Inggris: Pembakaran Alquran Sangat Menghina Muslim di Dunia

Inggris mencela kebencian atas dasar agama atau kepercayaan.

EPA-EFE/ARSHAD ARBAB
Pedagang Pakistan mengangkat tangan saat melakukan aksi protes menentang pembakaran salinan Alquran di Swedia, di Peshawar, Pakistan, (6/7/2023).
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengutuk penodaan dan pembakaran kitab suci Islam Alquran di ibu kota Swedia, Stockholm. Pemerintah Inggris menyebut tindakan seperti itu sangat menghina Muslim di seluruh dunia dan sama sekali tidak pantas.

Dalam pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris (FCDO), Inggris mencela kebencian atas dasar agama atau kepercayaan.

“Kami akan membela kebebasan beragama atau berkeyakinan untuk semua, dan mempromosikan rasa saling menghormati. Kami menyadari penderitaan mendalam yang dialami umat Islam di seluruh dunia yang disebabkan pembakaran Alquran,” bunyi pernyataan itu dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (22/7/2023).

Negara-negara Arab dan Islam mengecam izin dari Swedia untuk penodaan Alquran.

Pada Kamis (20/7/2023), aksi unjuk rasa dilakukan warga Irak di Kedutaan Besar Swedia di Baghdad sebagai protes atas pembakaran salinan Alquran pada 28 Juni 2023 oleh Salwan Momika. Pelaku adalah seorang pria keturunan Irak yang sekarang tinggal di Swedia.

Banyak negara, termasuk AS, Rusia, Turki, Irak, Pakistan, Indonesia dan Afghanistan, serta negara-negara Islam lainnya, mengutuk serangan itu. Setelah penyerbuan misi diplomatik Swedia, Momika menodai salinan Alquran lainnya dengan menginjaknya dan menginjak bendera Irak di depan Kedutaan Besar Irak di Stockholm.

Menanggapi tindakan berulang, pemerintah Irak memperingatkan Swedia bahwa mereka akan memutuskan hubungan diplomatik jika penodaan kitab suci Muslim seperti itu berlanjut.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler