Rusia Masuk Daftar Negara Pembunuh Anak-anak

PBB memverifikasi penculikan 91 anak-anak yang dilakukan angkatan bersenjata Rusia.

AP/Patrick Semansky
Bendera Rusia berkibar di luar Kedutaan Besar Rusia di Washington, 24 Februari 2022. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam Rusia atas pembunuhan 136 anak-anak di Ukraina pada tahun 2022.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam Rusia atas pembunuhan 136 anak-anak di Ukraina pada tahun 2022. Berdasarkan laporan Dewan Keamanan PBB, Rusia masuk dalam daftar negara pembunuh anak-anak.

Baca Juga

PBB juga verifikasi angkatan bersenjata dan kelompok yang berafiliasi dengan Rusia telah melukai hingga cacat 518 anak-anak dan menyerang 480 sekolah dan rumah sakit. Dalam laporan itu disebutkan Angkatan Bersenjata Rusia diduga menggunakan 91 anak-anak sebagai tameng manusia.

Rusia membantah mengincar warga sipil dalam invasinya ke Ukraina sejak Februari 2022. Laporan yang dilihat kantor berita Reuters, Kamis (22/6/2023) juga memverifikasi angkatan bersenjata Ukraina membunuh 80 anak-anak, melukai hingga catat 175 anak-anak dan melakukan serangan sebanyak 212 kali ke sekolah dan rumah sakit. Angkatan bersenjata Ukraina tidak masuk dalam daftar negara pembunuh anak-anak.

Dalam laporan itu Guterres mengatakan ia "sangat terkejut" dengan banyaknya anak-anak yang tewas terbunuh dan terluka serta tingginya angka serangan ke sekolah dan rumah sakit oleh angkatan bersenjata Rusia. Ia juga "sangat terganggu" dengan tingginya serangan pada anak-anak yang dilakukan angkatan bersenjata Ukraina.  

Perwakilan Rusia untuk PBB di New York belum menanggapi permintaan komentar mengenai laporan tersebut. Laporan tahunan Guterres yang diserahkan ke Dewan Keamanan PBB ini mengenai anak-anak dan konflik bersenjata.

Laporan itu mencakup pembunuhan, membuat catat, pelecehan seksual, penculikan dan perekrutan tentara anak-anak, menghalangi akses bantuan dan menyerang sekolah dan rumah sakit. Laporan tersebut dikumpulkan Perwakilan Khusus Anak-anak dan Konflik Bersenjata PBB Virginia Gamba.

Bulan lalu Gamba berkunjung ke Ukraina dan Rusia, di mana ia bertemu dengan Perwakilan Khusus Hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova. Mahkamah Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan untuk Lvova-Belova.

Bulan lalu ICC mengeluarkan surat penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Lvova-Belova yang dituduh mendeportasi paksa anak-anak Ukraina ke Rusia. Mereka juga dituduh memindahkan orang dengan ilegal dari Ukraina ke Rusia sejak invasi Moskow pada 24 Februari 2022.

Moskow mengatakan surat penangkapan itu tidak sesuai hukum karena Rusia bukan penandatangan perjanjian yang menjadi dasar terbentuknya ICC.

Dalam laporannya mengenai anak-anak dan konflik bersenjata, PBB memverifikasi penculikan 91 anak-anak yang dilakukan angkatan bersenjata Rusia. Semuanya sudah dibebaskan. Laporan itu juga memverifikasi pemindahan 46 anak-anak dari Ukraina ke Rusia.

Rusia tidak menutupi program yang membawa ribuan...

 

Rusia tidak menutupi program yang membawa ribuan anak-anak Ukraina ke Rusia. Tapi mencerminkannya sebagai kampanye kemanusiaan untuk melindungi anak yatim piatu dan anak-anak terlantar di zona perang.

Laporan mengenai anak-anak dan konflik bersenjata itu memasukan daftar negara pembunuh anak-anak. Tujuannya untuk mempermalukan pihak-pihak yang berkonflik dengan harapan mendorong mereka mengimplementasikan langkah-langkah melindungi anak-anak.

Daftar itu sudah lama dianggap kontroversial, para diplomat mengatakan selama bertahun-tahun Arab Saudi dan Israel menekan agar mereka tidak masuk dalam daftar itu.

Israel tidak pernah masuk dalam daftar itu, sementara koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi dihapus dalam daftar tersebut pada tahun 2020. Setelah beberapa tahun di dalamnya karena membunuh dan melukai anak-anak di Yaman.

Dalam upaya meredam kontroversi, daftar yang dirilis Guterres pada tahun 2017 dipecah menjadi dua kategori. Satu daftar pihak-pihak yang telah mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak dan satu daftar pihak-pihak yang belum melakukannya. Rusia masuk dalam daftar pihak-pihak yang telah menerapkan kebijakan untuk memperbaiki perlindungan pada anak-anak.

Laporan itu menemukan pasukan Israel membunuh 42 anak-anak dan melukai 933 anak-anak pada tahun 2022. Israel tidak masuk dalam daftar negara pembunuh anak-anak PBB.

"Saya mencatat penurunan yang berarti dalam jumlah anak yang dibunuh oleh pasukan Israel, termasuk serangan udara, namun saya tetap sangat prihatin dengan jumlah anak yang terbunuh dan cacat oleh pasukan Israel," tulis Guterres di laporan itu.

Secara keseluruhan laporan itu memverifikasi 24.300 pelanggaran yang dilakukan terhadap anak-anak pada tahun 2022.

Sebagian besar pelanggaran yang diverifikasi terjadi di Republik Demokratik Kongo, Israel dan daerah pendudukan Palestina, Somalia, Suriah, Ukraina, Afghanistan dan Yaman.

"Sementara kelompok non-negara bertanggung jawab 50 persen pelanggaran berat, pasukan pemerintah merupakan pelaku utama pembunuhan dan menyebabkan catat anak-anak, serangan-serangan ke sekolah-sekolah dan rumah sakit, dan menghalangi akses bantuan kemanusiaan," kata Guterres dalam laporannya. 

 
Berita Terpopuler