Anemia yang Dapat Berujung pada Kasus Stunting

Ibu muda dengan kondisi hamil dan mengalami anemia sangat berisiko untuk mengalami berbagai kelainan seperti keguguran, bayi lahir prematur, adanya hambatan tumbuh kembang janin dan bayi, pendarahan pada saat kehamilan, serta produksi ASI yang tidak

retizen /Maria Wulandari
.
Rep: Maria Wulandari Red: Retizen

Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah dalam tubuh berada dalam kondisi dibawah normalnya. Anemia ini banyak diderita oleh remaja putri. Anemia memiliki jenis yang bermacam-macam tergantung dengan penyebab terjadinya anemia itu sendiri. Salah satu jenis anemia yang banyak terjadi di Indonesia adalah anemia defisiensi zat besi. Anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi yang digunakan sebagai bahan pembentuk sel darah merah dalam tubuh. Kekurangan zat besi ini dapat disebabkan karena kelainan dalam tubuh ataupun karena kurangnya konsumsi zat besi yang diperlukan oleh tubuh. Apabila zat besi yang diperlukan oleh tubuh tidak tercukupi dengan baik maka hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam darah yang pengikatannya dibantu oleh zat besi menjadi tidak berfungsi dengan baik dan pengikatan oksigen dalam darah tidak berjalan secara optimal. Akibatnya banyak gejala yang timbul seperti lemas, lesu, pucat, pusing, sulit berkonsentrasi, mata berkunang, kunang, kelelahan berkepanjangan, dan bahkan dapat terjadi penurunan produktivitas kerja.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan tingkat prevalensi anemia pada remaja putri usia 15-32 tahun yang tergolong tinggi yaitu sebesar 32%, padahal berdasarkan Riskesdas standar nasional kejadian anemia di Indonesia sebesar 20%. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya peranan zat besi dalam tubuh, kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, kurangnya pengetahuan tentang anemia dan dampaknya, serta kondisi ekonomi masyarakat yang mengakibatkan kurangnya pemenuhan gizi yang dikonsumsinya setiap hari. Berbagai faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya anemia, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak masyarakat yang belum sadar mengenai bahaya anemia bagi remaja putri. Dampak anemia ini bermacam-macam, mulai dari dampak pada saat remaja, masa kehamilan, dan bahkan dapat berdampak pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengidap anemia.

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan yang kondisi tubuh dan asupan makanan yang dikonsumsinya perlu diperhatikan dengan seksama. Zat gizi yang diperlukan oleh ibu hamil harus tercukupi dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, tidak jarang juga terjadi anemia pada ibu hamil akibat kurangnya konsumsi zat besi ataupun terjadinya kelainan pada penyerapan zat besi dalam tubuhnya. Pada ibu muda dengan kondisi hamil dan menderita anemia banyak sekali resiko yang terjadi seperti terjadinya keguguran, persalinan prematur, adanya hambatan tumbuh kembang bagi janin dan bayi, pendarahan pada saat kelahiran, dan pengeluaran ASI yang tidak optimal. Pengeluaran ASI yang tidak optimal ini dapat menjadi cikal bakal terjadinya stunting yang prevalensinya juga cukup tinggi di Indonesia. Konsumsi ASI bagi bayi yang tidak optimal menyebabkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan oleh bayi, sehingga tumbuh kembang bayi menjadi kurang optimal dan bahkan terjadi stunting pada bayi. Apalagi apabila bayi tidak cukup mengkonsumsi ASI dan tidak didukung dengan susu formula akan memperparah kondisi tumbuh kembang bayi tersebut. Kebanyakan, masyarakat awam tidak sadar bahwa konsumsi ASI atau susu bagi bayi sangat penting dalam tumbuh kembangnya, apalagi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) asupan gizi sangat berperan penting dalam tumbuh kembang bayi. Kurangnya gizi kronis pada 1000 HPK akan berdampak pada tubuh anak, anak menjadi stunting dan ada juga yang mengalami berbagai kelainan lain seperti kelainan mental dan cara berfikir.

Oleh sebab itu, anemia dan stunting memiliki hubungan yang cukup dekat. Anemia dapat menyebabkan stunting. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan cara melakukan penyuluhan dan pemberian pemahaman kepada masyarakat awam khususnya pada ibu dan remaja putri mengenai bahaya anemia. Selain itu, dengan memberikan suplementasi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri untuk meningkatkan status gizi, kadar hemoglobin dalam tubuh, dan mengurangi angka anemia yang terjadi pada remaja putri. Sebenarnya kedua hal ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, namun pada kenyataannya prevalensi anemia masih tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan tanggapan masyarakat dalam menanggapi banyaknya kejadian anemia yang terjadi di lingkungan sekitar. Sehingga perlu diadakannya penyuluhan dan pemahaman yang lebih intensif di lingkungan masyarakat sekitar seperti melakukan penyuluhan pada kelompok-kelompok kecil di RT/RW atau melalui kader-kader di RT/RW agar informasi dan pengetahuan mengenai anemia dan dampaknya dapat tersampaikan dengan baik, serta dapat menurunkan angka prevalensi anemia yang terjadi di Indonesia. Apabila angka prevalensi anemia menurun, maka angka prevalensi stunting juga dapat menurun.

 
Berita Terpopuler