Panas Ekstrem Buat Jumlah Turis ke Eropa Selatan Menurun, Ini Alternatifnya

Sebagian besar turis memilih untuk melancong ke negara yang lebih dingin

AP
Gelombang panas telah menewaskan lebih dari 60.000 orang di Eropa pada musim panas lalu.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Kenaikan suhu ekstrem di seluruh Eropa selatan dapat mendorong penurunan jumlah wisatawan selama musim panas. Sebagian besar turis memilih untuk melancong ke negara yang lebih dingin atau berlibur pada saat musim semi dan musim gugur untuk menghindari panas ekstrem.

Data Komisi Perjalanan Eropa (ETC) menunjukkan jumlah orang yang melakukan perjalanan ke wilayah Mediterania pada Juni hingga November telah turun 10 persen dibandingkan tahun lalu, ketika cuaca yang sangat panas menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan. Sementara itu, destinasi wisata ke Republik Ceko, Denmark, Irlandia, dan Bulgaria mengalami lonjakan minat.

"Kami mengantisipasi bahwa kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi di masa mendatang akan berdampak lebih besar pada pilihan wisatawan di Eropa," kata Kepala ETC, Miguel Sanz.

Sebuah laporan oleh badan perdagangan menunjukkan 7,6 persen wisatawan sekarang menilai kejadian cuaca ekstrem sebagai perhatian utama untuk perjalanan antara Juni dan November. Seorang wisatawan Anita Elshoy dan suaminya terpaksa pulang ke Norwegia dari tempat liburan favorit mereka di Vasanello, yaitu sebuah desa di utara Roma. Elshoy memutuskan pulang seminggu lebih awal dari rencana karena suhu mencapai sekitar 35 derajat Celcius.

"(Saya) mengalami rasa sakit di kepala, kaki, dan jari (saya) membengkak dan saya menjadi semakin pusing. Kami seharusnya berada di sana selama dua minggu, tapi kami tidak bisa (tinggal) karena cuaca panas," ujar Elshoy.

Bagi Elshoy, musim panas di Eropa selatan mungkin sudah berlalu. Elshoy mengatakan, dia akan mempertimbangkan untuk berlibur di negara asalnya Norwegia sebagai gantinya.

"Saya tidak ingin berlibur di mana saya sakit kepala dan pusing lagi," ujar Elshoy.

Permintaan untuk perjalanan telah melonjak pada musim panas ini, karena pencabutan pembatasan pandemi Covid-19. Perusahaan perjalanan mengatakan, sejauh ini belum ada pesanan yang dibatalkan. Sean Tipton dari grup agen perjalanan Inggris ABTA mengatakan, warga Inggris telah memesan lebih banyak akomodasi perjalanan liburan di Mediterania, berbulan-bulan sebelumnya karena mereka mendambakan liburan di pantai setelah lockdown.

Para ilmuwan telah lama memperingatkan cuaca menjadi lebih parah dan mematikan....

Baca Juga

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim, yang disebabkan oleh emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil, akan membuat peristiwa cuaca menjadi lebih parah, dan mematikan. Ahli meteorologi memperkirakan, suhu dalam minggu mendatang dapat melampaui rekor di Eropa saat ini yaitu sebesar 48,8 derajat Celcius di Sisilia pada Agustus 2021. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terulangnya meningkatnya jumlah kematian akibat panas tahun lalu. Kisah turis yang diterbangkan dari pantai Italia atau diangkut dengan ambulans dari Acropolis Athena telah membanjiri media Eropa dalam beberapa pekan terakhir.

"Penelitian kami baru-baru ini menunjukkan penurunan jumlah orang yang tertarik bepergian pada Agustus, bulan puncak, sementara lebih banyak orang Eropa mempertimbangkan perjalanan musim gugur," kata Sanz.

Turis di Roma mengatakan kepada Reuters bahwa mereka akan berpikir dua kali untuk memesan perjalanan ke kota itu pada Juli. Para turis berupaya untuk minum cukup air, tetap tenang, dan menemukan tempat ber-AC untuk beristirahat.

"Saya akan datang saat cuaca lebih dingin. Hanya bulan Juni, April," kata Dalphna Niebuhr, seorang turis Amerika yang sedang berlibur bersama suaminya di Roma minggu ini.

Niebuhr mengatakan cuaca panas membuat liburannya menjadi menyedihkan. Penurunan jumlah turis akan menjadi berita buruk bagi ekonomi Italia. Kementerian Lingkungan Italia memperingatkan, wisatawan asing di masa depan akan lebih banyak bepergian di musim semi dan musim gugur, serta memilih destinasi yang lebih sejuk.

"Keseimbangannya akan negatif, juga karena sebagian dari wisatawan Italia akan berkontribusi pada arus pariwisata internasional ke negara-negara yang tidak terlalu panas," kata laporan Kementerian Lingkungan Italia.

Di Yunani, kedatangan udara internasional naik 87,5 persen year on year antara Januari dan Maret. Melonjaknya kedatangan turis pada musim panas telah memenuhi berbagai tempat wisata di Yunani, seperti Pulau Mykonos. Kementerian Lingkungan Yunani mengatakan, peningkatan perjalanan di musim dingin, musim semi, dan musim gugur dapat menutupi potensi pelambatan kedatangan turis pada musim panas.

Di Spanyol, permintaan liburan yang tinggi diperkirakan terjadi di daerah pesisir di bagian utara negara itu dan di pulau-pulau wisata Spanyol, karena suhu musim panas cenderung lebih dingin. Warga Spanyol Daniel Otero dan Rebeca Vazquez, yang sedang mengunjungi Bilbao, mengatakan, mereka mungkin akan menggeser jadwal liburan pada Juni tahun depan karena udara akan lebih sejuk dan nyaman.

 
Berita Terpopuler