Cegah Seks Bebas, Telatkah Jika Tanamkan Nilai Baru Saat Remaja?

Pendidikan seksualitas perlu dikenalkan kepada anak sejak usia TK.

www.freepik.com
Anak remaja (Ilustrasi). Pendidikan seksualitas sebaiknya diajarkan di setiap perkembangan anak.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam pacaran dilarang karena mendatangkan kemudharatan dan mendekati zina. Namun, tidak sedikit orang tua yang mengizinkan anaknya berpacaran. Agar tidak kebablasan, edukasi seksual seperti apa yang bisa diterapkan oleh orang tua?

"Penanaman nilai untuk tidak kebablasan saat pacaran tidak bisa dilakukan setelah anak sudah besar atau remaja. Semua ini harus perlahan ditanamkan pada anak sejak kecil," ujar praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, kepada Republika.co.id, Ahad (16/4/2023).

Menurut Lia, edukasi ini bisa dimulai dari pengenalan aurat, bagian mana dari tubuh yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat, mana yang boleh dipegang orang lain, dan mana yang hanya boleh dirinya sendiri yang menyentuhnya.

Setelah anak lebih dewasa, anak dapat diajarkan tentang pendidikan seksualitas, misalnya tentang sistem reproduksi dan konsekuensi apa saja yang bisa diterima jika tidak menjaga dirinya. Ini bisa dilakukan pada anak laki laki dan perempuan.

"Anak laki laki juga perlu diberi tahu konsekuensi jika kebablasan dalam pacaran," kata Lia.

Hal yang paling penting dari semua ini, berilah anak waktu saling bicara, bercerita, dan berilah banyak pelukan agar anak tidak mencari kekosongan dirinya di luar sana.

Ajarkan sejak dini
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA Brawijaya Antasari, Dinda Derdameisya, mengatakan edukasi seksualitas sebaiknya diajarkan di setiap perkembangan anak. Itu dapat dimulai usia pra sekolah (TK).

Baca Juga

"Edukasi seksualitas bukan saja berhubungan seksual, tapi juga perbedaan antar perempuan dan laki-laki, itu biasanya diajarkan dari usia TK," ujarnya beberapa waktu lalu.

Pada usia SD, ajarkan bagaimana laki-laki dan perempuan tidak boleh saling memperlihatkan alat kelaminnya. Lalu, memasuki usia SMP, ajarkan anak mengenai siklus menstruasi.

Edukasi itu seharusnya diajarkan di lingkup keluarga dari awal. Bila tidak paham, ayah dan ibu bisa meminta bantuan profesional.

"Jadi, jangan sampai kebablasan anak mencari sumber atau informasi sendiri, yang akhirnya dapat dari video porno," ujar Dinda.

Bila anak mendapatkan informasi yang tidak benar, akhirnya mereka berkeinginan melakukan hubungan seksual. Hal ini tentunya sangat berdampak pada kesehatan mereka.

"Kalau tidak mengerti berhubungan bisa sebabkan kehamilan, itu banyak sekali dampak negatifnya," ujarnya.

 
Berita Terpopuler