Erdogan Prihatin Retorika Anti-Islam di Eropa Meningkat

Menurut Erdogan, Swedia menjadi tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris.

EPA-EFE/HOW HWEE MUDA
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara selama konferensi pers di sela-sela KTT Pemimpin G20 di Bali, Indonesia, 16 November 2022. KTT Kepala Negara dan Pemerintahan Kelompok Dua Puluh (G20) ke-17 berlangsung dari 15 hingga 16 November 2022. Erdogan Prihatin Retorika Anti-Islam di Eropa Meningkat
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi perhatian pada tumbuhnya retorika anti-Islam di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia.

Baca Juga

“Kami prihatin dengan meningkatnya retorika dan tindakan anti-Islam di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia,” kata Erdogan dalam sebuah wawancara televisi di Ankara, merujuk pada serangan baru-baru ini terhadap kitab suci Islam yakni Alquran di Swedia, Denmark, dan Belanda, Rabu (1/2/2023).

Turki mengharapkan langkah tulus dari Swedia dalam perang melawan Islamofobia. “Kami mengharapkan Swedia dan Finlandia sepenuhnya mematuhi komitmen mereka dalam nota tripartit," kata Erdogan, merujuk pada kesepakatan yang ditandatangani Juni lalu antara Turki dan dua negara Nordik untuk keanggotaan NATO mereka.

Menganggap nota kesepahaman sebagai peta jalan, dia mengatakan penting bagi negara-negara untuk memenuhi janji mereka, terutama dalam perang melawan terorisme. Permintaan maaf dari Swedia tidak akan menyelesaikan masalah. Erdogan menambahkan negara itu telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris.

Swedia belum memenuhi komitmennya terkait perang melawan terorisme di bawah memorandum tersebut. Erdogan menambahkan, kelompok teroris melanjutkan aktivitas mereka di Swedia.

Ia mengatakan, organisasi teror telah menargetkan Turki dengan cara paling buruk. Karena perkembangan terakhir, Turki harus menunda kunjungan ketua parlemen Swedia dan menteri pertahanan.

 

"Serangan baru-baru ini yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci adalah kejahatan kebencian. Dengan kedok kebebasan berekspresi, tidak dapat diterima untuk secara terbuka melakukan kejahatan kebencian terhadap umat Islam," kata Erdogan, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (2/2/2023).

 

Pernyataannya muncul setelah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan pekan lalu membakar salinan Alquran pada dua kesempatan terpisah, di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia dan kemudian di depan sebuah masjid di Denmark. Paludan mengatakan dia akan membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat sampai Swedia diterima di aliansi NATO.

Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia, Pegida, juga merobek halaman-halaman Alquran di Den Haag dan membakar halaman-halaman itu di dalam panci. Dia memposting video tentang tindakan tersebut.

Mengharapkan sekutunya untuk mengatasi masalah keamanan Turki, dia mengatakan, sampai saat ini tidak mendukung tawaran NATO Swedia. "Selain itu, kami mengevaluasi proses keanggotaan Finlandia secara berbeda. Jika Finlandia mengelola proses seperti sekarang, kami akan melakukan bagian kami," jelasnya.

Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia melawan Ukraina. Di bawah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Turki, Swedia, dan Finlandia, kedua negara Nordik itu berjanji mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.

 

Dalam perjanjian tersebut, Swedia dan Finlandia setuju tidak memberikan dukungan kepada kelompok teror seperti PKK dan cabangnya, Organisasi Teroris Fetullah (FETO). Mengekstradisi tersangka teror ke Turki, di antara langkah-langkah lainnya.

 
Berita Terpopuler