Sosok Bos Wagner: Dari Usaha Katering Hingga Memimpin Tentara Bayaran 

Prighozin menggunakan koneksi yang dimilikinya untuk mengembangkan bisnis kulinernya.

AP Photo/Darko Vojinovic
Bus melintasi logo Wagner yang dicorat-coret dengan kalimat 'No War'.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin akhirnya menacapai kesepakatan dengan Moskow. Ia memutuskan menarik mundur pasukannya yang sebenarnya sudah mengarah ke Moskow untuk menggulingkan petinggi militer di sana. 

‘’March of Justice’’, ia menyebut konvoi pasukannya ke Moskow tersebut. Mediasi yang dilakukan Presiden Belarusia Alxender Lukashenko akhirnya membuat Prighozin menghindari pertumpahan darah dengan sesame warga Rusia, Sabtu (24/6/2023).

Kini Prigozhin berusia 62 tahun. Dalam beberapa dekade terakhir ia dikenal dengan julukan "Putin's chef". Julukan ini karena perusahaan kateringnya mempunyai kontrak dengan Kremlin. Tak diketahui secara pasti bagaimana pertemanan dirinya dengan Presiden Vladimir Putin. 

Namun, keduanya saling kenal dan lahir serta dibesarkan di St Petersburg. Ia dijatuhi hukuman penjara selama 12 tahun dalam kasus perampokan pada 1981. Usaha kuliner yang digelutinya sekarang, bermula dari selesainya hukuman panjangnya pada 1990-an.

Ia mengawali hidupnya dengan menjual hotdogs di kota kelahirannya, St Petersburg. Ia lumayan cepat berhasil membangun jaringan ke supermarket kemudian membuka restoran dan perusahaan kateringnya sendiri. 

Restoran miliknya memperoleh reputasi bagus karena makanannya yang enak. Usahanya itu memperoleh pengakuan pula dari pemerintah kota termasuk wakil wali kota St Petersburg saat itu, Vladimir Putin. Ia memiliki keterampilan bergaul sehingga mengenal pejabat pemerintah. 

Ia menggunakan koneksi yang dimilikinya untuk mengembangkan bisnis kulinernya. Dari usaha kuliner, ia kemudian melebarkan sayap bisnisnya ke media dan internet yang kemudian membuatnya dituduh mengintervensi hasil Pilpres AS pada 2016. 

Prighozin mengaku mendirikan....

Pada Januari lalu, Prigozhin mengakui mendirikan, memimpin, dan membiayai Wagner. Reuters menyebut, September lalu, Prighozin mengaku mendirikan kelompok militer swasta, Wagner itu pada 2014, tahun ketika Rusia menganeksasi Krimea dari Ukraina. 

Ini konfirmasi pertama kalinya yang dilakukan secara terbuka, hal yang semula ia bantah. Wagner mendukung pasukan Rusia. Bulan lalu, mereka berhasil menaklukkan Bakhmut setelah melewati pertempuran yang brutal. 

Wagner juga mendukung separatis Ukraina yang didukung Rusia, yang kemudian merebut Donbas, bagian timur Ukraina pada 2014. Tentara Wagner ikut berperang di Libya, Suriah, Afrika Tengah, dan Mali. Juga negara lainnya.

Dengan memanfaatkan public relation, bahasa kasar, dan kemunculan yang intens dekat garis depan medan pertempuran, Prighozin yang berkepala plontos ini menjadi salah satu sosok yang sering terlihat di tengah perang Ukraina. 

Ia merekrut ribuan mantan narapidana untuk memperkuat pasukannya. Secara terbuka berseteru dengan Kementerian Pertahanan Rusia terkait rencana militer dan suplai amunisi. Lalu, Prigozhin melanggar tabu sistem politik ketat Putin, menghina pimpinan tinggi di Moskow.

Ia mempublikasikan video terima kasih ke Kremlin. Meski ia pun mengoceh dengan menuduh pejabat tinggi Moskow melakukan pengkhianatan. Telunjuknya diarahkan ke Menhan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov.

Prigozhin membuat gempar dengan rilis video pada 5 Mei lalu, yang memperlihatkan tentara Wagner yang mati di medan tempur. Ia menyebut, kematian mereka akibat kurangnya pasokan amunisi yang disebabkan ulah Shoigu dan Gerasimov.

AS dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada Prigozhin atas perannya di Wagner. Ia juga dituduh mendirikan Internet Research Agency yang Washington yakini digunakan oleh Prighozin untuk memengaruhi pemilu AS.

 

 
Berita Terpopuler