Kapuspen TNI Beberkan 3 Potensi Perang Antara RI dan Negara Lain   

Perebutan sumber daya alam bisa menjadi pemicu perang

Antara/Teguh Prihatna
KRI Celurit-641 menembakan rudal C-705 ke target sasaran di perairan Natuna, Kepulauan Riau (ilustrasi). Perebutan sumber daya alam bisa menjadi pemicu perang.
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda (Laksda) Julius Widjojono mengatakan, terdapat tiga sumber yang bisa menjadi pemicu terjadinya konflik bersenjata di Indonesia. Hal itu disampaikan Julius ketika menjadi narasumber acara bedah buku 'Perang Rusia vs Ukrania, Perspektif Intelijen Strategis Medio September 2022'.  

Baca Juga

Julius menjelaskan, tiga sumber konflik di dunia adalah energi, makanan, dan minuman. Adapun Indonesia merupakan negara yang punya ketiga sumber itu secara melimpah. Karena itu, negara lain berpotensi berkonflik dengan Indonesia untuk merebut sumber daya alam yang melimpah tersebut. 

Konflik untuk merampas sumber daya alam Indonesia itu, kata dia, tentu alasannya tidak diungkap secara terang-terangan. Konflik itu akan dikemas dalam bentuk konflik agama, suku atau kelompok dan lain-lain. 

"Bangsa ini sangat eksotik, banyak bangsa-bangsa lain tertarik untuk menikmati kecantikan dan kekayaan bangsa ini, maka mau tidak mau, suka tidak suka, militer (kita) harus kuat," kata Julius dalam acara bedah buku yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023). 

"Belajar dari negara-negara yang besar, stabilitasnya ada di kekuatan angkatan bersenjatanya. Bangsa yang kuat, jika militernya kuat. Maka sangat tepat moto Panglima TNI 'TNI Patriot NKRI, TNI Kuat Rakyat Bermartabat',” imbuh Julius, dikutip dari rilis persnya. 

Lebih lanjut, Julius mengatakan buku 'Perang Rusia vs Ukrania, Perspektif Intelijen Strategis Medio September 2022' merupakan hasil kajian yang diinisiasi Kepala Badan Intelijen Strategis TNI untuk merespons isu global. Buku itu diharapkan menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dalam menghadapi potensi ancaman regional dan global. 

Secara khusus, Julius berharap buku ini bisa menjadi pelajaran untuk bangsa Indonesia mempelajari dan mencari model ideal menata kekuatan TNI dari beberapa aspek pertempuran maupun perang dengan bangsa lain. 

Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

 

Militer yang kuat untuk kedamaian ...

Dia pun mengingatkan bahwa penguatan militer bertujuan untuk mewujudkan kedamaian di Tanah Air sejalan dengan peribahasa latin 'si vis pacem, para bellum' yang berarti 'jika mau damai, bersiaplah untuk berperang'. 

Di sisi lain, Julius menyebut perang Rusia versus Ukraina terjadi karena berkaitan dengan ideologi kesatuan, kedaulatan berdasarkan sejarah konstitusi, dan pengakuan atas dasar superioritas ras atau suku.

"Konflik Rusia vs Ukraina dilihat dari berbagai sisi, tidak melihat aspek militer semata namun juga aspek lainnya seperti diplomasi, siber, ekonomi, dan informasi sehingga membuat buku ini menarik untuk dibaca," ujarnya. 

Julius menambahkan, buku 'Perang Rusia vs Ukrania, Perspektif Intelijen Strategis Medio September 2022' itu akan diluncurkan pada 25 Juli 2023. Dia berharap buku tersebut dibaca oleh kalangan militer dan masyarakat umum. 

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler