Pengungsi Rohingnya di Bangladesh Butuh Bantuan Akibat Topan Mocha

Musim hujan akan berdampak buruk pada tanah di kamp pengungsi Rohingya

AP
Perbandingan foto pada 17 Februari dan 15 Mei ketika Topan Mocha melanda negara bagian Rakhine
Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, sekitar satu juta pengungsi Rohingya di Bangladesh membutuhkan bantuan internasional karena terdampak Topan Mocha, dan mungkin diperparah dengan musim hujan yang semakin dekat.

"Di satu sisi, saya ingin mengatakan bahwa bahaya topan ini telah berlalu, tetapi musim topan terus berlanjut dan musim hujan akan segera tiba," kata Wakil Kepala Misi IOM di Bangladesh Nihan Erdogan kepada Anadolu Agency.

"Jadi, bahaya dari alam belum berlalu," ujar dia menambahkan.

Erdogan mengatakan, musim hujan akan berdampak buruk pada tanah di kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, karena bisa memicu tanah longsor dan banjir. Warga Rohingya telah bertahun-tahun mengungsi di Bangladesh dan tinggal di bangunan-bangunan rentan yang terbuat dari bambu dan terpal.

"Saya berada di kamp kemarin. Saya sedang memeriksa beberapa tempat penampungan yang rusak. Dan tepat ketika saya di sana, kami mengalami tanah longsor," kata Erdogan.

Erdogan mengatakan, badan-badan kemanusiaan di negara itu bekerja sama erat dengan Pemerintah Bangladesh.

"Kami membutuhkan dukungan masyarakat internasional untuk menyediakan dana yang sangat dibutuhkan karena rencana respons bersama 2023, yang merupakan rencana utama yang kita semua kerjakan, saat ini kekurangan dana," kata dia.

Dia mengungkapkan bahwa dana bantuan yang terkumpul sejauh ini hanya sekitar 16-17 persen dari total kebutuhan.

"Itu angka yang sangat rendah mengingat 1 juta orang (di kamp) semuanya bergantung pada bantuan kemanusiaan. Jadi, angka itu perlu ditingkatkan secara signifikan," ujar Erdogan.

Pada Ahad (14/5/2023), Topan Mocha yang menerjang pantai di antara Cox's Bazar dan wilayah Kyaukpyu di Myanmar dilaporkan menewaskan sedikitnya sembilan orang di kedua negara.

Erdogan mencatat bahwa menurut informasi yang mereka terima dari berbagai fasilitas kesehatan, ada beberapa orang yang terluka, tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan di dalam kamp pengungsi.


Baca Juga

 
Berita Terpopuler