Pakar Iklim BRIN Kembali Jadi Pimpinan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) PBB

Dalam pertemuan ke-59 Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) PBB di Nairobi, Kenya, Indonesia, diwakili pakar iklim BRIN, terpilih kembali sebagai Vice Chair Working Group I IPPC.

network /oohya! I demi Indonesia
.
Rep: oohya! I demi Indonesia Red: Partner

Prof Edvin Adrian terpilih krmbali sebagai Vice Chair Working Group I Intergovermental Panel on Climate Change (IPPC) PBB.

Indonesia kembali terpilih sebagai Vice Chair Working Group I Intergovermental Panel on Climate Change (IPPC). Keberadaan Indonesia mewakili Region V (Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya).

Dalam kepemimpinan ini, Indonesia diwakili oleh Prof Edvin Aldrian dari Pusat Riset Iklim Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ini adalah periode kedua bagi Edvin di IPCC. Di IPCC, Prof Edvin sudah mulai terlibat dari tahun 2009 sebagai Penulis Utama IPCC sebelum menjadi anggota biro IPCC pada 2015.

Keterlibatannya dalam bidang perubahan iklim bukanlah hal baru. Ia cukup aktif dalam bidang iklim dan cuaca, di tingkat nasional dan Internasional. Latar belakang pendidikan Prof Edvin adalah pemodelan iklim laut dan atmosfer.

Pemilihan dilakukan di pertemuan ke-59 IPCC di Nairobi, Kenya. IPCC merupakan lembaga PBB dalam bidang sains perubahan iklim yang memiliki anggota 195 negara. IPCC merupakan sedikit dari lembaga PBB yang menerima hadiah Nobel. Pada pertemuan tanggal 25-28 Juli 2023 ini dihadiri oleh ratusan perwakilan negara, para Ahli, instansi peneliti dari negara anggota serta organisasi observer.

Tercatat ada 170 negara yang hadir, dengan total 600 orang peserta. Jumlah ini menunjukkan peningkatan delegasi sebesar 40 persen dibandingkan dengan putaran terakhir pemilihan IPCC pada 2015.

Pada sesi ke-59, IPCC memilih daftar pemimpin baru untuk memandu arah kerja pada Assesment Report 7(AR 7). Dalam pemilihan ini Prof Edvin menang melaui pemungutan suara sekali putaran (simple majority), mengalahkan kandidat dari Australia lll dan Selandia Baru. Prof Edvin terpilih dengan 73 Suara (52 persen). Selandia baru mendapat 41 suara (29 persen) dan Australia 26 suara (19 persen).

Keberhasilan Indonesia ini karena mendapat dukungan dari negara-negara ASEAN, negara-negara Pasific Barat, negara-negara Islam, negara-negara Afrika, Inggris, Perancis, Spanyol, Venezuela, Brasil, Argentina, Ekuador, Hongaria dan negara-negara Amerika Latin. Termasuk juga dukungan dari dua negara yang sedang dalam kondisi perang yaitu Rusia dan Ukraina.

Bentuk dukungan ini disampaikan secara diplomatik nonverbal dan kontak langsung dengan memberikan brosur kandidat yang disiapkan dari Jakarta dan suvenir Indonesia yang disiapkan KLHK. Kerja sama yang luar biasa dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Luar Negeri berperan sangat penting dalam keberhasilan ini.

Hasil pemilihan ini akan membentuk masa depan IPCC. Oleh karenanya proses pemilihan melibatkan negosiasi yang kontinu dan pelacakan yang cermat untuk memastikan keseimbangan regional dapat tercapai. Dalam pertemuan ini dilakukan lebih dari 45 putaran pemungutan suara.

Prosedur pemungutan suara tidak mudah. Aturan dirancang untuk memastikan keseimbangan regional. Setiap putaran dapat mengubah daftar kandidat untuk putaran berikutnya. Dengan demikian, negara-negara dapat menominasikan dan menominasikan kembali para kandidat sebagai upaya untuk memastikan keterwakilan negaranya efektif.

Konsultasi regional yang dilakukan untuk memuluskan proses mencapai konsensus tentang pencalonan juga membutuhkan waktu yang lama. Begitu pula pemungutan suara itu sendiri. Setiap putaran pemungutan suara memakan waktu setidaknya satu jam. Hal ini menyebabkan waktu pemilihan melewati waktu yang dijadwalkan.

Dengan adanya wakil Indonesia di IPCC, maka Pemerintah Indonesia mendapatkan keuntungan sebagai berikut :

a. Perwakilan pemerintah Indonesia dapat menghadiri pertemuan Biro IPCC mendampingi Prof Edvin Aldrian dan memberikan masukan penting yang akan dibawa ke sidang Panel IPCC.

b. Indonesia dapat lebih mendorong keterwakilan ahli Indonesia sebagai Author Laporan IPCC.

c. Kepentingan Indonesia dapat lebih diperjuangkan untuk masuk ke dalam Laporan IPCC.

Selain Prof Edvin, Indonesia juga berhasil menempatkan Dr Joni Jupesta dalam pemilihan anggota TFB IPCC dari Region V. Dr Joni Jupesta mengalahkan kandidat dari Malaysia dan Australia, dengan perolehan 53 Suara (56 persen).

Priyantono Oemar

 
Berita Terpopuler