Mantan Jubir SBY: AHY Harus Babak Belur Sebelum Sukses

AHY harus membuktikan kepemimpinannya lewat tempaan tersebut.

Republika/Nawir Arsyad Akbar
Mantan juru bicara Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal memberikan pandangannya terkait langkah politik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023) malam.
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan juru bicara Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal memberikan pandangannya terkait langkah politik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sebab, ia memantau perkembangan AHY sejak muda hingga saat ini.

Ia juga melihat karir AHY saat pertama kali terjun ke dunia politik dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2017. Saat itu, Dino memberikan pandangannya soal langkah berikutnya bagi AHY sebelum mencapai keberhasilan.

Baca Juga

"Oke now this is a big move ya, karena ini gimana masuk ke next level ya. Gimana next level itu? dan yang saya bilang dan saya inget waktu itu, saya bilang kalau masuk next level, AHY harus jatuh, harus kalah, harus babak belur, harus sakit, dan harus pernah membuat kesalahan," ujar Dino di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023) malam.

"Otherwise, tidak ada orang yang bisa tumbuh kalau tidak babak belur, tidak sakit, tidak jatuh, dan tidak kalah," sambungnya di dalam acara peluncuran buku "Tetralogi Transformasi AHY".

Lewat kekalahan dan babak belyr tersebut, dapat membuktikan kepemimpinan dari AHY. Kini, putra sulung SBY itu harus dapat membuktikan kepemimpinannya yang telah ditempa lewat proses yang berat tersebut.

"Kesalahan jadi guru, babak belur jadi guru, sakit jadi guru, jatuh jadi guru, dan lain sebagainya," ujar Dino.

Kedua, AHY harus mampu membuat ruangnya sendiri. Sebab ia memiliki keuntungan sekaligus kerugian soal statusnya sebagai putra sulung SBY, yang notabenenya adalah Presiden Republik Indonesia selama dua periode pada 2004 hingga 2014.

"Jadi keuntungan karena orang akan melihat pasti membuka jalan, pasti membuka pintu, hormat, dan lain sebagainya. Tapi itu juga itu bisa menjadi curse, karena kita lihat banyak orang yang ayahnya hebat dan terlalu terlena, sehingga dia lupa membuat space sendiri, profil sendiri, reputasi sendiri, prestasi sendiri," ujar Dino.

 
Berita Terpopuler