Berpuasa Ramadhan Tetapi tidak Mendapat Pahala, Siapa Mereka?   

Puasa Ramadhan adalah momentum mengekang hawa nafsu

Republika/Prayogi.
Petugas membagikan minuman menjelang waktu berbuka puasa di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (23/3/2023). Selama ramadan Masjid Istiqlal menyediakan 2000 boks pada hari Senin hingga Kamis sedangkan hari Jumat hingga Ahad menyiapkan 2500 sampai 3000 boks karena pada hari tersebut biasanya jamaah lebih banyak yang datang.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia, secara resmi telah mulai puasa Ramadhan hari ini, Kamis (23/3/2023). Bagi Muslim, berpuasa adalah salah satu bentuk menunaikan kewajiban.

Baca Juga

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Abdul Muiz Ali, menyebut setiap Muslim yang menjalankan puasa ini berharap agar ibadahnya diterima. Di sisi lain, mereka juga berdoa semoga Allah SWT melipatgandakan pahala puasa yang dilakukan. Rasulullah SAW pernah bersabda: 

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى 

“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR Muslim)

"Hakikat pengertian puasa tidak saja mampu menahan diri dari makan, minum, atau berhubungan intim di siang hari bulan Ramadhan (jimak). Lebih dari itu, pengertian puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan dan ucapan yang diharamkan," kata dia dalam pesan yang diterima Republika.co.id, Kamis (23/3/2023).

Dalam hal ini, dia menyebut penting bagi orang saat sedang berpuasa agar tidak hanya mampu menahan haus dan lapar, tapi juga harus mampu menahan mulut, mata, telinga, tangan dan anggota tubuh lain dari perbuatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala puasa.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR Ath Thabaroni)

Ustadz Abdul Muiz menyebut hadits di atas sebagai peringatan. Tujuannya, agar puasa yang dilakukan Muslim tidak sia-sia dan tidak berpahala. Perihal ini juga dikuatkan dalam hadis lain:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ، الصِّيَامُ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

"Rasulullah SAW bersabda, "Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji." (HR Baihaqi dan Al-Hakim).

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Salah satu contoh menahan diri, ujar dia, adalah dari perkataan yang sia-sia. Contoh perilaku ini yaitu ghibah, atau membicarakan kejelekan, kesalahan, maupun kekurangan orang lain.

"(Ghibah) Baik secara langsung atau melalui sosial media. Membicarakan, menulis atau merasa nyaman mendengarkan kejelekan, kesalahan dan kekuarangan orang lain, semuanya sama termasuk ghibah. Perbuatan ghibah termasuk penyebab puasanya sia-sia atau tidak berpahala," lanjut Ustadz Abdul Muiz.

Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan sebagai berikut: 

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ الْغِيبَةُ وَالنَّمِيمَةُ وَالْكَذِبُ وَالْقُبْلَةُ وَالْيَمِينُ الْفَاجِرَةُ “Lima hal yang menyebabkan batalnya puasa, yaitu ghibah, mengadu domba, berdusta, ciuman, dan sumpah palsu.” Terhadap hadits riwayat diatas Imam Nawawi menjelaskan:

وَأَجَابَ أَصْحَابُنَا عَنْ هَذِهِ الْأَحَادِيثِ سِوَى الْأَخِيرِ بِأَنَّ الْمُرَادَ أَنَّ كَمَالَ الصَّوْمِ وَفَضِيلَتَهُ الْمَطْلُوبَةَ إنَّمَا يَكُونُ بصيانته عن اللغو والكلام الردئ لَا أَنَّ الصَّوْمَ يَبْطُلُ بِهِ. وَأَمَّا الْحَدِيثُ الْأَخِيرُ (خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ) فَحَدِيثٌ بَاطِلٌ لَا يُحْتَجُّ بِهِ. وَأَجَابَ عَنْهُ الْمَاوَرْدِيُّ وَالْمُتَوَلِّي وَغَيْرُهُمَا بِأَنَّ الْمُرَادَ بُطْلَانُ الثَّوَابِ لَا نَفْسَ الصَّوْمِ.

“Sahabat kami (ulama kalangan Syafi’iyyah) menjawab hadits-hadits tersebut, selain hadits kelima, bahwa yang dimaksud sesungguhnya kesempurnaan puasa dan keutamaan yang dituntut dapat diperoleh dengan menjaga puasa dari perbuatan sia-sia, dan perkataan yang buruk, bukan bahwa puasa batal dengannya.

Adapun hadits terakhir, (Lima hal yang menyebabkan batalnya puasa) haditsnya batil tidak dapat dijadikan hujjah. Imam Mawardi, Al-Mutawalli, dan yang lainnya telah menjawab bahwa yang dimaksud batal adalah batal pahalanya, buka puasanya.” (Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf An-Nawawi, Majmu’ Syarhul Muhadzzab, juz VI, halaman 356).

Dalam keterangan kitab lain disebutkan,

 معنى المفطر، كقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «من قال لأخيه والإمام يخطب: أنصت.. فلا جمعة له» . ولم يرد: أن صلاته تبطل، وإنما أراد: أن ثوابه يسقط، حتى يصير في معنى من لم يصل

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

“Adapun hadits tersebut, maka yang dimaksud adalah menggugurkan pahala puasa, sehingga menjadi makna perkara yang membatalkan puasa, sebagaimana contoh hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “ Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya sedangkan imam berkhutbah, “ Diamlah “, maka tidak ada Jumat baginya “, hadits ini tidak bermaksud sholatnya batal, akan tetapi yang dimaksud adalah bahwasanya pahala jum’atnya gugur sehingga menjadi makna orang yang tidak sholat.“ (Al-Bayan fi Madzhabi Syafi'i, juz 3, halaman 536).

 

Untuk menjaga kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan, pria yang juga menjadi pengurus Lembaga Dakwah PBNU ini menyebut, hendaknya selama berpuasa hindari bacaan, unggahan berita, gambar, video dan lainnya yang mengarah pada ghibah, fitnah, adu domba dan perbuatan apapun yang diharamkan.       

 
Berita Terpopuler