UNESCO Diminta Melindungi Situs Arkeologi dan Warisan di Palestina

Agresi Israel dan terorisme pemukim meningkat di situs arkeologi Palestina.

AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem Senin, 10 Mei 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina, Muhammad Shtayyeh, telah meminta UNESCO melindungi situs arkeologi dan warisan di Palestina dari upaya pencaplokan oleh pendudukan Israel.

Baca Juga

Shtayyeh mengatakan, agresi Israel dan terorisme pemukim meningkat di situs arkeologi Palestina, terutama di Kota Sebastia, dekat Nablus di Tepi Barat dan Desa Husan di Kegubernuran Bethlehem yang merupakan sumber mata air.

Shtayyeh memperingatkan dampak dari pengurangan tajam kuota air oleh perusahaan air Israel, Mekorot yang dialokasikan ke Provinsi Hebron dan Bethlehem di wilayah pendudukan Tepi Barat. Hal ini menggambarkan tindakan berbahaya, diskriminatif dan rasis yang merampas hak paling mendasar atas air.

"Perusahaan Israel telah mengurangi kuota air untuk warga Palestina, tapi mereka telah meningkatkan pasokan air untuk pemukim ilegal," ujar Shtayyeh, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (18/7/2023).

Rata-rata konsumsi air per kapita Palestina tidak melebihi 72 liter per hari, sedangkan orang Israel mengonsumsi 320 liter per hari. Selain itu, Shtayyeh juga menyambut adopsi resolusi Dewan Hak Asasi Manusia yang menyerukan pengembangan database perusahaan yang beroperasi, atau mereka yang terlibat dalam kegiatan langsung atau tidak langsung di pemukiman ilegal.

Shtayyeh meminta negara-negara yang tidak mendukung resolusi untuk meninjau kembali posisi mereka, dan berhenti mendorong kejahatan otoritas pendudukan Israel yang ilegal menurut hukum internasional.

 
Berita Terpopuler