Perdana, Militer Taiwan Izinkan Wanita Ikuti Pelatihan Pasukan Cadangan

Ini adalah tahun pertama untuk memasukkan wanita dalam pelatihan cadangan

AP/Daniel Ceng
Militer Taiwan telah mengumumkan rencana untuk memasukkan wanita dalam pelatihan pasukan cadangannya tahun ini.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Militer Taiwan telah mengumumkan rencana untuk memasukkan wanita dalam pelatihan pasukan cadangannya tahun ini. Hal demikian belum pernah dilakukan Taiwan sebelumnya. Ancaman China yang kian menguat diyakini menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut.

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Taiwan mengungkapkan, mereka akan mengizinkan sekitar 200 tentara wanita yang diberhentikan untuk mendaftarkan diri dalam pelatihan pasukan cadangan sukarela mulai kuartal kedua tahun ini. Hal itu menjadi bagian dari upaya Kemenhan Taiwan meningkatkan keseluruhan pasukan cadangan.

“Ini adalah tahun pertama untuk memasukkan wanita dalam pelatihan cadangan, sehingga tahun ini akan menjadi program uji coba. Kami akan merencanakan kapasitas pelatihan sesuai dengan jumlah pelamar,” kata pejabat pertahanan Taiwan Mayor Jenderal Yu Wen-cheng, Selasa (17/1/2023).

Dia menjelaskan, program sukarela bertujuan memperkuat efektivitas pelatihan ulang pasukan cadangan dalam keterampilan tempur. Hal itu diharapkan mempertajam kemampuan tempur pasukan cadangan Taiwan. Saat ini, hanya pria yang diwajibkan untuk melakukan wajib militer dan pelatihan cadangan di Taiwan. Namun wanita diperkenankan menjadi sukarelawan untuk bertugas di angkatan bersenjata.

Banyak analis militer mendesak Taiwan berbuat lebih banyak untuk meningkatkan pasukan cadangan dan mempersiapkan penduduk sipilnya untuk pertahanan mengingat kian agresifnya ancaman China. Hal itu salah satunya bisa ditempuh dengan mengizinkan lebih banyak wanita terlibat dalam pelatihan militer.

Pada 27 Desember 2022 lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan perpanjangan masa wajib militer bagi warganya dari empat bulan menjadi satu tahun. Hal itu akan mulai berlaku pada 2024. “Tidak ada yang menginginkan perang. Tapi, rekan senegaraku, kedamaian tidak akan jatuh dari langit,” ujarnya kala itu.

Pekan lalu China kembali mengancam akan menyerang Taiwan. Hal itu disampaikan setelah Taiwan menggelar latihan militer yang dimaksudkan untuk meyakinkan publik bahwa mereka dapat menghadapi Beijing. Juru bicara Kantor Urusan Taiwan China Ma Xiaoguang mengatakan, Beijing berkomitmen menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya. Dia bersumpah bahwa China akan menghancurkan plot untuk kemerdekaan Taiwan.

Baca Juga

Terkait hal itu, Ma memperingatkan, intervensi negara asing untuk mendorong kemerdekaan Taipei sama saja dengan “bermain api”. “Dukungan jahat untuk kemerdekaan Taiwan di antara elemen anti-China di beberapa negara asing adalah provokasi yang disengaja,” kata Ma dalam konferensi pers dua mingguan, Rabu (11/1/2023).

"Kami menyerukan kepada negara-negara yang relevan untuk berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan dan berhenti bermain-main dengan masalah Taiwan," kata Ma menambahkan.

China telah berulang kali mengerahkan kapal perang dan jet tempurnya ke wilayah Taiwan. Mereka kerap melewati garis tengah Selat Taiwan sepanjang 160 kilometer yang membagi kedua sisinya. Pada akhir Desember lalu, China mencatatkan rekor dengan mengerahkan 71 pesawat dan tujuh kapal ke Taiwan atau merupakan skala terbesar sepanjang 2022.

China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.

 
Berita Terpopuler