Anak Diare Bisa Dirawat Sendiri di Rumah, Bawa ke Dokter Kalau Ada Gejala Ini

Diare rotavirus tidak membutuhkan antibiotik untuk penyembuhannya.

www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Tidak semua diare harus ditangani dengan antibiotik. Diare akibat rotavirus, misalnya, bisa ditangani orang tua di rumah tanpa antibiotik. Namun, perhatikan tanda-tanda anak mengalami dehidrasi.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak sedang diare? Dokter spesialis anak Titis Widowati mengatakan orang tua bisa menangani diare pada anak di rumah selama tidak ada komplikasi, yakni dengan perawatan lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare).

"Lintas Diare ialah rehidrasi atau pemberian cairan, termasuk melanjutkan pemberian air susu ibu (ASI) sesuai usia anak, dan pemberian tablet zinc," jelas dr Titis dalam diskusi radio Kesehatan mengenai "Mengenal Diare Rotavirus" yang diikuti secara daring di Jakarta, dikutip Senin (16/1/2023).

Baca Juga

Lebih lanjut, dr Titis mengingatkan antibiotik hanya diberikan oleh dokter sesuai indikasi. Pemberiannya harus selektif, tidak semua diare membutuhkan antibiotik.

Dr Titis mengatakan penanganan diare bisa dilakukan orang tua di rumah jika tidak ada komplikasi dehidrasi yang berat. Selain itu, tidak lupa untuk mengonsumsi tablet zinc dan melanjutkan ASI atau makanan seperti biasa dan menggunakan cairan oralit.

Pada diare rotavirus, anak tidak diberikan antibiotik. Sebab, diare akibat rotavirus berbeda dengan diare yang disebabkan oleh bakteri disentri.

Di sisi lain, orang tua tetap harus mewaspadai gejala yang timbul jika diare menyebabkan tanda dehidrasi. Gejalanya mencakup anak rewel, terlihat selalu kehausan, mengantuk, tidak mau minum, mata terlihat celong atau cekung, dan produksi air seni yang berkurang.

"Kalau anak itu dirawat di rumah, orang tua harus memonitor tanda dehidrasi," ucapnya.

Jika terdapat tanda tersebut, menurut dr Titis, anak wajib dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Sebab, anak memerlukan akses intravena untuk infus agar kebutuhan cairan terpenuhi.

Selain itu, jika diare mengakibatkan anak sesak napas, demam tinggi, hingga kejang dikhawatirkan ada kemungkinan komplikasi di luar saluran cerna. Sampai saat ini, pencegahan terhadap diare rotavirus selain dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, adalah dengan melengkapi vaksin rotavirus bagi anak usia nol sampai dua tahun dengan tahap pertama pada saat usia enam minggu dan interval untuk pemberian yang kedua adalah empat minggu, dan diharapkan sudah selesai diberikan pada umur 24 minggu atau enam bulan.

Vaksin rotavirus secara global telah direkomendasikan oleh WHO wajib diimplementasikan di negara dengan angka kematian akibat diare pada balita sebesar 10 persen. Semula, Indonesia belum menjalankan vaksinasi rotavirus secara gratis sebagai bagian dari program imunisasi nasional.

Alhasil, masyarakat masih mendapatkannya secara mandiri. Namun, pada tahun 2022, tepatnya pada Hari Imunisasi Sedunia, Kementerian Kesehatan mulai mencanangkan vaksin rotavirus masuk dalam program imunisasi nasional tahun 2022.

Saat ini, vaksin rotavirus masih difokuskan pada beberapa provinsi saja yang dipilih berdasarkan angka kejadian dari rotavirus yang tinggi. Pemerintah masih mempersiapkan sarana dan prasarana agar bisa merata di seluruh provinsi.

"Jika sudah merata diimplementasikan, seluruh provinsi nanti bisa mendapatkan vaksin di puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan vaksinasi, sehingga gratis seperti program vaksinasi pemerintah lainnya," ucap dia.

 
Berita Terpopuler