Koalisi 'Gemuk' Pendukung Prabowo Vs Reaksi PDIP dan Ganjar

Skenario empat poros koalisi pupus setelah Golkar dan PAN resmi dukung Prabowo.

Prayogi/Republika
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sambutan pada deklarasi dukungan Pilpres 2024 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Ahad (13/8/2023).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Fauziah Mursid, Antara

Baca Juga

Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) pada Ahad (23/8/2023), resmi meneken kerja sama untuk bergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Dalam deklarasinya, kedua partai politik tersebut juga secara resmi menyatakan dukungannya kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres).

Sebelum Partai Golkar dan PAN, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi yang pertama berkoalisi dengan Partai Gerindra. KKIR diteken kedua partai politik pada satu tahun yang lalu. Setelah PKB, Partai Bulan Bintang (PBB) menyakatan dukungannya kepada Prabowo. Selanjutnya, Partai Gelora akan menyampaikan dukungannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) itu.

Pengamat politik Yusfitriadi menilai bergabungnya Golkar dan PAN ke koalisi mendukung Prabowo Subianto menggugurkan peluang akan adanya empat poros koalisi di Pilpres 2024. Hal ini juga membuat koalisi Prabowo semakin kuat.

"Sehingga sudah bisa dipastikan Prabowo sangat kuat. Sekaligus menggugurkan informasi akan adanya poros koalisi keempat dalam dukungan calon presiden dan wakil presiden," ujar Yusfitriadi dalam keterangannya, Ahad (13/8/2023).

 

Saat ini, gabungan parpol koalisi pendukung Prabowo Subianto telah mencapai 46,09 persen kursi di parlemen. Meski begitu, Pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai kuatnya dukungan ini tidak serta merta membuat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 satu putaran. 

"Situasinya tentu saja Prabowo mendapat dukungan lebih kuat, hanya saja belum cukup kuat membuat Pilpres satu putaran, karena koalisi Perubahan juga besar porsinya," ujar Dedi dalam keterangannya, Senin (14/8/2023).

Dedi mengatakan, jika mengacu hitungan Pilpres 2019 lalu, kubu Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu mengumpulkan kekuatan koalisi hingga 60 persen. Sementara pihak oposisi di angka 40 persen.

Sedangkan saat ini, kekuatan Prabowo akan tepecah dengan Ganjar Pranowo. "Sehingga mencapai suara bulat 50an persen akan tetap berat dilakukan, kecuali jika kandidat hanya dua pasang," ujarnya.

Dedi melanjutkan, kemungkinan dua pasang capres masih terbuka jika besarnya koalisi Prabowo membuat PDIP ikut merapat ke koalisi tersebut. "Bukan tidak mungkin, dengan besarnya gerbong Prabowo bisa ubah keputusan PDIP untuk ikut merapat, dan jika demikian maka satu putaran itu lebih mungkin," ujarnya.

Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand) Sumatra Barat, Asrinaldi menilai, dukungan dari Golkar dan PAN akan membuat Prabowo Subianto semakin percaya diri sebagai capres. Dukungan dari dua partai politik pimpinan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, yang keduanya juga duduk sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju bersama Prabowo itu, kian menambah kekuatan mesin politik Partai Gerindra menjelang Pilpres 2024.

"Kalau dia (Partai Gerindra) sendiri yang mendayung untuk mengantarkan Prabowo ke pelabuhan presiden, itu sangat berat. Makanya, butuh mesin baru dan mesin itu PAN dan Golkar," kata Asrinaldi.

 

Menurut dia, Golkar memiliki infrastruktur politik cukup kuat, sedangkan PAN mempunyai basis atau loyalitas pendukung yang juga tidak bisa diragukan. Namun, penulis buku berjudul "Politik Masyarakat Miskin Kota" tersebut berpandangan satu hingga dua bulan ke depan situasi politik di Tanah Air masih cukup rentan dan dinamis.

Asrinaldi mengatakan apabila dalam kesepakatan yang dibuat oleh suatu koalisi tidak sesuai dengan komitmen di awal, maka bisa saja salah satu partai keluar atau menarik dukungannya dan menyeberang ke koalisi lain.

"Ini sangat dinamis dan bisa saja berubah. Sebagai contoh (adalah) yang terjadi pada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)," tambahnya.

 

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Said Abdullah menghormati empat partai politik parlemen yang mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai bakal capres. Kendati demikian, PDIP bersama partai politik pengusung Ganjar Pranowo tak gentar melihat kekuatan lawannya tersebut.

"PDI Perjuangan memiliki sejarah panjang sebagai partai yang dididik dan dibesarkan dengan terbiasa dikeroyok secara politik. Di masa orde baru kami mengalami hal itu, dan di masa Jokowi-JK, begitu pula saat ini," ujar Said lewat keterangannya, Ahad (13/8/2023).

Seluruh kader PDIP diingatkannya tak melupakan sejarah ketika PDIP melawan pemerintahan Orde Baru. Tegasnya, pahit getirnya sejarah tersebut, justru dari pengalaman untuk memperkuat mental perjuangan dalam memenangkan Ganjar.

Ia juga berkaca pada kemenangan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) di pemilihan presiden (Pilpres) 2014 yang saat itu juga melawan koalisi "gemuk" milik Prabowo. Saat itu, koalisi pengusung Prabowo hanya memperoleh 46,88 persen suara pada kontestasi nasional tersebut.

"Kita harus bisa setegak-tegaknya melalui jalan terjal politik dan dengan begitulah mental juang kita terbentuk. Kita tidak boleh terlena manisnya kekuasaan dan melupakan jati diri sebagai partai sandal jepit, sebagai partai yang disokong oleh barisan pemberani yang terbiasa nggetih," ujar Said.

"Dengan berkaca pada jati diri itulah kita bisa berjalan dan melangkah bersama dengan semangat juang memenangkan pemilu 2024," sambung Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR itu.

Adapun, bakal capres dari PDIP, Ganjar Pranowo memakai baju bergambar Presiden Jokowi, saat menanggapi gabungnya Partai Golkar dan PAN ke Prabowo Subianto.

“Dalam proses demokrasi, sebenarnya itu biasa saja dan saya sangat menghormati sikap masing-masing partai. Pasti beliau-beliau juga sudah memberikan keputusan, sudah punya catatan-catatan harus merapat kemana,” kata Ganjar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad kemarin.

Berdasarkan foto dan video yang beredar, Ganjar memberikan keterangan tersebut mengenakan sebuah kaus hitam lengan pendek. Di kaus itu terpampang gambar Jokowi.

Gambar Jokowi di kaus tersebut memakai busana kemeja putih panjang dengan tangan kiri menggulung lengan baju di tangan kanan. Sementara celananya berwarna hitam panjang.

Jokowi digambarkan sedang disorot cahaya dan bayangannya tampak di kaus itu. Tak ketinggalan ornamen bendera merah putih lengkap dengan keterangan judul ‘Kisah Blusukan Jokowi’ juga terpampang jelas.

Dalam keterangannya, Ganjar mengucapkan selamat kepada kedua partai yang sudah bergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), mengikuti Partai Gerindra, PKB dan PBB. Namun, Ganjar teringat dengan kondisi koalisi pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Koalisi Merah Putih milik Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa juga didukung Partai Golkar dan PAN, bersama Gerindra, PKS, PPP, serta PBB.

Di sisi lain, lawan politiknya yakni Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla yang diusung PDIP bersama Partai NasDem, PKB, PKP, dan Hanura di Koalisi Indonesia Hebat tetap berhasil memenangkan ajang demokrasi lima tahunan itu, kemudian menjadi Presiden-Wakil Presiden periode 2014-2019.

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy mengatakan, kerja sama pengusung Ganjar Pranowo tak gentar dengan koalisi yang mendukung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Sebab, ia berkaca pada Pilpres 2014 ketika hanya didukung oleh lima partai politik.

"PPP dan PDIP yang sudah menentukan dukungan kepada Ganjar, ya saya katakan tadi tidak gentar karena hal yang serupa. Bahkan sudah lebih banyak lagi pernah dilakukan dukungan partai-partai politik pada Pak Prabowo," ujar Romahurmuziy di Rumah Aspirasi, Jakarta, Ahad.

Di samping itu, ia yakin Ganjar akan terus mendulang suara dari masyarakat setelah masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Tengah selesai. Sebab setelah itu, Ganjar akan berkeliling ke banyak wilayah untuk mensosialisasikan visi dan misinya.

"Sudah sepanjang tujuh kali seminggu, 24 jam sehari, sehingga memang kami meyakini akan ada rebound dukungan atas safari yang beliau lakukan," ujar Romahurmuziy.

Jika Ganjar terpilih sebagai presiden periode 2024-2029, ia yakin kekuatan koalisinya di parlemen juga mampu menyukseskan pemerintahan. Sebab, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) waktu itu notabenenya didukung oleh sedikit partai politik.

"Karena pada dasarnya semua partai politik memiliki peluang untuk dirangkul pada saatnya nanti Mas Ganjar menang," ujar Romahurmuziy.

 

Ganjar digoyang oleh sejumlah isu dukungan elite PDIP ke capres lain. - (Republika/berbagai sumber)

 
Berita Terpopuler