yang kedua, Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim juga berasal dari Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.

Habib Umar dikenal sebagai seorang ulama yang mengajar tentang tasawuf dan kehidupan spiritual. Ia menghabiskan masa mudanya untuk memperdalam ilmu agama di bawah bimbingan ayahnya dan para ulama terkemuka di kota Tarim.

Habib Umar tumbuh di antara keluarga shaleh dan berilmu. Ayahnya, Habib Muhammad bin Salim adalah seorang ulama terpandang yang mencapai derajat mufti dalam mazhab Syafi’i. Sedangkan kakeknya, Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim merupakan seorang ulama yang produktif. 

Saat berusia tujuh tahun, Habib Umar kerap diajak sholat tahajut oleh ayahnya. Bahkan, kala itu Habib Umar kecil sampai terkantuk-kantuk dalam melakukan sholat malam. Hingga pada suatu waktu ada seorang tamu melihat hal tersebut dan berkata, 

"Anakmu terlalu kecil, kasihan. Umurnya belum pantas untuk Ibadah seperti ini." 

Habib Muhammad menatap Habib Umar dan kemudian berkata kepada tamunya, "Anda akan menjadi saksi, tunggulah dan lihat, akan jadi apa Anak ini dikemudian hari".

Habib Muhammad telah menanamkan ajaran Islam kepada putranya sejak masih kecil. Bahkan, di usinya yang masih belia, Habib Umar telah menghafal Alquran. Selain itu, dia juga mampu menguasai ilmu-ilmu dasar agama Islam.

Namun, saat Habib Umar masih kecil, keadaan Hadramaut tidak kondusif. Menginjak usia sembilan tahun, ayahnya kemudian diculik oleh orang-orang komunis yang saat itu sedang berkuasa di kawasan Yaman Selatan. Habib Muhammad diculik lantaran tegas dalam menyampaikan dakwah dan kebenaran

Kendati demiki, semangat Habib Umar untuk menuntut ilmu tidak surut. Secara sembunyi-sembunyi, dia tetap belajar kepada ulama di masa itu. Selain belajar pada ayahandanya, Habib Umar juga belajar kepada para ulama Yaman lainnya. Di antaranya, Habib Muhammad bin Alwi bin Syihab, al Munshib al Habib Ahmad bin Ali bin Syekh Abu Bakar, dan Habib Ibrahim bin Agil bin Yahya di Kota Taiz, Yaman. 

Setelah belajar di kota kelahirannya, Habib Umar pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Ia juga menjalain hubungan dengan banyak ulama Makkah maupun Madinah. Dari tangan merekalah al Habib Umar menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu fikih, tauhid, usul fikih, sejarah, tata bahasa hingga ilmu tasawuf. 

Setelah berusia 15 tahun, dia pun telah terbiasa untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya. Sambil terus belajar, ia juga mengajar dan berdakwah di sekitar kota Baidha', Hudaidah dan Ta’iz. Di kota Ta’iz ini, Habib Umar juga berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Ibrahim bin Umar bin Aqil. 

Habib Umar menghabiskan waktunya untuk berdakwah keliling dunia. Habib Umar juga memiliki peran dalam memimpin lembaga pendidikan Islam di Yaman, khususnya Darul Mustafa di Tarim, Hadramaut. Habib Umar resmi mendirikan Darul Musthafa pada Selasa 29 Dzulhijjah 1417 H/6 Mei 1997 M.

Darul Musthofa didirikan lantaran banyaknya pelajar yang datang dari berbagai negara untuk belajar ilmu agama kepada Habib Umar di kota Tarim. Darul Musthofa merupakan tempat berkumpul dan bertemunya pelajar dunia. Di beberapa sumber disebutkan, pelajar yang pertama kali datang dan mengaji di Darul Musthofa adalah pelajar dari Indonesia yaitu sekitar 1416 H atau 1996 M dengan jumlah pelajar sekitar 30 orang.

Lembaga pendidikan Islam ini didirikan Habib Umar untuk mencetak para ulama dan dai yang berasaskan pada ilmu agama dan beradab dengan adab kenabian. Murid-muridnya diharapkan mampu memikul beban umat untuk mengajak ke jalan Allah SWT dan dapat membawa umat dari kebodohan dan kegelapan kepada cahaya keilmuan, serta menguatkan keimanan umat agar tetap berpegang teguh kepada ajaran ajaran Rasulullah SAW.

Selain mengasuh santri-santri Darul Musthofa, Habib Umar bin Hafudz juga kerap kali melakukan perjalan ke berbagai penjuru dunia, mulai dari Haramain, Syam, Mesir, Afrika, Asia Tenggara, hingga ke daratan Eropa. Habib Umar juga setiap tahun mengunjungi Indonesia. 

Termasuk pada Agustus 2023 ini, Habib Umar juga melakukan rihlah ke berbagai deerah Indonesia untuk berdakwah. Pengajaran-pengajarannya mengenai tasawuf dan akhlak sangat dihormati oleh banyak orang. Setiap majelis yang dihadirinya selalu dihadiri ribuan orang. 

Sampai saat ini, banyak santri-santri di Indonesia yang juga menuntut ilmu secara langsung ke Darul Musthafa di Tarim. Darul Musthafa juga telah melahirkan banyak dai yang kemudian meneruskan perjuangan dakwah Habib Umar di berbagai daerah di Indonesia.

Selain menjadi seorang ulama dan pendidik, Habib Umar juga terlibat dalam kegiatan sosial dan amal. Selain itu, Habib Umar masih sempat menulis beberapa kitab. Di antaranya berjudul Is’af tholibi ridho alkhallak bimakarimi alkhallak, Taujihat Tullab, Syarah mandhumah sanad alawiy, Khuluquna, Dakhirah Musyarafah, Khulasoh Madad an-Nabawiy, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

 

Dengan mengetahui sekilas perjalanan hidupnya di atas, dapat dikatakan bahwa Habib Umar bin Hafidz adalah contoh perjalanan hidup yang menunjukkan dedikasi terhadap ilmu, spiritualitas, dan pelayanan kepada masyarakat.

 
Berita Terpopuler