Usia Ibu Jadi Salah Satu Faktor yang Pengaruhi Keberhasilan Bayi Tabung

Dokter sarankan untuk segera berkonsultasi jika satu-dua tahun belum hamil.

Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi). Pasangan suami-istri sebaiknya tidak menunggu terlalu lama untuk memeriksakan diri ke dokter jika kehamilan yang ditunggu-tunggu belum juga terjadi.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluang keberhasilan program bayi tabung ditentukan oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah usia ibu.

"Kalau semakin lanjut usia (ibu) itu, tentunya angka keberhasilan atau angka kehamilannya juga akan turun," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta, Hadi Sjarbaini, dalam Siaran Sehat "Mengenal Program Bayi Tabung" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Dr Hadi menjelaskan bayi tabung merupakan sebuah program dengan pembuahan yang dilakukan di luar tubuh. Oleh karena itu, persentase keberhasilanya akan mengikuti usia dan kondisi kesehatan ibu.

Persentase keberhasilan bayi tabung di Indonesia dapat berkisar 25 hingga 34 persen secara umum. Namun, bagi ibu yang masih berusia sekitar 30 tahun angka keberhasilannya akan jauh lebih besar atau bisa menyentuh 40 persen, sementara bagi ibu dengan usia antara 30-35 tahun akan turun menjadi sekitar 30 hingga 20 persen saja.

"Jadi semakin lanjut usianya angka keberhasilannya akan semakin turun, kalau di atas usia 40 mungkin (persentase keberhasilannya hanya) belasan persen," katanya.

Menurut dr Hadi, semakin menurunnya persentase disebabkan oleh adanya risiko-risiko penyakit yang mungkin telah mengenai ibu seiring dengan usianya. Biasanya semakin tua usia ibu, maka ada penyakit penyerta seperti darah tinggi, tinggi gula atau masalah ginjal dan penyakit metabolik lain.

Di samping itu, tingkat kesuburan ibu juga akan semakin menurun setelah menginjak usia di atas 35 tahun. Padahal, sangat penting untuk menghasilkan sel-sel telur yang akan digunakan dalam pembuahan.

Dr Hadi menyarankan bagi pasangan yang ingin mengikuti program tersebut untuk segera melakukan konsultasi pada ahli terkait. Kesehatan kedua belah pihak perlu berada dalam pengawasan tenaga medis.

"Sebaiknya jangan menunggu. Begitu satu atau dua tahun tidak hamil-hamil, kalau bisa tiga bulan atau enam bulan itu tidak hamil juga segera memeriksakan ke klinik," kata dr Hadi.

Baca Juga

Dokter nantinya akan memeriksa kualitas sperma dan sel telur dan memberikan rekomendasi lebih lanjut, misalnya dengan pemberian suplemen atau obat yang memicu kualitas sperma milik suami menjadi jauh lebih berkualitas atau pemantauan riwayat tumor pada sang istri. Penentuan waktu untuk memulai program bayi tabung juga dapat dikonsultasikan.

Dr Hadi mengingatkan program bayi tabung di Indonesia hingga kini, masih hanya diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang sudah resmi secara hukum. Sesuai dengan ketentuan perundangan, perempuan ataupun laki-laki tidak diperbolehkan menjadi pendonor bibit untuk ditanamkan pada orang lain.

"Harus pasangan suami istri yang sah, jadi di Indonesia ini kita tidak diperbolehkan untuk donor sperma atau donor sel telur. Itu tidak boleh," kata dia.

 
Berita Terpopuler