15,2 Juta Peserta BPJS Manfaatkan Layanan Skrining

Skrining dilakukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan.

ANTARA/Adiwinata Solihin
Petugas BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi aplikasi Mobile JKN kepada warga di perkampungan Suku Bajau, Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Selasa (31/8/2021). Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti mengatakan, BPJS Kesehatan terus melakukan program promotif preventif, termasuk melalui skrining kesehatan.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti mengatakan, BPJS Kesehatan terus melakukan program promotif preventif, termasuk melalui skrining kesehatan. Langkah ini dilakukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari penyakit tertentu.

Baca Juga

Pada 2022, tercatat sebanyak 15,2 juta peserta JKN telah memanfaatkan layanan skrining BPJS Kesehatan, mulai dari skrining riwayat kesehatan, skrining diabetes melitus, skrining kanker serviks, dan skrining payudara. Karena, yang paling banyak memanfaatkan BPJS Kesehatan dengan biaya terbesar adalah kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI).

"Tercatat jumlah kasus pemanfaatannya lebih dari 31 juta kasus dengan biaya lebih dari Rp 27,5 triliun. Sementara, penyakit dengan biaya terbesar yang paling banyak dimanfaatkan oleh PBI adalah penyakit jantung, yaitu sebesar 4,2 juta kasus dengan biaya Rp 3,2 triliun. Terlihat paling diuntungkan dan terbantu atau paling banyak dana JKN digunakan adalah peserta PBI,” ujar Ghufron dalam acara Diskusi Publik Outlook 2023: 10 Tahun Program JKN, di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (30/1/2023).

Untuk merespons hal tersebut, BPJS Kesehatan menganggarkan dana tambahan sebesar Rp 9 triliun untuk pembiayaan perawatan kesehatan masyarakat yang muncul dari program skrining penyakit empat penyakit mematikan. Keempat penyakit yang diyakini memakan biaya paling besar pada BPJS Kesehatan yakni jantung, kanker, stroke dan penyakit ginjal.

"Dengan adanya skrining tahap awal, biaya kesehatan pasti akan meningkat, sehingga BPJS Kesehatan pada tahun ini menganggarkan khusus untuk skrining dan perawatan yang terdeteksi, paling tidak Rp 9 triliun tambahan alokasi anggaran," ujarnya.

Ia mengatakan, program skrining tersebut terdiri atas riwayat kesehatan, Diabetes Melitus, Kanker Serviks dan Kanker Payudara. Skrining riwayat kesehatan dapat dilakukan pserta melalui aplikasi Mobile JKN, Website BPJS Kesehatan, Chat Assistant BPJS Kesehatan (CHIKA) maupun dilakukan saat peserta berkunjung ke FKTP.

Skrining Diabetes Melitus dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Skrining Kanker Serviks dilakukan melalui pemeriksaan IVA atau papsmer, sedangkan skrining kanker payudara dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis.

 

Ghufron mengatakan, keuangan BPJS Kesehatan yang bersumber dari pendanaan gotong royong peserta pada 2022 telah meningkat Rp 144 triliun dari rata-rata per tahun Rp 40,7 triliun pada tahun sebelumnya.

"Jadi memang sangat besar (keuangan BPJS Kesehatan) kalau dibandingkan kementerian lain, ini bisa melebihi dan jadi persoalan tersendiri, karena ini dana milik peserta," katanya.

Diketahui, kepesertaan JKN melonjak pesat dari 133,4 juta jiwa pada tahun 2014 menjadi 248,7 juta jiwa pada 2022. Artinya, saat ini lebih dari 90 persen penduduk Indonesia telah terjamin Program JKN.

Khusus untuk peserta JKN dari segmen non Penerima Bantuan Iuran (PBI), yang mencakup Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), dan Bukan Pekerja, pada tahun 2014 berjumlah 38,2 juta jiwa. Tahun 2022, angka tersebut naik tajam menjadi 96,9 juta jiwa.

Dalam kurun waktu hampir 10 tahun, penerimaan iuran JKN juga mengalami peningkatan menjadi lebih dari Rp 100 triliun, dari tahun 2014 sebesar Rp 40,7 triliun menjadi Rp 144 triliun pada tahun 2022 (unaudited).

Jumlah pemanfaat layanan juga terus menerus meningkat. Pada 2014 hanya 92,3 juta pengguna, pada 2021 meningkat 392 juta pengguna, dan 2022 meningkat 502 juta lebih pengguna layanan BPJS Kesehatan.

"Ini setara dengan sehari lebih dari 1 juta pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan," katanya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasanugraha mengatakan layanan BPJS Kesehatan saat ini relatif lebih terjangkau untuk diakses masyarakat. "Saya ingat dulu, bagaimana orang dulunya sangat susah atau sangat takut ke rumah sakit, karena siapapun dia, mau miskin atau setengah kaya, cenderung akan jatuh miskin karena harus menjalani perawatan," katanya.

Semangat gotong royong dari peserta BPJS Kesehatan untuk mendanai perawatan, kata Kunta, berhasil mendobrak peningkatan permintaan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Menurut Kunta, peningkatan permintaan perlu didukung dengan pasokan layanan yang optimal, yang sejalan dengan Program Transformasi Kesehatan.

Salah satunya pada pilar transformasi layanan rujukan dengan memperkuat layanan kesehatan pada proses krining penyakit. "Empat hal yang akan kami berikan dukungan utama, yakni kanker, ginjal, jantung, dan stroke," katanya.

 

 

 

 
Berita Terpopuler