Menko Airlangga Pastikan Harga Komoditas Kelapa Sawit Tetap Meningkat

Kenaikan harga komoditas di tingkat global turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Pekerja memindahkan buah sawit yang baru dipanen dari truk kecil ke truk yang lebih besar di perkebunan kelapa sawit di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 23 Mei 2022. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan harga sawit akan tetap meningkat.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui, harga komoditas kelapa sawit tahun ini memang lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Meski begitu, kata dia, berdasarkan kajian sejak 1 Februari tetap ada peningkatan.

Baca Juga

Seperti diketahui, kenaikan harga komoditas di tingkat global turut mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi nasional. "Salah satu sektor yang menjadi katalis dalam mendorong kinerja ekonomi nasional yakni sektor pertanian yang memiliki capaian pertumbuhan ekspor hingga 6,53 persen year on year (yoy) dari Rp 329,4 triliun pada 2021 menjadi Rp 350,9 triliun pada 2022," ujar Airlangga dalam konferensi pers usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato' Sri Fadillah Yusof di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (9/2/2023).

Kinerja solid ekspor sektor pertanian, kata dia, salah satunya didominasi oleh komoditas minyak sawit sebagai urutan teratas ekspor. Produksi minyak sawit di Indonesia sendiri menunjukkan angka sebesar 46,8 juta ton pada 2022, sebagian besar produksi digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. 

Pemerintah juga berupaya mendorong perkembangan industri minyak sawit melalui berbagai kebijakan. “Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program B35. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi sekaligus menghemat devisa 10.75 miliar dolar AS," jelas dia.

Dengan mengurangi 34,9 juta ton emisi Gas Rumah Kaca, sambungnya, akan mendukung transisi Indonesia menuju energi yang adil dan inklusif. Airlangga menuturkan salah satu upaya yang dapat dilakukan Indonesia dan Malaysia dalam mendorong industri minyak sawit yakni fokus pada pengembangan petani kecil dengan meningkatkan penyerapan produk di dalam negeri serta mendorong percepatan hilirisasi. 

Penguatan aspek keberlanjutan kelapa sawit melalui skema sertifikasi nasional yakni ISPO dan MSPO juga perlu terus dilakukan. Terlebih saat ini Sekretariat CPOPC juga telah mengeluarkan Global Framework Principles for Sustainable Palm Oil (GFP-SPO).

 

Pemangku kepentingan domestik pun, kata dia, perlu merumuskan strategi dalam mempertahankan harga remunerasi minyak sawit. Mengingat sebagai kontributor pasokan minyak sawit global terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia diharapkan dapat memperoleh harga yang menguntungkan bagi berbagai pihak. Serupa dengan penetapan harga, perluasan akses pasar dengan tetap memperhatikan prinsip selektif juga penting untuk dilakukan guna mengoptimalkan keuntungan tersebut.

Usai diskusi bersama pelaku industri tersebut, Menko Airlangga memberikan keterangan pers mengenai pertemuan bilateral dengan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia YAB Dato' Sri Haji Fadillah bin Haji Yusof yang telah dilakukan pada awal kegiatan. Pembahasan yang diangkat yakni seputar masalah industri kelapa sawit, serta usulan pendekatan bersama dan kemungkinan tindakan terkoordinasi.  

“Kami sepakat terus melindungi sektor kelapa sawit dengan memperkuat upaya dan kerjasama dalam mengatasi diskriminasi terhadap kelapa sawit. Menanggapi meningkatnya kebijakan sepihak yang mempengaruhi kelapa sawit, pertemuan ini sepakat untuk memanfaatkan keterlibatan dengan negara-negara pengimpor utama melalui dialog kebijakan,” jelas Airlangga.

Dirinya menuturkan, untuk menanggapi kesepakatan politik tentang proposal Komoditas Bebas Deforestasi Uni Eropa (UE) telah disepakati akan dilakukan misi bersama ke UE 11mengomunikasikan solusi dan konsekuensi dari peraturan tersebut. Usai misi ke UE, kunjungan juga akan dilakukan ke India untuk mempromosikan penggunaan minyak sawit menyusul pengakuan ISPO dan MSPO oleh India melalui inisiatif bersama dengan Indian Palm Oil Sustainability Framework (IPOS), serta pengenalan GFP-SPO.

 

Dalam kesempatan tersebut turut dilakukan penyerahan Keketuaan CPOPC pada 2023 kepada YAB Dato’ Sri Fadillah bin Hj Yusof. Sekaligus membahas strategi perluasan keanggotaan CPOPC dan melihat kemungkinan Honduras untuk menjadi anggota ketiga CPOPC dalam waktu dekat.

 
Berita Terpopuler