Ingin Beralih ke Vape Dulu Sebelum Berhenti Merokok? Coba Pertimbangkan Ini

Vape digadang memiliki lebih sedikit bahan kimia beracun dibandingkan rokok biasa.

www.freepik.com
Vape (ilustrasi). Telah terjadi wabah cedera paru-paru dan kematian yang terkait dengan vaping.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian perokok mungkin tergoda untuk beralih ke rokok elektronik (e-cig, vape pen, dan perangkat vaping sekali pakai) sebagai cara untuk memudahkan transisi dari rokok konvensional menjadi berhenti merokok. Tetapi, apakah rokok elektrik lebih baik untuk Anda daripada menggunakan produk tembakau?

Direktur penelitian klinis di Johns Hopkins Ciccarone Center for the Prevention of Heart Disease, Michael Blaha, menjelaskan vaping kurang berbahaya daripada merokok, tapi itu tetap tidak aman. Rokok elektrik memanaskan nikotin (diekstrak dari tembakau), perasa, dan bahan kimia lainnya untuk membuat aerosol yang dihirup.

Baca Juga

Rokok tembakau biasa mengandung 7.000 bahan kimia. Banyak di antaranya beracun.

"Hampir tidak ada keraguan bahwa vaping membuat Anda terpapar lebih sedikit bahan kimia beracun dibandingkan merokok rokok tradisional," ujar Blaha, seperti dilansir laman Hopkins Medicine, Senin (7/8/2023).

Namun, telah terjadi wabah cedera paru-paru dan kematian yang terkait dengan vaping. Pada Februari 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengonfirmasi 2.807 kasus e-cigarette atau vaping use-associated lung injury (Evali) dan 68 kematian akibat kondisi tersebut.

"Kasus-kasus ini tampaknya memengaruhi orang-orang yang memodifikasi perangkat vaping mereka atau menggunakan e-liquid yang dimodifikasi pasar gelap. Ini terutama berlaku untuk produk vaping yang mengandung THC," jelas Blaha.

CDC telah mengidentifikasi vitamin E asetat sebagai bahan kimia yang menjadi perhatian di antara orang-orang dengan Evali. Vitamin E asetat adalah zat pengental yang sering digunakan dalam produk vaping THC, dan ditemukan di semua sampel cairan paru pasien Evali yang diperiksa oleh CDC.

Riset dari The Johns Hopkins University tentang kandungan vape yang dipublikasikan pada Oktober 2021 mengungkap ribuan kandungan kimia dalam produk vape yang sebagian besar belum teridentifikasi. Di antara yang dapat diidentifikasi oleh tim adalah beberapa zat yang berpotensi berbahaya, termasuk kafein, tiga bahan kimia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan dalam rokok elektrik, pestisida, dan dua perasa yang terkait dengan kemungkinan efek toksik dan iritasi pernapasan.

Bahaya vape. - (Republika)


Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa vaping buruk bagi jantung dan paru-paru. Nikotin adalah agen utama yang sangat adiktif dalam rokok biasa dan rokok elektrik.

Nikotin menyebabkan orang mendambakan rokok dan menderita gejala putus zat jika Anda mengabaikan keinginan tersebut. Nikotin yang merupakan zat beracun ini dapat meningkatkan tekanan darah dan memacu adrenalin yang meningkatkan detak jantung dan kemungkinan terkena serangan jantung.

Apakah vaping buruk untuk Anda? Ada banyak hal yang tidak diketahui tentang vaping, termasuk bahan kimia apa yang membentuk uap tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan fisik dalam jangka panjang.

"Orang perlu memahami bahwa rokok elektrik berpotensi berbahaya bagi kesehatan Anda," kata Blaha.

Data yang muncul menunjukkan adanya kaitan dengan penyakit paru-paru kronis dan asma serta hubungan antara penggunaan ganda rokok elektrik dan merokok dengan penyakit kardiovaskular. Pengguna membuat dirinya terpapar semua jenis bahan kimia yang belum dipahami dan mungkin tidak aman.

 
Berita Terpopuler