COP15 Capai Kesepakatan Bersejarah Perlindungan Kekayaan Hayati

Konferensi COP15 direlokasi ke Montreal, Kanada.

ANTARA/Maulana Surya
Petugas memberi makan satwa burung kakak tua putih (Cacatua alba) di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, Ahad (22/5/2022). Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional atau Biodiversity yang disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait isu keanekaragaman hayati di bumi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Para negosiator dalam United Nations Biodiversity Conference (COP15) telah mencapai sejumlah kesepakatan dalam misi perlindungan keanekaragaman hayati di dunia. Penyediaan dana bagi negara miskin dan berkembang untuk pelaksanaan konservasi serta perlindungan hak-hak masyarakat adat merupakan dua poin penting dalam paket kesepakatan tersebut.

Baca Juga

“Kami memiliki sebuah paket di tangan kami yang saya pikir dapat membimbing kita saat kita semua bekerja sama untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati serta menempatkan keanekaragaman hayati di jalur pemulihan untuk kepentingan semua orang di dunia. Kita bisa benar-benar bangga,” kata Menteri Lingkungan Hidup Cina Huang Runqui kepada para delegasi sebelum paket kesepakatan diadopsi pada Senin (19/12) pagi.

China merupakan pemegang kursi kepresidenan COP15 tahun ini. Namun karena situasi Covid-19 di Negeri Tirai Bambu, konferensi COP15 direlokasi ke Montreal, Kanada. Terkait kesepakatan yang telah diadopsi, salah satu poin terpenting adalah komitmen melindungi 30 persen tanah dan air yang dianggap vital bagi keanekaragaman hayati pada 2030. Saat ini, 17 persen wilayah daratan dan 10 persen wilayah laut dilindungi.

Selain komitmen melindungi 30 persen tanah dan air, kesepakatan juga menyerukan peningkatan dana dari berbagai sumber sebesar 200 miliar dolar AS pada 2030 untuk keanekaragaman hayati. Para delegasi juga menyepakati penghapusan atau reformasi subsidi yang dapat menghasilkan tambahan 500 miliar dolar AS bagi konservasi alam.

Sebagai bagian dari paket pembiayaan, kerangka kerja menyerukan peningkatan dana setidaknya 20 miliar dolar AS per tahun pada 2025 untuk negara-negara miskin. Jumlah itu akan meningkat menjadi 30 miliar dolar AS setiap tahun pada 2030. 

Dalam kesepakatan juga disebutkan bahwa pemanfaatan sumber daya dari alam, seperti obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dibagi secara adil dan merata. Dalam proses pengumpulan atau penghimpunan bahan-bahan tersebut, hak-hak masyarakat adat harus dilindungi.

“Banyak dari kami menginginkan lebih banyak hal dalam teks dan lebih banyak ambisi. Tapi kami memperoleh paket (kesepakatan) yang ambisius,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Kanada Steven Guilbeault.

 

 

Menurut dia, tak ada yang menyangka dalam COP15 para delegasi bisa menyepakati poin tentang menghentikan aktivitas perusakan dan memulihkan keanekaragaman hayati, termasuk mengurangi penggunaan pestisida. “Ini adalah kemajuan yang luar biasa,” ucap Guilbeault.

Sementara itu, Menteri Transisi Ekologi Prancis Christophe Bechu menyebut paket kesepakatan yang diadopsi dalam COP15 sebagai “kesepakatan bersejarah”. Ini bukan masalah kecil.

"Ini adalah kesepakatan dengan tujuan yang sangat tepat dan terukur pada pestisida, pada pengurangan hilangnya spesies, pada penghapusan subsidi yang buruk. Kita menggandakan hingga 2025 dan melipatgandakan 2030 pendanaan untuk keanekaragaman hayati,” kata Bechu.

Komisaris Uni Eropa untuk Lingkungan, Lautan, dan Perikanan Virginjus Sinkevicius mengapresiasi paket kesepakatan yang diadopsi dalam COP15. "Alam adalah kapal kita. Kita harus memastikannya tetap bertahan," ujarnya, dikutip laman BBC.

Penasihat kebijakan internasional senior di Royal Society for the Protection of Birds, Georgina Chandler, mengatakan, hubungan manusia dan alam seharusnya menjadi lebih baik berkat kesepakatan yang dicapai dalam COP15. "Sekarang sudah selesai, pemerintah, perusahaan, dan masyarakat perlu mencari tahu bagaimana mereka akan membantu mewujudkan komitmen ini,” ujar Chandler.

Sementara itu Sue Lieberman dari Wildlife Conservation Society mengatakan, paket kesepakatan COP15 merupakan sebuah kompromi. Kendati demikian, menurutnya, terdapat beberapa poin kesepakatan yang baik dan sulit diperjuangkan.

 

“(Paket kesepakatan) itu dapat melangkah lebih jauh untuk benar-benar mengubah hubungan kita dengan alam dan menghentikan perusakan ekosistem, habitat, dan spesies kita,” ungkap Lieberman.

 
Berita Terpopuler