Erdogan Ingin Sama-Sama Menyenangkan Barat dan Rusia

Turki perlu tambahan investasi dari Barat selain dari negara-negara Teluk.

EPA-EFE/TIM IRELAND
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama istrinya menghadiri jamuan makan malam di sela pertemuan NATO, Selasa (11/7/2023).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menempuh sejumlah langkah dalam beberapa terakhir ini. Langkah yang dianggap untuk menyenangkan AS dan negara-negara Barat yang menjadi sekutu negeri Pam Sam itu. Di sisi lain menyisakan rasa kecewa bagi Rusia. Namun Rusia menegaskan ingin terus menjalin hubungan baik dengan Turki. 

Baca Juga

Pekan lalu, Turki mengizinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membawa pulang lima komandan militer mereka yang ditahan di Turki di bawah kesepakatan pertukaran tahanan dengan Rusia. Tindakan Turki membuat Moskow tak senang. 

Langkah lanjutan terjadi  Senin (10/7/2023), setelah setahun lebih akhirnya Erdogan menyetujui Swedia menjadi anggota NATO. Perubahan ini disambut hangat para pemimpin Barat karena memperkuat aliansi pertahanan mereka melawan Rusia.

Para pengamat meyakini, langkah-langkah Erdogan termasuk memberikan dukungan Ukraina bergabung dengan NATO bukan kebetulan belaka. 

‘’Ada persepi dalam beberapa tahun ini hubungan Turki-Rusia berjalan terlalu jauh. Ini mengindikasikan upaya Turki untuk menyeimbangkan kembali,’’kata Galip Dalay dari lembaga think tank, Chatham House, Selasa (11/7/2023). 

Dalay menambahkan, salah satu motivasi Turki adalah mengangkat ekonomi dalam negeri dan menarik investasi asing. Menurut dia, hubungan yang kurang baik dengan Barat membuat ekonomi dan aliran investasi tersendat. 

Turki memang mulai mencoba menarik investasi dari negara-negara Teluk. Namun itu saja tidak cukup. Dalay menyatakan, perlu tambahan investasi dari Barat. ‘’Turki tak ingin hubungannya dengan Rusia menciptakan luka berat tetapi ini memang dampak tak terelakkan.’’

Setelah pemilu presiden Mei lalu, Erdogan merasa memiliki ruang lebih longgar dalam bermanuver. Mengenai hal ini, kantor komunikasi presiden Turki tak memberikan respons. 

Sehari setelah Ankara memberikan lampu hijau kepada Swedia bergabung dengan NATO, Washington menyatakan akan memuluskan pembicaraan dengan Kongres terkait penjualan pesawat tempur F-16 ke Turki. 

Turki mengajukan keinginan membeli pesawat tempur....

Sejak Oktober 2021, Turki mengajukan keinginan membeli pesawat tempur itu dan 80 kit modernisasi untuk pesawat-pesawat F-16 yang sudah ada sebelumnya. Baik pejabat Turki maupun AS menampik ada hubungan antara keanggotaan Swedia di NATO dan penjualan F-16. 

Seorang pejabat senior Turki menyatakan, upaya meningkatkan hubungan dengan Barat tak akan mengganggu hubungannya dengan Rusia. ‘’Barat dibutuhkan untuk mendukung kondisi finansial Turki saat ini,’’ kata pejabat tersebut. 

Apalagi, hubungan Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama ini berkembang baik di tengah perang Ukraina. Erdogan membantu Putin dalam kesepakatan ekspor gandum dari pelabuhan Laut Hitam. 

Namun kesepakatan ini terancam terhenti karena Barat dianggap melanggar janji tidak menghalangi ekspor gandum dan pupuk Rusia, yang berakhir pada 17 Juli nanti. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Senin, menyatakan tak ada rencana pembaruan kesepakatan itu. 

Ankara juga penting bagi Moskow karena Erdogan menolak bergabung dengan Barat ikut-ikut menjatuhkan sanksi karena invasi Rusia ke Ukraina. Penerbangan dan perdagangan dengan Rusia tetap berjalan. Turki bahkan menjadi konsumen gas Rusia. 

Selain itu, Moskow merupakan mitra dagang penting Ankara dan sumber pendapatan yang penting dari sektor wisata. Rusia juga membantu Turki dalam membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama mereka. 

Menjelang pemilu presiden yang ketat pada Mei lalu, Rusia mengizinkan Turki menunda pembayaran impor gas senilai 4 miliar dolar AS untuk pertama kalinya tahun ini. 

 

 
Berita Terpopuler