Menikmati Lagi Guyonan Srimulat Lewat Wayang Golek Srimulat Abadi

Ada doa agar Aneka Ria Srimulat abadi di hati masyarakat.

Republika/Alfian Choir
Suasana di ruang pameran Wayang Golek Srimulat Abadi di kompleks museum Keris, Rabu (9/8/2023).
Rep: C02 Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Persembahan Wayang Golek Srimulat Abadi dikemas menjadi satu dalam sebuah pameran nostalgia. Pameran itu digelar selama satu bulan penuh dari 8 Agustus hingga 8 September di Kompleks Museum Keris, Solo.

Berbagai hasil karya legendaris Srimulat dihadirkan untuk menambah kejelasan potret suasana kebahagiaan kala itu. Khususnya, ketika mereka memanen tawa dari para penontonnya.

Direktur Museum Gubug Wayang, Zura Nur Ja Ana, menjelaskan bahwa Wayang Golek Srimulat Abadi merupakan sebuah 'nama' yang dipilih oleh Tim Museum Gubug Wayang untuk tema wayang golek tokoh Srimulat. Kata 'Abadi' dimaknai oleh Museum Gubug Wayang sebagai penggambaran rasa bahwa sesuatu ini kekal atau tak pernah tamat.

Menurut dia, begitulah cara Museum Gubug Wayang mencintai dan menghargai kelompok komedi legendaris Indonesia tersebut. Tentunya agar tetap dikenang sejarah perjuangannya, serta bangkit kembali semangatnya bagi generasi penerus Bangsa Indonesia.

"Inilah alasan mengapa Museum Gubug Wayang melanjutkan sebuah perjuangan memperkenalkan sebuah kelompok komedian yang berhasil memadukan seni musik dan lawak tersukses di Indonesia yaitu Aneka Ria Srimulat. Srimulat tidak pernah mati di hati masyarakat," tutur Zura.

Zura juga sempat menjelaskan kenapa kata "abadi" tersemat dalam nama bukan tanpa kesengajaan. Namun, itu adalah cerminan dari doa itu sendiri untuk Aneka Ria Srimulat.

"Nama 'Abadi' dalam Wayang Golek Srimulat Abadi bukanlah suatu ketidaksengajaan. Namun merupakan sebuah nama yang diucapkan penuh akan doa dan makna dari semua yang membacanya," katanya.

"Setiap siapa pun di antara kita yang membaca namanya, tersebutlah nama 'Abadi'. Seperti yang selalu dicita-citakan oleh kami untuk Aneka Ria Srimulat," katanya menambahkan.

Pameran tersebut menghadirkan dua ruangan yang mempunyai cerita nostalgia sendiri. Ruangan pertama begitu lekat tentang sejarah perjalanan Srimulat dan Teguh Slamet Rahardjo. Ada juga patung Sundari dan Drakula yang dipajang untuk mengenang film yang sempat viral waktu itu.

"Ruangan pertama menceritakan Srimulat dahulu lebih ke sejarahnya, ada alat musik di sana, ada yang cikal bakalnya bulan langsung ke grup lawak tapi musim keroncong waktu itu," katanya.

Jadi obat pasca-pendudukan Jepang...

Baca Juga

Sedangkan, ruangan kedua lebih menonjolkan koleksi Museum Gubug Wayang sendiri berisi wayang golek. Yang menarik salah satunya adalah patung wayang Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dipajang di depan.

"Kenapa kita taruh wayang golek Pak Jokowi, karena Pak Jokowi berasal dari Solo. Pak Jokowi sebenarnya juga termasuk Srimulat karena Srimulat bukan hanya kelompok lawak tapi pemajuan budaya dari Punakawan, tapi Punakawan ada banyak termasuk Srimulat termasuk Pak Jokowi. Nah kita menampilkan wayang golek dari Gubug Wayang yang tokohnya adalah Srimulat," katanya.  

Pameran tersebut, tak hanya mengenalkan kembali Srimulat, namun juga sebagai ajang menghidupkan kembali Aneka Ria Srimulat dengan nafas baru, nafas milenial. "Kami mengajak kepada banyak pihak terutama para stakeholder dapat bergabung dalam lingkaran ritual kenduri untuk menghidupkan kembali Aneka Ria Srimulat sebagai grup kesenian yang bernafaskan milenial," katanya.

Salah satu pengunjung, Ginda warga asal Kartopuran Serengan mengaku pameran Wayang Golek Srimulat Abadi tak boleh dilewatkan. Sebab, pameran itu menggambarkan nuansa perjalanan Srimulat disampaikan ditata dan dikemas dengan menarik.

"Keren banget sih, eman-eman kalo nggak mampir kesana. Kita jadi lebih banyak tahu tentang sejarah Srimulat. Selain penataan yang menarik, keterangan simple tapi sangat menarik," katanya.

Ia mengaku bahwa sosok Srimulat paling diidolakan adalah Freddy Aris atau Gepeng. Dari pameran tersebut dirinya menjadi lebih kenal bagaimana perjalannya bersama Srimulat.

"Wah dulu banget sih nonton filmnya jadi udah lupa, tapi idolaku tetap Mas Gepeng dan jadi tahu lebih banyak tentang beliau, tapi film terbaru aku nonton juga," katanya.

Semenara itu, Kepala UPT Museum Solo, Bonita Rintyowati menjelaskan alasan kenapa pameran tersebut dibawa ke Solo. Salah satunya lantaran Srimulat erat kaitannya dengan Kota Solo.

“Jadi kita bawa kembali ke Solo. Terutama keterkaitan sejarah Srimulat lantaran pernah tampil di Balekambang,” katanya.

Menilik ke belakang, Srimulat lahir setelah pendudukan Jepang. Kehadiran Srimulat menjadi obat pasca-pendudukan Jepang di Indonesia. Dimana mereka menghadirkan guyon sebagai hiburan yang menjangkau kelas bawah.

“Jadi dimulai menjadi hiburan rakyat pada tahun itu, hingga muncul dan menjadi pionir pasar malam, tanpa Srimulat tidak akan ada komedi putar, tidak akan ada para pedagang. Tidak hanya menghibur, pentas komedi Srimulat itu berhasil merangsang pertumbuhan ekonomi kelas bawah,” katanya.

Pengunjung memotret koleksi kaset yang dipamerkan dalam Nostalgia Srimulat di ruang bawah tanah Alun-Alun Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/9/2022). Pameran yang digelar oleh Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Museum Gubug Wayang Mojokerto itu berlangsung sampai 30 September 2022. - (ANTARA/Didik Suhartono)

 
Berita Terpopuler