Akan Masuk Asrama atau Indekos, Pastikan Anak Siap Secara Fisik dan Mental

Ada keterampilan dasar yang harus dimiliki saat menjadi anak asrama atau kos.

dok. Humas UNS
Gedung E Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) di Ngoresan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Anak perlu siap secara fisik dan mental untuk masuk asrama.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak harus masuk asrama atau tinggal di indekos saat melanjutkan studi? Sebelumnya, pastikan mereka siap menjalani kehidupan barunya, baik secara fisik maupun mental.

Apa saja yang harus dimiliki seorang anak untuk siap masuk asrama atau indekos? Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum,

Baca Juga

1. Kesiapan fisik
Menurut perempuan yang akrab disapa Lia ini, kesiapan fisik berupa hard skill harus dimiliki. Misalnya bisa mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari, seperti membereskan tempat tidur sendiri, mencuci piring, dan menyapu.

"Lebih baik jika bisa mencuci baju, memasak nasi, mi instan, dan berbagai pekerjaan dasar lainnya," ujar Lia kepada Republika.co.id, Rabu (10/5/2023).

Lia mengatakan walaupun anak nantinya bisa dibantu orang lain dalam mengerjakan pekerjaan asrama atau kosnya, tidak mengerjakannya sendiri, namun ini adalah keterampilan dasar yang perlu dimiliki.

2. Kesiapan mental
Kesiapan mental, berupa soft skill juga diperlukan. Misalnya kemampuan bersosialisasi, sehingga anak bisa mudah dan senang dalam menjalani kehidupan asrama atau indekosnya.

Anak juga harus memiliki kemampuan komunikasi. Ini bermanfaat bagi anak untuk berkomunikasi dengan teman, dengan dosen, maupun berbagai jenis karakter orang yang akan ditemuinya.

Anak juga harus memiliki kemampuan memilih pergaulan sehingga aman dari pergaulan yang beresiko tinggi. Tidak lupa, kemampuan bertanggung jawab pada dirinya, sehingga tanpa diawasi pun, anak mampu menyelesaikan tugas kuliahnya dan mampu menjalani pergaulannya dengan tanggung jawab.

Lia juga menyarankan anak yang akan kos atau tinggal di asrama sebaiknya memiliki adversity quotient yang cukup. Kemampuan ini diperlukan anak agar sanggup menghadapi kesulitan dalam kehidupannya.

Tak hanya itu, memiliki emotional quotient yang cukup juga diperlukan. Ini berguna bagi anak dalam kehidupannya sehari hari, seperti bersosialisasi dan menyelesaikan pendidikan tepat waktu walaupun banyak rintangan yang mengganggu emosinya.

Lia menyebut anak juga sebaiknya sudah cukup diberi pendidikan seksual sehingga anak paham apa yang harus dijaganya, apa yang menjadi konsekuensi perbuatannya, dan apa yang harus dilakukannya jika dalam kondisi bahaya.

 
Berita Terpopuler