Post Holiday Blues Bisa Menyerang, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Jaga suasana hati tetap positif setelah libur panjang.

Edi Yusuf/Republika
Kepadatan arus balik menuju jalur utara arah Subang di Jalan Tangkuban parahu, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (30/4/2023). Secara umum, liburan baik untuk kesehatan mental seseorang.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga suasana hati tetap positif usai liburan, termasuk Lebaran, perlu dilakukan. Itu bisa dimulai dengan memperbaiki rutinitas, yang juga bermanfaat agar tubuh siap secara biologis, menurut Mega Tala Harimukthi, psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten.

Dikutip dari Healthline, psikoterapis asal Boston Angela Ficken, LICSW, itu menyarankan seseorang mencoba meluangkan waktu untuk diri sendiri. Dia berpendapat rutinitas ini tidak harus rumit, bisa hanya jalan-jalan sekali dalam sepekan atau minum kopi dengan teman baik setiap Jumat pagi.

Secara umum, liburan baik untuk kesehatan mental seseorang. Namun, ada risiko orang justru terganggu suasana hatinya usai melewatinya. Mereka yang terganggu suasana hatinya usai liburan, bisa jadi karena dipengaruhi situasi, orang-orang yang ditemui, dan perbincangan yang dilakukan.

Seperti dikutip dari Health, pengharapan besar, teringat orang-orang terkasih yang hilang atau pergi, dinamika keluarga yang sulit hingga beban keuangan, juga dapat menjadi sebab. Sebenarnya, rasa sedih, tekanan mental, atau bahkan ketakutan usai liburan dapat mengacu pada post holiday blues yang menurut psikolog klinis di Lenox Hill Hospital, New York City Naomi Torres-Mackie, mirip dengan depresi klinis.

Namun, depresi melibatkan suasana hati yang buruk hampir sepanjang hari selama 2 minggu atau lebih. Sementara, post holiday blues biasanya berlangsung lebih pendek, tidak merugikan kehidupan sehari-hari dan umumnya spesifik untuk periode waktu seusai liburan.

Akan tetapi, apabila perasaan sedih setelah liburan mulai memengaruhi fungsi harian, seperti membuat sulit bangun dari tempat tidur, pergi bekerja atau sekolah, meninggalkan rumah, menghabiskan waktu bersama orang lain, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil, mungkin ada baiknya seseorang berkonsultasi pada pakar kesehatan.

Lalu, apabila seseorang telanjur mengalami post holiday blues, pakar psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins Anxiety Disorder Clinic Paul Nestad, MD menyarankan untuk tidur yang cukup, setidaknya tujuh jam setiap malam, mempertahankan kebiasaan makanan sehat, dan mencoba kembali berolahraga secara teratur. Untuk mempertahankan motivasi atau mulai berolahraga lagi ajaklah anggota keluarga atau teman untuk berolahraga bersama atau pilih aktivitas yang disukai agar tetap sibuk.

Baca Juga

Selain itu, bersandar pada teman dan keluarga dapat membantu seseorang terus merasa terhubung dan tidak sendirian. Koneksi yang dekat juga dapat berguna dalam membantunya menavigasi apa yang sedang dialami.

Di sisi lain, bagi mereka yang merasa stres saat harus kembali bekerja usai liburan, American Psychological Association (APA) memberikan sejumlah kiat guna membantu mengelolanya antara lain memanfaatkan jurnal untuk melacak situasi yang menyebabkan stres. Setelah itu, cari cara sehat untuk mengatasinya seperti berolahraga dan menjaga kualitas tidur yang baik.

Coba juga prioritaskan perawatan diri dan meluangkan waktu untuk hobi atau melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti membaca buku, pergi ke konser, atau menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga. Hal lainnya yang bisa dilakukan ialah membuat batasan kehidupan kerja, seperti tidak memeriksa surat elektronik atau email di luar hari kerja atau tidak menjawab telepon atau pesan setelah jam tertentu.

Ini memungkinkan seseorang memiliki waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri dari pekerjaan. Berbicara dengan teman, keluarga, atau kolega terpercaya, dan meminta dukungan mereka pun dapat menjadi upaya mengelola stres terkait pekerjaan.

 
Berita Terpopuler