Sikap Umat Muslim Menghadapi Krisis Air Bersih

Umat muslim diminta untuk tak mengotori sumber air.

Republika/Wihdan Hidayat
Petugas BPBD Bantul mengirimkan bantuan dropping air bersih di Dusun Petung, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Senin (21/8/2023). Sebanyak 2 armada tangki dikerahkan untuk dropping air bersih di Dusun Petung, Kasihan, Bantul. Untuk setiap suplai air bersih sebanyak 30 ribu liter air yang dibagi ke dalam dua tempat tandon air. Hingga minggu ini BPBD Bantul sudah melakukan dropping air bersih sebanyak 113 ribu liter imbas kekeringan. Ada empat wilayah yang terdampak kekeringan diantaranya Kelurahan Sriharjo, Imogiri kemudian Kelurahan Bangunjiwo, Kasihan dan Kelurahan Terong, Dlingo.
Rep: Havid Al Vizki Red: Fian Firatmaja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Air merupakan sumber kehodupan bagi setiap manusia. Bagi manusia, selain untuk kehidupan air juga berguna untuk kegiatan pertanian hingga industri.

Namun, saat ini kekeringan atau krisis air bersih tengah terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagai seorang Muslim, bagaimana harus menyikapi kekeringan atau krisis air bersih saat ini. Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Sumber daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayu Prabowo menjelaskan sebagai Muslim menghemat air bisa dimulai dari berwudhu dahulu.

Menurut dia, berwudhu harus sesuai sunah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dan, sebagai umat Muslim harus menyadari hal itu.

Selain itu, umat muslim juga harus mulai melakukan penyimpanan air melalui sumur resapan. Dan juga, menurutnya haram hukumnya bagi umat Muslim untuk mengotori sumber air.

Sementara itu, Baitul Maal Hidayatullah merespons langsung kekeringan air di sejumlah wilayah. Direktur Program dan Pendayagunaan Baitul Maal Hidayatullah Zainal Abidin mengatakan salah satu program untuk membantu kekeringan yakni sumur bor.

Ia menjelaskan program sumur bor tersebut dilakukan di berbagai tempat mulai dari pesantren hingga desa-desa yang mengalami kesulitan air bersih. 

 

 

 

 

Video Editor | Fian Firatmaja

 

 
Berita Terpopuler