Zelenskyy Akui Militer Ukraina Lakukan Serangan Balasan

Zelenskyy tidak mengungkapkan perincian tentang operasi serangan balasan itu.

Ukrainian Presidential Press Office via AP
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (8/6/2023) tiba di Kherson untuk melihat dampak jebolnya Bendungan Kakhovka.
Rep: Dwina Agustin Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengakui bahwa militernya terlibat dalam operasi kontra-ofensif dan defensif, Sabtu (10/6/2023). Pengakuan itu muncul sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Ukraina telah lama berusaha untuk merebut kembali wilayah.

Baca Juga

"Tindakan kontra-ofensif dan defensif sedang berlangsung di Ukraina, tetapi saya tidak akan mengatakan secara rinci pada tahap apa mereka berada," kata Zelenskyy.

Zelenskyy mengangkat bahu pada konferensi pers ketika ditanya tentang komentar Putin sehari sebelumnya. Putin menyatakan, Kiev telah memulai serangan balasan tetapi tidak membuat kemajuan.

Pemimpin Ukraina itu tidak mengungkapkan rincian tentang operasi tersebut. Dia hanya meminta agar para wartawan menyampaikan kepada Putin bahwa para jenderalnya optimis.

"Mereka (para jenderal) semua dalam suasana hati yang positif. Sampaikan itu kepada Putin," ujar Zelenskyy sambil tersenyum, berdiri di samping Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang sedang berkunjung.

Zelenskyy mengatakan, komentar Putin tentang serangan balasan itu menarik. "Penting bagi Rusia untuk selalu merasakan ini: Bahwa mereka tidak punya waktu lama, menurut saya," ujarnya.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Sabtu (10/6/2023), pasukan Ukraina dalam 24 jam terakhir melakukan upaya yang gagal untuk menyerang di wilayah Donetsk dan Zaporizhzhia selatan. Lembaga itu pun menyinggung kondisi Bakhmut, kota timur yang menurut Rusia direbut bulan lalu setelah 10 bulan pertempuran sengit.

Dalam pidato video malam, Zelenskyy sekali lagi memberikan sedikit detail sambil mendesak pasukan untuk terus berperang. "Terima kasih kepada semua orang yang memegang posisi mereka dan mereka yang maju," katanya mengutip front timur dan selatan, tempat pertempuran paling sengit.

Staf umum Ukraina mengatakan, pasukannya telah memukul mundur serangan musuh di sekitar Bakhmut dan kota Maryinka yang telah lama dikepung. Pasukan Rusia dikabarkan terus menderita kerugian besar yang coba sembunyikan.

 

Komandan pasukan darat yang mengendalikan operasi serangan balasan Jenderal Oleksander Syrskyi memposting gambar ledakan di media sosial. Gambar itu disebutkan adalah sekelompok tentara Rusia yang dihancurkan di dekat Bakhmut.

Juru bicara militer Ukraina Serhiy Cherevatyi melaporkan keberhasilan baru di dekat Bakhmut. "Kami mencoba ... untuk melakukan serangan terhadap musuh, kami melakukan serangan balik. Kami berhasil maju hingga 1.400 meter di berbagai bagian depan," katanya.

Ukraina telah mengatakan selama berbulan-bulan pihaknya merencanakan serangan balasan besar. Namun pihaknya membantah operasi utama telah dimulai.

Dengan sedikit pelaporan independen dari garis depan, sulit untuk menilai keadaan pertempuran. Namun Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Ukraina telah melakukan operasi signifikan di beberapa bagian timur dan selatan dalam 48 jam terakhir, dengan pertahanan Rusia ditembus di beberapa tempat.

“Di beberapa daerah, pasukan Ukraina kemungkinan membuat kemajuan yang baik dan menembus garis pertama pertahanan Rusia. Di tempat lain, kemajuan Ukraina lebih lambat,” kata Kementerian Pertahanan Inggris menyebut kinerja keberhasilan militer Rusia beragam.

Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, beberapa unit pasukan Moskow kemungkinan melakukan operasi pertahanan manuver yang kredibel. Sementara pasukan yang lain mundur dalam beberapa kekacauan.

Serangan balik Ukraina diperkirakan akan menggunakan ribuan pasukan yang telah dilatih dan diperlengkapi oleh Barat. Namun Rusia telah membangun benteng besar di wilayah pendudukan untuk persiapan, sementara Ukraina juga tidak memiliki armada udara.

Selatan dipandang sebagai prioritas strategis utama karena dorongan Ukraina membagi pasukan Rusia. Tindakan ini untuk merebut kembali pembangkit nuklir terbesar di Eropa dan memotong jembatan darat Rusia ke semenanjung Laut Hitam Krimea. 

 

 
Berita Terpopuler