Beijing Izinkan 20 Wisatawan Jepang Kunjungi Xinjiang

Xinjiang merupakan daerah yang banyak dihuni etnis minoritas Muslim Uighur.

Kementerian Luar Negeri China
Sebanyak 30 cendekiawan Muslim dari 14 negara mayoritas Muslim mengunjungi Kota Tua Kashgar, di Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, Cina, 10 Januari 2023. Xinjiang juga menjadi tujuan wisata turis Jepang.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas Cina di Beijing mengizinkan 20 wisatawan Jepang untuk mengunjungi Daerah Otonomi Xinjiang, daerah yang banyak dihuni etnis minoritas Muslim Uighur. Kunjungan wisata ke Cina diizinkan kembali setelah tertunda selama satu tahun akibat kebijakan antipandemi Covid-19 yang ketat di negara itu.

"Rombongan pertama wisatawan kini telah memulai kunjungan. Yang pasti, mereka akan merasakan pengalaman di sana dan tidak lagi salah paham," kata Konsul Jenderal China di Osaka Xue Jian, seperti dikutip media setempat, Ahad (25/6/2023).

Dengan biaya sebesar 327 ribu yen (sekitar Rp34,2 juta) per orang, para wisatawan dari Osaka itu mengunjungi lima kota di Xinjiang, yakni Urumqi, Turban, Aksu, Korla, dan Kashgar. Konsulat Jenderal Cina di Osaka menerbitkan surat pemberitahuan pada 2 Desember 2021 tentang dibukanya akses kunjungan wisata ke Xinjiang setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Baca Juga

Kebijakan tersebut menarik perhatian media di Jepang. Alhasil, dalam kurun waktu kurang dari sebulan, 1.028 wisatawan setempat mengajukan permohonan visa kunjungan.

Para turis Jepang itu juga mengunjungi museum antiterorisme di Urumqi, beberapa masjid, dan perkebunan kapas. Xinjiang, yang berada di wilayah paling barat daratan Cina itu, menjadi sorotan dunia dalam beberapa tahun terakhir akibat berbagai isu terkait pelanggaran hak asasi manusia, genosida, dan kerja paksa.

"Kami berharap melalui kunjungan ini, Xinjiang akan menjadi jendela bagi warga Jepang agar lebih tertarik lagi dengan model pembangunan di Cina dan mengubah pandangan mereka tentang Cina," kata Xue dalam wawancaradengan Global Times.

 
Berita Terpopuler