Ternyata, Bakteri di Usus Penderita Parkinson Berbeda dengan Orang Sehat

Penyakit Parkinson dapat dimulai di usus dan menyebar ke otak.

EPA
Michael J Fox. Aktor Back to the Future ini didiagnosis parkinson 30 tahun lalu. Menurut peneliti, bakteri di usus penderita Parkinson berbeda dengan orang yang sehat secara neurologis.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli di University of Surrey, Inggris telah memperingatkan bahwa penyakit Parkinson dapat dimulai di usus dan menyebar ke otak. Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 30 persen bakteri di usus orang yang hidup dengan kondisi itu berbeda dengan mereka yang tidak mengalami gangguan tersebut.

Penyakit Parkinson adalah kondisi progresif di mana bagian otak menjadi semakin rusak (kehilangan sel saraf) selama bertahun-tahun. Aktor Michael J Fox, penyanyi Ozzy Osbourne, dan mendiang aktor Robin Williams termasuk orang terkenal yang mengidap Parkinson.

Baca Juga

Menurut Parkinson's UK, sekitar 145 ribu orang di Inggris hidup dengan diagnosis Parkinson pada 2020. Jumlah pasien diperkirakan akan mencapai 172 ribu pada akhir dekade ini, seiring bertambahnya populasi dan usia.

"Kerusakan dan kematian akibat penyakit Parkinson meningkat lebih cepat daripada gangguan neurologis lainnya di seluruh dunia,” kata penulis makalah dan ahli multiomik AI dari University of Surrey, Ayse Demirkan, dilansir Express, Rabu (18/1/2023).

Bahkan, Demirkan mencatat kasus didiagnosis Parkinson jumlahnya telah mencapai lebih dari dua kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan karena belum ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan penyakit itu.

Tentunya, semakin banyak ilmuwan yang belajar tentang penyebab penyakit itu, maka semakin banyak informasi yang mereka dapat. Itu penting dalam mengembangkan perawatan baru hingga penyembuhan Parkinson.

"Penelitian sebelumnya di bidang ini telah menunjukkan kemungkinan hubungan antara bakteri usus dan Parkinson, tapi, penelitian ini kecil dan menggunakan metodologi kuno," ujar Demirkan.

Dalam studi mereka, Demirkan dan rekan-rekannya melakukan survei terhadap 724 orang, 490 di antaranya memiliki penyakit {arkinson dan sisanya sehat secara neurologis. Setiap pasien tidak hanya memberikan informasi medis tentang diri mereka sendiri, tetapi juga sampel tinja untuk dianalisis, yang menghasilkan kumpulan data terbesar dari informasi tersebut.

Analisis sampel feses mengungkapkan bahwa bakteri, gen, dan saluran biologis di dalam usus orang dengan penyakit Parkinson berbeda lebih dari 30 persen dari mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Satu perbedaan, ada spesies bakteri bifidobacterium dentium yang diketahui menyebabkan infeksi anaerobik seperti abses otak.

Tim menemukan bahwa kadar B. dentium meningkat tujuh kali lipat dalam sampel tinja subjek dengan penyakit Parkinson. Sebaliknya, analisis juga mengungkapkan pengurangan 7,5 kali lipat spesies bakteri, seperti roseburia, yang biasanya hanya ditemukan di usus besar orang sehat.

Peneliti mencatat konstipasi adalah gejala penyakit parkinson yang dikenali dengan baik. Studi ini juga mengidentifikasi sekelompok bakteri penyebab infeksi, khususnya Escherichia coli, klebsiella pneumonia, dan klebsiella quasipneumoniae, yang juga tampak meningkat pada mereka yang menderita penyakit parkinson.

"Bakteri usus orang-orang dengan Parkinson terdiri dari patogen dan bakteri yang meluap-luap yang dapat memicu respons kekebalan di antara banyak mekanisme lainnya," jelas Dermirkan.

Dermirkan memaparkan mekanisme ini melibatkan berbagai jalur metabolisme bakteri, yang menunjukkan fasad kompleks dari gangguan di usus. Namun, Dermirkan mengatakan, penelitian ini tidak dirancang untuk menjawab apakah bakteri itu sendiri adalah penyebab awal penyakit, seberapa mungkin itu menjadi konsekuensi dari penyakit, atau bahkan dipengaruhi oleh susunan genetik individu.

Penyakit Parkinson saat ini tidak memiliki obat, tetapi ada berbagai cara perawatan dan obat-obatan yang dapat diambil untuk mengendalikan gejala yang dapat mencakup tremor, kekakuan otot, dan penurunan mobilitas. Operasi Stimulasi Otak Dalam juga merupakan pilihan bagi kandidat yang dianggap cocok, dan membutuhkan elektroda yang ditempatkan secara strategis di otak untuk membantu meminimalkan gejala.

Ini dikendalikan oleh alat pacu jantung yang ditanamkan di dada seseorang. Saat ini, ada berbagai penelitian yang dilakukan untuk mencoba dan mengidentifikasi mengapa parkinson memengaruhi beberapa orang, dan ilmuan yang mencoba untuk menemukan obatnya.

 
Berita Terpopuler