Berhasil Memaafkan Orang, Ini Sederet Manfaat yang akan Terasa Bagi Fisik dan Mental

Apakah memaafkan berarti melupakan apa yang terjadi?

Republika/Amin madani
Saling memaafkan saat lebaran (ilustrasi). Orang sudah berhasil memaafkan ketika hal yang dipersoalkan tidak lagi memancing amarahnya ketika dibicarakan. Ciri lain dari memaafkan adalah munculnya kedamaian.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali, tidak selalu mudah untuk memaafkan, bahkan ketika seseorang benar-benar menginginkannya. Satu kunci untuk memaafkan, menurut psikolog, ada pada diri sendiri, bukan orang lain.

"Walaupun memaafkan sering dibicarakan, banyak orang tidak tahu definisi sebenarnya," kata Frederic Luskin PhD, Director Stanford University Forgiveness Projects, seperti dikutip dari Forbes, Jumat (21/4/2023).

Luskin yang juga Senior Consultant di Health Promotion, Stanford University, itu mengatakan ada dua tanda memaafkan. Salah satunya ialah ketika menceritakan kisah tentang apa yang terjadi pada diri sendiri, maka ia tidak marah.

"Itu tidak lagi membuat Anda merasa frustrasi, marah, atau takut," kata Luskin yang merupakan profesor di Institute for Transpersonal Psychology dan penulis beberapa buku tentang topik tersebut.

Ciri lain dari memaafkan, menurut Dr Luskin, adalah merasakan kedamaian, bahkan terkait hubungan dengan orang yang dianggap salah, termasuk diri sendiri. Pakar terkemuka lainnya, Robert Enright, PhD, profesor psikologi pendidikan di University of Wisconsin-Madison dan pelopor dalam studi ilmiah, mengatakan memaafkan adalah tanggapan atas apa yang terjadi, tidak baik-baik saja.

Baca Juga

Enright juga mengatakan bahwa memaafkan tidak berarti melupakan apa yang terjadi. Memaafkan tidak selalu tentang rekonsiliasi.

Orang dapat memaafkan sambil menjaga jarak. Ini 100 persen mungkin juga untuk mencari keadilan sambil memaafkan pada saat yang sama.

"Sebagai kebajikan moral, memaafkan artinya hidup berdampingan dengan mencari keadilan," kata dia.

Sekalipun orang tidak menganggap memaafkan sebagai kebajikan moral atau hal yang benar untuk dilakukan, ada banyak alasan untuk memilih melakukannya. Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa memaafkan dapat bermanfaat bagi kesehatan mental dan juga fisik, sebagai berikut.

Manfaat Memaafkan Bagi Kesehatan Mental

1. Lebih sedikit kecemasan
Tidak memaafkan seseorang bisa melelahkan secara mental, menurut Luskin. Studi ilmiah mendukung hal ini, menunjukkan bahwa kadar adrenalin dan kortisol, juga dikenal sebagai "hormon stres", turun saat seseorang memberi maaf.

2. Hubungannya dengan depresi
Baik Luskin dan Enright mengatakan bahwa penelitian sekarang menunjukkan hubungan antara ketidakmampuan untuk memaafkan dan tingkat depresi yang lebih tinggi.

3. Merasa lebih berdaya
"Tidak memaafkan menghabiskan energi, antusiasme, dan rasa harapan seseorang," jelas Enright.

Tetapi ketika seseorang memutuskan untuk memaafkan, termasuk memaafkan diri sendiri, mereka merasa lebih memiliki harapan dan kekuatan dalam hidup

4. Tidak menyakiti orang lain
Memendam sikap tidak mau memaafkan sering kali menimbulkan perasaan marah. Ini membuat seseorang lebih mungkin menyerang, baik itu kepada orang yang menyakitinya atau orang lain, menurut Enright.

Manfaat Memaafkan untuk Kesehatan Fisik

1. Baik untuk kesehatan
Sebuah studi ilmiah yang lebih kecil pada 2007 menunjukkan bahwa sikap pemaaf disinyalir terkait dengan tingkat tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu, menurut sebuah studi pada 2009 yang melibatkan Dr Enrich, sikap pemaaf mungkin efektif untuk mengurangi iskemia miokard yang dipicu oleh kemarahan (kurangnya aliran darah ke jantung) pada orang dengan penyakit arteri koroner.

"Dokter menyatakan bahwa memaafkan benar-benar membantu para pria menghindari kematian jantung mendadak," kata Dr Enright.

2. Tidur lebih nyenyak
Studi menunjukkan bahwa melatih memaafkan diri sendiri dan orang lain ada kaitannya dengan tidur yang lebih baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa perasaan tidak memaafkan dapat meningkatkan kadar kortisol di otak, yang mengaktifkan respons lawan atau lari, menurut Dr Luskin.

3. Mendukung sistem kekebalan tubuh
Menyimpan dendam memberi tekanan pada tubuh. Menurut penelitian pada 2014, belas kasihan diri, yang sering kali mencakup memaafkan, dikaitkan dengan tingkat peradangan yang lebih rendah akibat stres.

 
Berita Terpopuler