Serupa Covid-19, TBC Juga Menular Melalui Droplet

Berbeda dengan Covid-19, ketularan TBC sekarang, sakitnya bisa setahun kemudian.

Republika
Batuk (Ilustrasi). TBC yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui drolet saat penderita batuk.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Kita Jakarta Dimas Dwi Saputro memperingatkam penularan tuberkolosis (TBC) dapat terjadi pada anak. Penyakit ini dapat ditularkan melalui droplet atau percikan air liur, serupa dengan penularan Covid-19.

Dimas menjelaskan bahwa penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru. Meski begitu, TBC dapat juga berdampak kepada bagian tubuh lain.

"Ini biasanya ditularkan melalui droplet atau percik renik, percikan ludah yang ukurannya sangat kecil kira-kira di bawah lima mikron. Ukuran yang sangat kecil itu membuat mudah masuk ke dalam paru-paru kita dari saluran napas langsung masuk ke dalam organ paru kita," jelas Dimas dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti dari Jakarta, Kamis (5/1/2023).

Bakteri penyebab TBC yang dapat tersalurkan lewat droplet itu juga mudah menyebar melalui udara mengingat ukurannya yang kecil. Penularannya serupa dengan cara penularan Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

"Bedanya, kalau Covid-19 tertularnya sekarang sakitnya besok. Tapi, kalau TBC ketularannya sekarang, sakitnya bisa dua atau empat pekan lagi, bahkan sampai satu tahun," kata Dimas.

Hal itu bisa terjadi karena bakteri yang menyebabkan TBC menginfeksi tubuh secara senyap. Terkait penularan terhadap anak, dia mengatakan potensi terjadi tidak hanya melalui kontak dekat seperti mencium bayi. Tapi, bisa terjadi ketika berada di dekat seseorang yang menderita TBC.

Baca Juga

Anak kecil yang terinfeksi TBC, menurut Dimas, mengindikasikan bahwa terjadi transmisi lokal bakteri tersebut. Hal itu mengingat droplet yang berisi bakteri TBC dapat menetap di udara selama minimal empat jam.

"Anak kecil kalau sampai sakit TBC dapatnya dari orang yang sakit TBC, paling sering adalah orang dewasa. Jadi, kalau ada anak sakit TBC itu amat sangat jarang menular ke anak kecil yang lain, tapi dapatnya dari orang dewasa," kata Dimas.

Pemerintah terus mendorong eliminasi TBC dari Tanah Air. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada November 2022 menargetkan mulai awal tahun ini pemeriksaan TBC harus mencapai 60 ribu kasus per bulan untuk mendukung eliminasi TBC pada 2030.

Pemeriksaan perlu ditingkatkan mengingat lajunya yang masih rendah. Menurut data Kemenkes, dari target 969 ribu angka insiden TBC pada 2021, baru 50-60 persen atau sekitar 500-600 ribu kasus yang ditemukan.

 
Berita Terpopuler