Prosesi Pemakaman Nahel Penuh dengan Duka

Pelayat dari komunitas Islam Prancis mengantarkan Nahel dari masjid ke permakaman.

AP
Ratusan pelayat dari komunitas Islam Prancis melaksanakan prosesi khusyuk dari masjid ke pemakaman
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NANTERRE -- Terdiam dan tampak sedih, ratusan pelayat dari komunitas Islam Prancis melaksanakan prosesi khusyuk dari masjid ke pemakaman di lereng bukit pada Sabtu (1/7/2023). Mereka mengantar jenazah anak berusia 17 tahun yang terbunuh oleh polisi.

Pemakaman Nahel dilakukan di puncak bukit di Nanterre, pinggiran Paris. Ratusan orang berdiri di sepanjang jalan untuk memberi penghormatan saat pelayat membawa peti mati putihnya dari masjid ke situs pemakaman. Beberapa pria membawa sajadah lipat.

“Pria dulu,” kata seorang pejabat kepada puluhan perempuan yang menunggu untuk memasuki pemakaman. Namun, ibu Nahel, berpakaian putih, masuk ke dalam dan menuju ke kuburan.

Dalam gerbang pemakaman, peti mati diangkat di atas kerumunan dan dibawa menuju kuburan. Orang-orang itu mengikuti, beberapa memegang tangan anak laki-laki kecil. Saat mereka pergi, beberapa menyeka mata mereka. Polisi tidak terlihat.

Banyak pria muda, baik Arab atau ras kulit berwarna lainnya, datang untuk meratapi pemakaman seorang anak laki-laki yang bisa saja itu mereka.

Nahel ditembak saat berhenti di lampu merah. Video menunjukkan dua petugas di jendela mobil, satu dengan pistol diarahkan ke pengemudi. Saat remaja itu bergerak maju, petugas menembak sekali melalui kaca depan.

Baca Juga

Pekan ini, ibu Nahel mengatakan kepada televisi France 5 bahwa dia marah pada petugas yang menembak putranya, tetapi tidak pada polisi secara umum. “Dia melihat seorang anak kecil berwajah Arab, dia ingin mengambil nyawanya,” katanya.

Keluarga Nahel berakar di Aljazair. Ras adalah topik yang tabu selama beberapa dekade di Prancis, yang secara resmi menganut doktrin universalisme buta warna. Kritikus mengatakan, bahwa doktrin telah menutupi generasi rasisme sistemik.

Petugas yang dituduh membunuh Nahel diberi dakwaan awal pembunuhan sengaja yang artinya hakim investigasi sangat mencurigai adanya kesalahan. Meski bergitu perlu penyelidikan lebih lanjut sebelum mengirim kasus ke pengadilan. Jaksa Penuntut Nanterre Pascal Prache mengatakan, penyelidikan awal membuatnya menyimpulkan bahwa penggunaan senjatanya oleh petugas tidak dibenarkan secara hukum.

Peristiwa ini pun membuat kondisi Prancis kritis....

Menggarisbawahi gawatnya keadaan, Presiden Emmanuel Macron membatalkan perjalanan resmi ke Jerman. Selama empat malam berturut-turut kerusuhan bertahan di seluruh Prancis.

Para pejabat mengatakan, sebanyak 45 ribu polisi dikerahkan ke jalan-jalan di seluruh negeri dalam upaya mencegah kekerasan malam kelima. Sekitar 2.400 orang telah ditangkap secara keseluruhan sejak kematian remaja tersebut pada 27 Juni 2023.
 
Reaksi terhadap pembunuhan itu adalah pengingat yang kuat akan kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan kurangnya kesempatan lain yang terus-menerus terjadi di lingkungan sekitar Prancis. Vanyak penduduknya berasal dari bekas jajahan Prancis, seperti tempat Nahel dibesarkan.

“Kisah Nahel adalah korek api yang menyalakan gas. Orang-orang muda yang putus asa sedang menunggunya. Kami kekurangan perumahan dan pekerjaan, dan ketika kami memiliki (pekerjaan), upah kami terlalu rendah,” kata Samba Seck, seorang pekerja transportasi berusia 39 tahun di Clichy-sous-Bois pinggiran Paris.

Clichy adalah tempat lahirnya kerusuhan selama berminggu-minggu pada 2005 yang mengguncang Prancis. Peristiwa itu dipicu oleh kematian dua remaja yang tersengat listrik di gardu listrik saat melarikan diri dari polisi. Salah satu anak laki-laki tinggal di proyek perumahan yang sama dengan Seck.

Seperti banyak penduduk Clichy, Seck menyesali kekerasan yang menargetkan kotanya. Sisa-sisa mobil yang terbakar berdiri di bawah gedung apartemennya dan pintu masuk balai kota dibakar dalam kerusuhan minggu ini.

“Anak muda merusak segalanya, tetapi kami sudah miskin, kami tidak punya apa-apa,” katanya, seraya menambahkan bahwa anak muda takut mati di tangan polisi.

Terlepas dari krisis yang meningkat, Macron menahan diri untuk tidak mengumumkan keadaan darurat, sebuah opsi yang digunakan pada 2005. Namun, pemerintah memutuskan meningkatkan tanggapan penegakan hukum dengan pengerahan massal petugas polisi, termasuk beberapa yang dipanggil kembali dari liburan.

Sebanyak 13 orang yang tidak mematuhi perhentian lalu lintas ditembak mati oleh polisi Prancis tahun lalu. Tahun ini, tiga orang lagi, termasuk Nahel, meninggal dalam kondisi serupa. Kematian tersebut telah mendorong tuntutan untuk lebih banyak pertanggungjawaban di Prancis.

 
Berita Terpopuler