Tanam Ulang Akibat Banjir, Petani Berharap Realokasi Pupuk Subsidi

Sejumlah petani di Cirebon dan Indramayu mesti tanam ulang padi akibat dampak banjir.

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
(ILUSTRASI) Sawah terdampak banjir.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Banjir dilaporkan membuat tanaman padi di sejumlah kawasan wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, membusuk dan mati. Kondisi tersebut membuat sejumlah petani mesti tanam ulang padi dan melakukan pemupukan kembali.

Karena itu, diharapkan ada realokasi pupuk subsidi bagi petani yang terdampak banjir dan mesti tanam ulang. Harapan tersebut disampaikan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar.

Tasrip menjelaskan, ada sekitar 3.000 hektare tanaman padi yang mati akibat terendam banjir. Hal itu di antaranya terjadi di Kecamatan Kapetakan, Panguragan, dan Gegesik. Banjir terjadi pada akibat tingginya intensitas hujan pada pekan terakhir Februari 2023. “Kini petani sudah melakukan replanting (tanam ulang),” kata Tasrip kepada Republika, Rabu (8/3/2023).

Menurut Tasrip, umur tanaman padi yang mati itu berkisar 20 hari-30 hari. Tanaman padi yang tergenang banjir itu sebelumnya sudah diberi pupuk. Petani menggunakan pupuk subsidi jatah mereka.

Karena harus tanam ulang, Tasrip mengatakan, petani terdampak banjir juga mesti melakukan pemupukan kembali. Sementara jatah pupuk subsidi sudah terpakai.

Menurut Tasrip, para petani yang lahannya terkena banjir kini memiliki dua pilihan sulit. Pertama, menggunakan pupuk nonsubsidi yang harga lebih mahal atau menggunakan pupuk subsidi alokasi musim tanam berikutnya.

Untuk pupuk subsidi, harga eceran tertinggi (HET) jenis urea Rp 2.250 per kilogram dan NPK Rp 2.300 per kilogram. Sedangkan pupuk nonsubsidi, untuk urea harganya mencapai Rp 10 ribu per kilogram dan Phonska (NPK) Rp 14 ribu per kilogram.

“Kami berharap ada realokasi pupuk subsidi untuk petani yang lahannya terkena banjir,” kata Tasrip.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Waryono, pun mengharapkan ada bantuan pupuk bagi petani terdampak banjir yang mesti tanam ulang padi.

Ia menjelaskan, padi yang mati terendam banjir di daerahnya tersebar di sejumlah lokasi. Mencakup di Desa Kertawinangun sekitar 100 hektare, Desa Soge 50 hektare, dan Parean Girang 170 hektare.

Menurut Waryono, tanaman padi yang mati tergenang banjir itu rata-rata berumur 35-40 hari. Karenanya, tanaman tersebut sebelumnya sudah diberi pupuk. “Petaninya terpaksa harus tanam ulang dan pemupukan ulang,” kata dia.

 

Waryono mengatakan, petani terbebani soal pemupukan ulang itu. Pasalnya, jatah pupuk subsidi sudah terpakai, sehingga pilihannya membeli pupuk nonsubsidi. “Semoga ada bantuan pupuk subsidi untuk petani yang terkena banjir,” ujar Waryono.

Menurut Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, selain di Kecamatan Kandanghaur, area tanaman padi di sejumlah daerah lain juga sempat tergenang banjir. Seperti di wilayah Kecamatan Losarang, Sliyeg, Widasari, Balongan dan Krangkeng. “Rata-rata tanaman padi yang terendam banjir itu sudah melakukan pemupukan pertama,” kata dia, Selasa (7/3/2023).

Meski tanaman padinya terselamatkan, Sutatang mengatakan, harus dilakukan pemupukan ulang. Jika tidak, hasil panennya bisa tidak maksimal. “Pemupukan yang pertamanya kan kena banjir, jadi memang harus dilakukan pemupukan ulang,” katanya.

Namun, menurut Sutatang, alokasi pupuk subsidi bagi petani hanya 375 kilogram per hektare. Terdiri atas Urea 250 kilogram dan Phonska 125 kilogram. “Karena pupuk subsidinya sudah terpakai, petani terpaksa harus membeli pupuk nonsubsidi yang harganya lebih mahal,” ujar dia.

Sutatang mengatakan, jika petani tidak memiliki uang, mereka akan berutang dahulu kepada pemilik kios pupuk atau pihak lainnya. Utang tersebut akan dibayar saat panen atau yang dikenal dengan istilah “yarnen” (bayar panen), baik berupa gabah atau uang.

 
Berita Terpopuler