Aktivis Uighur Kritik Kunjungan Puluhan Cendekiawan Muslim ke Xinjiang

Rombongan menyebut China memerangi terorisme di provinsi Xinjiang.

Kementerian Luar Negeri China
Sebanyak 30 cendekiawan Muslim dari 14 negara mayoritas Muslim mengunjungi Kota Tua Kashgar, Kashgar City di Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China, 10 Januari 2023. Aktivis Uighur Kritik Kunjungan Puluhan Cendekiawan Muslim ke Xinjiang
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, XINJIANG -- Aktivis Uighur menggambarkan kunjungan delegasi cendekiawan Islam ke provinsi Xinjiang sebagai propaganda yang melayani China. China terus menyangkal klaim telah memenjarakan ribuan Muslim Uighur.

Baca Juga

Sebanyak 30 cendekiawan Muslim dari 14 negara mayoritas Muslim, termasuk ulama pro-pemerintah dari Bahrain, Mesir, Arab Saudi, Tunisia dan Uni Emirat Arab (UEA), mengunjungi provinsi Xinjiang sebagai bagian dari delegasi yang diselenggarakan oleh Dewan Komunitas Muslim Dunia (WMCC).

Gambar yang diposting oleh media pemerintah China menunjukkan delegasi WMCC, yang dipimpin oleh akademisi Emirati Ali Rashid al-Nuaimi, mengunjungi berbagai situs sebagai bagian dari tur multi-kota mereka di provinsi Xinjiang. Didirikan di Uni Emirat Arab (UEA), WMCC mengatakan tujuannya mendukung Muslim di negara mayoritas non-Muslim dan melindungi mereka secara intelektual, spiritual, dan dari diskriminasi rasial atau pembersihan etnis.

Dalam pernyataan pers WMCC, Nuaimi, yang telah memperjuangkan normalisasi antara Israel dan dunia Arab, mengulangi klaim China bahwa tindakan kerasnya terhadap Uighur adalah bagian dari kebijakannya untuk memerangi terorisme di provinsi Xinjiang.

Tapi, Presiden Kongres Uighur Dunia Dolkun Isa, membalas klaim Nuaimi dan mengatakan China sering menggunakan dalih memerangi terorisme untuk membenarkan kriminalisasi bentuk perilaku keagamaan sehari-hari dan legal, seperti memakai janggut atau jilbab dan memiliki Alquran.

“Sangat keterlaluan WMCC telah berpartisipasi dalam kunjungan propaganda ini dan sekarang menggemakan narasi pemerintah China,” kata Isa kepada Middle East Eye.

"Ini adalah kesempatan yang sia-sia untuk mengajukan pertanyaan nyata tentang kondisi aktual Uighur dan secara terbuka mengutuk genosida saat ini, dan menunjukkan bahwa sebagai 'perwakilan' komunitas Muslim global, mereka benar-benar peduli dengan Muslim Uighur," kata Isa, dilansir dari Middle East Eye, Kamis (12/1/2023).

 

 

Isa menambahkan, para ulama tertentu, terutama yang berasal dari negara-negara yang pernah mengalami genosida terhadap Muslim, seperti Bosnia, telah gagal belajar dari pengalaman masa lalu dan membela korban kejahatan kekejaman di tempat lain. Pemerintah China dituduh menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang timur dan membuat komunitas tersebut melakukan pelanggaran yang oleh beberapa orang disebut sebagai genosida. China menyangkal semua tuduhan pelecehan.

Abduweli Ayup, seorang aktivis bahasa Uighur dari Kashgar, menggambarkan perjalanan itu sebagai menutupi kejahatan China terhadap Uighur di Xinjiang. Merasa sangat marah oleh perwakilan dari Arab Saudi yang menghadiri delegasi tersebut, Ayup menceritakan betapa kecewanya dia melihat para ulama Bosnia berpartisipasi dalam kunjungan tersebut.

"Ketika genosida Bosnia terjadi, saya ingat bagaimana orang Uighur di Kashgar, tempat asal saya, mengumpulkan uang untuk orang Bosnia. Sekarang pria dan wanita Muslim yang sama itu mendekam di kamp konsentrasi China karena mereka berani mempraktikkan keyakinan mereka di China," kata Ayup kepada Middle East Eye.

Anggota delegasi WMCC lainnya termasuk penasihat Presiden Mesir Abdel Fateh el Sisi untuk urusan agama Usaama Al Azhari dan penasihat Perdana Menteri Tunisia Mestaoui Mohamed Slaheddine.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran Emirati Al Ain, Azhar pada Senin menggambarkan China sebagai saudara dan mengatakan kunjungan itu penting untuk bertukar pengalaman (memerangi terorisme). Tahun lalu, menteri luar negeri China menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Islamabad dengan para juru kampanye Uighur mengkritik badan tersebut karena tidak angkat bicara tentang penderitaan mereka.

Kunjungan terakhir delegasi ini dilakukan setelah klaim Mesir, UEA, dan Arab Saudi telah mendeportasi warga Uighur ke China meskipun ada kekhawatiran atas keselamatan mereka jika dipulangkan. April lalu, Amnesty International meminta Arab Saudi segera membebaskan empat warga Uighur, termasuk seorang gadis berusia 13 tahun dan ibunya, yang berisiko dibawa ke kamp interniran yang represif jika dikirim kembali ke China.

 

Buheliqiemu Abula dan putri remajanya ditahan di Makkah dan diberitahu oleh polisi bahwa mereka akan dideportasi ke China. Abula adalah mantan istri Nuermaimaiti Ruze, yang juga ditahan di Arab Saudi pada 2020 setelah mereka menunaikan ibadah haji ke Makkah.

 
Berita Terpopuler