ODHIV dan ODHA Penting Miliki Self Love dan Utamakan Berpikir Rasional

Kondisi psikis yang terganggu dapat picu perilaku negatif pada ODHIV dan ODHA.

www.freepik.com
Menangis ketika depresi (ilustrasi). Penting bagi ODHIV dan ODHA untuk menanamkan self love dan berpikir rasional.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Universitas Indonesia, Rayinda Raumanen Mamahit, menyebut stigma negatif dan diskriminasi sosial masyarakat kepada para orang dengan HIV (ODHIV) dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sampai saat ini masih ada. Diskriminasi sosial tersebut dapat memicu perasaan tertekan sehingga membuat kondisi psikis mereka terganggu.

Dokter Rayinda menjelaskan HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh dan jika ditambah dengan kondisi psikis yang terganggu maka dapat memicu perilaku negatif seperti adanya ide-ide bunuh diri bagi pengidapna. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk menanamkan self love dan berpikir rasional.

Dokter Rayinda mengatakan bahwa selama ini banyak yang merasa bahwa menyayangi diri sendiri berarti egois. Dengan begitu, perlu dijabarkan mana yang mencintai diri sendiri secara sehat atau yang hanya mementingkan diri sendiri.

Baca Juga

Self love merupakan suatu aksi yang mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual individu. Dokter Rayinda menyebut, self love itu mengutamakan kenyamanan, kesehatan, dan kebahagian diri, dan bukan bersifat egois atau egosentris.

"Cara yang dapat dilakukan untuk mencintai diri sendiri adalah dengan mengenali diri sendiri," kata dr Rayinda, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Selasa (14/3/2023).

Menurut dr Rayinda, cara untuk mengenali diri sendiri, yaitu dengan mengetahui apa yang disuka dan apa yang tidak disuka. Hal lainnya adalah dengan mengetahui apa yang membuat kurang nyaman saat ini, membuat jurnal dan menganilisis respons terhadap situasi. Selain itu, tidak mementingkan orang lain dan melukai diri sendiri.

Hal yang juga dialami oleh para ODHIV dan ODHA adalah sulitnya menerima status mereka. Terkadang, bayang-bayang kejadian yang lalu atau penyesalan melekat pada diri.

Terkait hal tersebut, dr Rayinda juga mengingatkan untuk berpikir rasional. Berpikir rasional merupakan proses aktif dan sadar untuk menghasilkan ide dan gagasan berdasarkan data, fakta, dan logika.

"Banyak dari kita yang selalu berpikir apa yang akan terjadi di depan dan bahkan sudah membayangkannya serta berasumsi berbagai hal, padahal fakta yang terjadi tidak seperti itu," kata dia.

Berpikir rasional merupakan pemikiran mengenai kondisi saat ini. Pemikirannya tidak dipengaruhi oleh masa depan yang belum terjadi atau kondisi yang lalu yang sudah terjadi yang juga tidak dapat diubah kembali.

Lebih lanjut, dr Rayinda memberikan berbagai tips terkait kesehatan jiwa di antaranya cara menerima kondisi yang ada. Hal ini memang sulit, apalagi terjadi pada teman-teman ODHIV dan ODHA yang baru menerima status positif HIV/AIDS.

Mereka akan mengalami fase tidak menerima (denial), fase depresi, dan bahkan fase bergaining atau menawar kondisi. Berputar pada fase-fase tersebut saja akan menyulitkan untuk berpikir rasional.

"Tips untuk keluar dari zona tersebut dan berpikir rasional adalah dengan mencari tahu kembali apa yang membuat kita nyaman berada di dunia ini dan tujuan hidupnya," ujar dr Rayinda.

Ketika terbelit masalah seperti itu, tujuan hidup sepertinya langsung tidak ada. Jika hal ini berlangsung lama, orang akan membutuhkan bantuan profesional untuk menarik diri dari keadaan tersebut, menurut dr Rayinda.

 
Berita Terpopuler