Mualaf Eks Pendeta ini Islamkan Ribuan Orang dan Sujud Syukur di Jabal Nur

Mualaf ini berkesempatan ke Tanah Suci untuk berhaji.

twitter
Ibrahim Richmond, mualaf
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namanya Ibrahim Richmond. Dari penampilannya, dia adalah pria paruh baya. Kulitnya hitam. Badannya berisi. Yang hebat adalah gaya berbicaranya: tegas dan enak didengar banyak orang.

Mungkin karena kemampuan orasi yang hebat itu membuatnya terkenal dan banyak orang di Afrika Selatan senang menjadi pengikutnya. Pidatonya meresap dan menenangkan hati. 

Sehari-hari dia menghabiskan waktu sebagai pendeta. Selalu berada di gereja untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada jemaatnya.

Hingga suatu waktu dia bermimpi. Di dalam mimpi itu dia menyaksikan seorang lelaki datang menyuruhnya mengenakan pakaian serba putih, pakaian mulai penutup kepala (peci) dan jubah berwarna putih.

Kemudian Richmond berkata “Maksud Anda saya harus masuk Islam?” Tak dijawab. Lelaki tadi pergi begitu saja. Kemudian dia terbangun. “Ah, ini hanya mimpi,” ujarnya. 

Namun dalam tidur yang lain, mimpi yang sama terjadi lagi. Berkali-kali. Hingga kemudian, dalam mimpinya yang terakhir, lelaki tadi bersuara keras memerintahkannya mengenakan jubah serba putih. Dari situ Richmond yakin betul ini bukan sekadar mimpi. Ini adalah isyarat yang kuat, hidayah dari Allah untuk menunjukkan keagungan-Nya, seperti mimpi Nabi Yusuf dan mimpi orang-orang shaleh.

Mimpi Richmond berbuah optimisme dan keimanan yang kuat dalam dirinya untuk memeluk Islam. Akhirnya dia bersyahadat.

 

Tak sampai di situ, dia kemudian berpidato di gereja yang dipimpinnya, bahwa Allah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya untuk menjalankan keyakinan. Kemudian dia mengajak jemaatnya untuk mengikuti langkah dirinya bersyahadat memeluk Islam. Mereka mau. Dan mereka yang pada mulanya berjumlah puluhan orang, hadir di hadapannya. Richmond kemudian mengucapkan syahadat secara perlahan, dan mereka semuanya mengikuti ikrar kesaksian bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.

Setelah itu, para jemaat membawa serta kolega dan handai tolan ke gereja. Semuanya, ratusan hingga ribuan orang, datang. Penuhlah itu gereja. Mereka berkata juga ingin memeluk Islam. Maka jadilah mereka semua bersyahadat bersama – sama. Dan ini terjadi berulang-ulang.

Richmond kemudian menggiatkan ngaji Islam kemudian membimbing pengikutnya untuk istikamah dalam keislaman.

Isyarat misterius

Suatu hari Richmond beraktivitas seperti biasa. Lalu seorang pria datang kepadanya. Pria itu bercerita bahwa dia bermimpi menyaksikan Richmond berhaji. “Kamu akan berangkat ke Tanah Suci, ke tanah para nabi yang penuh keberkahan,” kata orang itu.

Richmond tak percaya. “Ah itu tidak mungkin,” kata dia menceritakan kisahnya.

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Apa yang terjadi kemudian, ada orang yang benar-benar datang kepadanya menyampaikan undangan haji. Richmond menjadi tamu spesial Raja Salman bin Abdul Aziz as-Saud untuk berhaji. Ya Allah...begitu luar biasa.

Berangkatlah dia ke Tanah Suci. Di sana dia dijemput oleh tim yang melayaninya. Richmond berkata ingin mengunjungi Jabal Nur. “The mountain of light,” katanya.

Diantarlah dia ke sana dengan sebuah mobil SUV putih. Tiba di sana, dia berucap salam kepada orang-orang yang ada di sana. Dia mengangkat kedua tangannya seraya berdoa. Di tempat itu dia membayangkan bagaimana dahulu Nabi Muhammad berkhalwat hingga akhirnya mendapatkan wahyu pertama dari Malaikat Jibril. Kemudian mengokohkan keimanan kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang disembah. Kemudian Nabi menjadi utusan Allah. 

Nabi Muhammad penuh dengan perjuangan, duka dan lara mendakwahkan Islam, dan itu semua tidak ada yang sia-sia. Dakwahnya sejak ribuan tahun lalu mencerahkan ratusan juta orang, termasuk Richmond sendiri.

Membayangkan perjuangan Nabi Muhammad, tanpa terasa dia meneteskan air mata. Dia kemudian beristighfar, berdzikir, hingga dia bersujud syukur di sana.

“Aku mau naik ke atas sana, ke puncak gunung cahaya,” kata Richmond.

Pengemudi mobil yang mendampinginya tercengang. Dia mengatakan sulit untuk ke sana karena tinggi.

“Tak ada yang sulit. Allah memberikan kemudahan kepada siapapun yang dikehendaki, seperti kepada Nabi kita Muhammad SAW,” ujarnya. Dia kemudian berjalan menuju ke sana.

Richmond berhaji tahun ini. Dia menapaki jejak para nabi, mendapatkan energi keimanan langsung dari Tanah Suci. Di sana dia mendengarkan jutaan orang menyebut dan mengagungkan asma Allah. Dia mendapatkan asupan keimanan langsung dari tanah para nabi. 

 

Kelak dia akan kembali ke kampungnya dan di sana akan mendakwahkan kearifan Islam seperti yang dilakukan para nabi dan orang orang shaleh. Allah meridhai Ibrahim Richmond.

 
Berita Terpopuler