Australia Bantah AUKUS Ingin Sisihkan Sentralitas ASEAN

QUAD dan AUKUS justru berusaha melengkapi peran tersebut.

Stefan Rousseau/Pool Photo via AP
Pemimpin kelompok AUKUS, pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan AS.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengatakan pakta keamanan AUKUS dan wadah dialog keamanan strategis QUAD tidak memiliki niat untuk menyusutkan atau menggantikan sentralitas ASEAN di kawasan. Sebaliknya, dia mengklaim QUAD dan AUKUS justru berusaha melengkapi peran tersebut.

Baca Juga

Marles menjelaskan, AUKUS adalah pengaturan transfer teknologi dan bukan aliansi. Sementara QUAD berfokus pada keterlibatan praktis di luar pertahanan. 

“Tantangannya adalah untuk memastikan model kerja sama ini tidak bersaing dengan ASEAN, melainkan saling melengkapi, dan gagasan ini merupakan inti dari keterlibatan Australia di kawasan,” katanya saat berbicara di hari terakhir penyelenggaraan forum keamanan Shangri-la Dialogue di Singapura, Ahad (4/6/2023), dikutip laman the Straits Times.

Dia menepis kritik serta tuduhan yang menyebut AUKUS dan QUAD berusaha mengecilkan ASEAN. “Model pertama untuk keamanan kooperatif adalah ASEAN. Tidak ada mekanisme lain yang menyatukan kelompok kritis negara yang merupakan prasyarat bagi keseimbangan strategis yang tahan lama di kawasan kita,” ucap Marles.

“ASEAN adalah syarat yang diperlukan untuk keamanan regional, tetapi tantangan strategis yang kita hadapi saat ini berarti bahwa pengelompokan yang lebih kecil dapat membantu melengkapi arsitektur pusatnya,” kata Marles menambahkan.

Di bawah pakta keamanan AUKUS, Australia akan membeli hingga delapan kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS). Australia diperkirakan bakal memperoleh seluruh armada tersebut pada pertengahan 2050-an. Australia akan menjadi negara kedua setelah Inggris yang memperoleh akses langsung ke rahasia nuklir Angkatan Laut AS. AUKUS diketahui beranggotakan Australia, AS, dan Inggris.

Marles mengklaim dengan armada kapal selam bertenaga nuklir, Australia bisa memainkan perannya dalam menambah keamanan kolektif di kawasan serta mempertahankan tatanan global berbasis aturan.

 

Terkait kekhawatiran yang timbul dari kesepakatan AUKUS, Marles menyebut Australia telah seterbuka mungkin dalam mengomunikasikan postur dan niat pertahanannya. Dia mencatat, Australia telah melakukan lebih dari 60 panggilan ke para pemimpin regional dan global ketika kesepakatan kapal selam bertenaga nuklir di bawah AUKUS diumumkan.

Marles membandingkan keterbukaan Australia dengan kurangnya “jaminan strategis” dalam pembangunan militer Cina. “Ada peningkatan yang sangat signifikan yang kita lihat dengan Cina, dalam hal militernya. Itu adalah kurangnya penjelasan strategis untuk apa itu, dan tentang apa itu,” katanya.

Marles tidak menjawab pertanyaan anggota audiensi tentang bagian mana dari program militer Cina yang menurutnya tidak jelas. Para pemimpin negara anggota AUKUS, yakni Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan di San Diego, California, 13 Maret 2023 lalu. Pada kesempatan itu, Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan membeli kapal selam nuklir buatan AS. “(Ini) merupakan investasi tunggal terbesar dalam kapabilitas pertahanan Australia dalam sejarah kami,” ujar Albanese.

 

Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Australia akan membeli tiga kapal selam bertenaga nuklir dalam periode hingga 2030. Jika dibutuhkan, jumlahnya bakal bertambah menjadi lima kapal. Selain perihal pembelian, Albanese mengungkapkan bahwa Australia, Inggris, dan AS juga sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Dengan bantuan AS dan Inggris, Australia juga akan memulai rencana 30 tahun untuk membangun armada kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri. 

 
Berita Terpopuler