Mitos Orang Jawa Saat Gerhana, Ibu Hamil Wajib Sembunyi di Kolong Tempat Tidur

Gerhana Penumbra akan terjadi pada Jumat, 5 Mei 2023.

network /Kurusetra
.
Rep: Kurusetra Red: Partner

Gerhana Penumbra. Dalam budaya masyarakat Jawa gerhana terjadi karena bulan dimakan Batara Kala.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Malam ini, Jumat (5/5/2023) seluruh wilayah Indonesia akan dilalui fenomena gerhana bulan penumbra. Gerhana dimulai pukul 21.15 WIB dengan puncak gerhana terjadi pada pukul 23.24 WIB dan selesai pukul 01.30 WIB pada Sabtu (6/5/2023).

Gerhana bagi orang Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, adalah peristiwa yang lekat dengan cerita mitos. Bahkan mitos tentang gerhana membuat masyarakat Jawa yang percaya akan ketakutan setengah mati.

Pasalnya menurut kepercayaan masyarakat Jawa, gerhana dipercaya muncul karena kehadiran Batara Kala yang memakan bulan atau matahari. Menurut Suwandono dan kawan-kawan dalam Ensiklopedi Wayang Purwa (1991: 265), Batara Kala adalah putra dewa tetapi berwujud raksasa karena terkena kutukan.

.

BACA JUGA: Sejarah Rebo Wekasan dan Mitos Puasa Tolak Bala dalam Tradisi Jawa dan Ajaran Islam

Batara Kala adalah sosok raksasa jahat yang mengincar nyawa manusia, terutama anak-anak. Batara Kala diceritakan diam-diam terbang ke surga dan mencuri Tirta Amertasari alias air abadi yang dipercaya bagi siapa saja yang meminum air tersebut akan hidup selamanya.

Aksi pencurian Batara Kala itu diketahui Batara Surya (Dewa Matahari) dan Batara Candra (Dewa Bulan). Kedua dewa tersebut melaporkan aksi pencurian Batara Kala kepada pemimpin para dewa, yakni Batara Guru.

BACA JUGA: Mitos di Pelabuhan Ratu: Dari Kamar Nyi Roro Kidul Sampai Pantangan Pakai Baju Hijau

Batara Guru mengutus Batara Wisnu (Dewa Pemelihara Alam/Pelindung) untuk menghentikan perbuatan Batara Kala. Belum sempat Tirta Amertasari sampai tertelan oleh Batara Kala, Batara Wisnu langsung menebas batang leher Batara Kala.

Tubuh Batara Kala jatuh ke bumi, sementara kepalanya tetap melayang di angkasa. Karena itu Batara Kala sangat dendam kepada Batara Surya dan Batara Candra dan selalu mencoba menelan kedua dewa itu setiap ada kesempatan.

BACA JUGA: Meluruskan Mitos Hantu Si Manis yang Bikin Jembatan Ancol Jadi Angker

Masyarakat Jawa percaya ibu hamil wajib bersembunyi di kolong tempat tidur saat gerhana terjadi, alasannya...


Batara Kala pemakan gerhana.

Mitos Ibu Hamil Ngumpet di Kolong Tempat Tidur

Saat gerhana terjadi, mitos yang paling dipercaya masyarakat Jawa adalah ibu hamil akan menjadi incaran Batara Kala. Karena itu, perempuan yang sedang mengandung diwajibkan bersembunyi di tempat gelap, seperti di bawah atau kolong tempat tidur.

Perempuan hamil harus bersembunyi agar bayi yang di dalam kandungan tidak keguguran saat gerhana berlangsung. Jika melanggar akibatnya bisa bahaya, karena dipercaya bayi akan lahir dalam keadaan cacat, berkulit belang hitam putih, sampai yang paling tragis adalah kehilangan nyawa.

BACA JUGA: Mitos Beringin Kembar Penghuni Alun-Alun Yogyakarta yang Dijual Virtual

.

Namun masyarakat Jawa punya cara menangkal bala, termasuk Batara Kala. Mereka menjalankan upacara ruwatan untuk menghindarkan diri dari kesulitan dan tidak dimangsa Batara Kala. Ruwatan biasanya diselenggarakan sebagai usaha membebaskan manusia atau kelompok yang sedang diliputi berbagai masalah atau terbentur kegagalan, serta membersihkan diri dari kesialan, aib, dan dosa.

Upacara ruwatan yang artinya kembali ke semula, biasanya digelar bersama pertunjukan wayang kulit dengan lakon yang berkisah tentang Batara Kala, Murwakala. Tak hanya di masyarakat Jawa saja, warga Sunda juga mengenal upacara "Ngeruwat" yang digelar bersamaan dengan pertunjukan wayang golek.

BACA JUGA: Segudang Makna Tedak Siten, Ritual Pertama Kali Bayi Turun Tanah dalam Budaya Jawa

Tradisi ruwatan memang masih hidup di dalam masyarakat Jawa. Ritual ini bermakna pembebasan sekaligus penyucian manusia sukerto dari "dosa bawaan". Ruwatan dilakukan kepada para sukerto, anak-anak yang berdosa karena takdir, akan menjadi santapan Batara Kala.

Kisah di balik itu semua karena janji Batara Guru, ayah dari Batara Kala yang mengizinkan Batara Kala memangsa anak-anak sukerto. Namun, Batara Guru mengatakan ritual ruwatan akan menyelamatkan anak-anak sukerto dari santapan Batara Kala.

BACA JUGA: Kisah Porter Pelabuhan Merak di Hari Lebaran, Angkut Barang Penumpang demi Istri dan Anak Bisa Makan

 
Berita Terpopuler