Hipertensi Bisa Pengaruhi Kepribadian, Benarkah?

Menurunkan tekanan darah tinggi dapat membawa manfaat baik bagi kesehatan.

www.freepik.com
Seseorang dibekap emosi (ilustrasi). Menurut studi, tekanan darah diastolik yang tak terkontrol bisa membuat seseorang menunjukkan perilaku neurotik.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah tinggi atau hipertensi kerap terjadi tanpa memunculkan gejala berarti pada tahap awal. Akan tetapi, perubahan kepribadian bisa memberikan petunjuk mengenai kemungkinan adanya tekanan darah diastolik yang tak terkontrol.

Kaitan antara kepribadian dan tekanan darah diastolik ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada General Psychiatry. Studi ini mengungkapkan bahwa tekanan darah diastolik yang tak terkontrol bisa membuat seseorang menunjukkan perilaku neurotik.

Dikutip dari Medical News Today, Rabu (3/5/2023), perilaku neurotik atau neurotisisme merupakan sebuah kepribadian yang membuat seseorang memiliki kecenderungan jangka panjang untuk berada dalam pemikiran negatif atau kecemasan yang emosional. Individu dengan neurotisisme bisa sangat sensitif terhadap kritik dari orang lain.

"Sering kali kritis terhadap diri sendiri dan sangat mudah cemas, marah, khawatir, membenci, terlalu sadar diri, dan depresi," jelas tim peneliti, seperti dilansir Express.

Neurotisisme juga dikenal sebagai faktor kausatif atau penyebab dari masalah kecemasan dan gangguan suasana hati. Individu dengan neurotisisme cenderung lebih sering mengalami stres mental yang tinggi, yang kemudian turut memicu peningkatan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular.

Pemantauan dan kontrol tekanan darah yang baik bisa bermanfaat dalam menurunkan neurotisisme atau perilaku neurotik dan gangguan suasana hati yang dipicu oleh neurotisisme. Selain itu, tekanan darah yang terkontrol juga dapat membantu mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular.

Hingga saat ini, tim peneliti masih belum mengetahui faktor yang menghubungkan hipertensi dengan perubahan perilaku. Akan tetapi, tim peneliti menilai single nucleotide polymorphisms (SNPs) turut berperan.

Seperti diketahui, sekitar 30-60 persen tekanan darah berkaitan dengan faktor genetik. Ada lebih dari 1.000 SNPs yang berkaitan dengan hal tersebut.

Mengenal Tekanan Darah Tinggi
Pengukuran tekanan darah tinggi akan memunculkan dua angka. Angka pertama menggambarkan tekanan darah sistolik, sedangkan angka kedua menunjukkan tekanan darah diastolik.

Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang muncul ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik merupakan tekanan yang terjadi pada pembuluh darah ketika jantung sedang beristirahat di antara dua denyutan.

Pada kasus hipertensi, angka tekanan darah sistolik dan diastolik umumnya mengalami peningkatan. Namun, hipertensi juga bisa terjadi meski hanya tekanan darah sistolik atau diastolik saja yang mengalami peningkatan.

Baca Juga

Bila yang meningkat hanya tekanan darah sistolik, kondisi tersebut dikenal sebagai isolated diastolic hypertension atau hipertensi sistolik terisolasi. Sedangkan bila hanya tekanan darah diastolik yang meningkat, kondisi tersebut dikenal sebagai isolated diastolic hypertension atau hipertensi diastolik terisolasi.

Gejala hipertensi - (Republika)

 

Mengontrol dan menurunkan tekanan darah tinggi dapat membawa manfaat baik bagi kesehatan, termasuk kesehatan kardiovaskular dan beberapa organ penting lain. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol tekanan darah adalah menerapkan pola makan yang sehat dan rutin berolahraga.

"(Bagi individu bertubuh gemuk) cara paling efektif untuk meredakan tekanan darah yang meningkat adalah menurunkan berat badan," ujar Harvard Health.

Terkait olahraga, Harvard Health menganjurkan olahraga selama 30 menit sebanyak lima hari dalam sehari. Selain dapat menjaga kesehatan secara umum, olahraga rutin juga bisa menunjang upaya menjaga berat badan yang ideal.

 
Berita Terpopuler